[?]: Chan

140 17 0
                                    

"Tanggal 30 kami mulai bekerja efektif, setelah Jisung benar-benar nyaman dengan lingkungan barunya. Dia orang yang ceria, suka menyapa—aneh rasanya saat beberapa minggu setelah ia pindah, Jisung mendadak diam."


"Ada lagi?" Detektif menatap kedua manik mata Chan dalam, berharap penjelasannya lebih detail. Chan mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba mengingat suatu hal.


"Dia pernah bercerita sama saya, tentang candaan—yang ternyata bukan—mengenai daging manusia. Dia bilang kalau waktu itu, dia sedang berkeliling, bersantai. Lalu ada salah satu penghuni yang berambut agak panjang dan matanya besar, menawarkan daging. Ia bilang kalau orang itu menawarkannya daging manusia sembari tersenyum,"


Jari-jemari Detektif menari indah di atas keyboard laptop bertuliskan 'Kepolisian'. Chan bisa menyimpulkan kalau yang barusan ia katakan adalah bukti baru: kalau komplotan ini memang gila.


"Ini kartu nama saya. Kalau ada apa-apa tolong hubungi saya, bukti sekecil apapun sangat membantu. Terima kasih banyak."


Chan menerima kartunya sembari menunduk pelan, "Ah, iya. Terima kasih," Setelah itu, penyelidikan Chan berakhir dengan mengejutkan. Daging manusia. Komplotan gila ini lebih berbahaya dari yang ia dan kepolisian duga.



Chan keluar ruangan, disambut dengan figur Changbin yang sedang duduk. "Udah selesai, bang?" Chan mengangguk lemas.


Tiga hari yang lalu, mereka berdua membantu Jisung mati-matian untuk keluar dari kos-kosan itu. Jisung yang terluka parah, pada saat itu hanya berbisik, kalau ia lelah. Keringat bercampur darah membasahi tubuh mungilnya.



"Ayo pulang. Hari ini hari yang capek." Changbin mengusap kasar wajahnya, lalu bangun. "Mereka.. benar-benar udah mati, kan?" Chan masih terpaku. Mendengar itu, langkah Changbin terhenti. "Bang, ayo. Kita bicara soal ini lain kali aja." Changbin sudah terlalu lelah untuk berdiskusi lagi tentang komplotan gila ini.

DARAH, 3RACHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang