17. Firasat Bimo

1.1K 46 14
                                        

Satu bulan kemudian….

“Sayang seingat aku tamu bulanan kamu belum datang sejak kita melakukan hubungan yang pertama ya?” ujar Bimo yang saat ini tengah duduk di kursi ruang makan seraya memperhatikan Kia yang sedang memasak.

Setiap pagi seperti itulah yang Bimo lakukan bersama sang istri. Kia memasak untuk sarapan sedangkan Bimo melakukan pekerjaan rumah yang lain bisa mencuci dan menjemur pakaian, menyapu, membersihkan kamar mandi, merapikan kamar, atau jika tidak ada pekerjaan lain Bimo lah yang memasak. Rutinitas sederhana yang berhasil membangun kedekatan emosional di antara mereka berdua. Yang Bimo suka dari Kia itu adalah, perempuan itu tidak pernah sungkan-sungkan mengatakan apa yang diinginkan atau dirasakannya. Misal Kia tidak menyukai pakaian yang dikenakan Bimo maka Kia akan secara langsung mengatakan dan memilihkan pakaian lain untuknya. Urusan ranjang pun mereka sepakat untuk berkata jujur seandainya merasa tidak nyaman. Dengan begitu hubungan mereka kini kian akrab. Ditambah lagi Bimo yang memang hobi menggoda Kia. Anehnya Bimo jarang sekali melihat pipi Kia merona jika sedang digodanya. Tidak seperti perempuan pada umumnya yang biasa bersikap malu-malu ketika dirayu dan digoda laki-laki. Tapi Bimo tidak pernah mempermasalahkannya. Baginya yang terpenting Kia bisa selalu merasa nyaman bersamanya. Tidak masalah walaupun hingga detik ini pun Kia belum pernah membalas ungkapan rasa cintanya. 

Kia juga juga tidak pernah mempermasalahkan rumah kontrakan kecil dan minimalis yang mereka tinggali. Sekali saja Kia tidak pernah mengeluh dengan kehidupan rumah tangga mereka yang sederhana dan jauh dari kehidupan mewah seperti sebelum Kia menikah dengannya. Bimo juga jarang melihat Kia berbelanja pakaian atau yang lain padahal gaji perempuan itu jelas berkali-kali lipat dari gajinya sebagai dokter klinik. Sebagai suami Bimo juga memberikan kartu ATM berisi gaji bulanannya dari klinik kepada Kia. Bimo menyerahkan semuanya agar Kia yang mengatur kebutuhan rumah tangga. Awalnya Kia juga menolak menerima uang belanja darinya tapi Bimo mendesak karena sekecil apapun hasil keringatnya terdapat hak istri di sana. Bimo juga menyampaikan jika setiap bulan dari gaji itu dirinya mengirimkan sejumlah uang untuk keluarganya di Bandung. Tapi Bimo juga tidak memaksa Kia untuk membagi uang jatah bulanan darinya jika tidak berkenan. Bimo akan tetap mengirimkan sejumlah uang dari uang di luar gaji pokoknya. Misalnya gaji dari hasil operasi pasien di rumah sakit yang biasa dilakoninya atau pun yang lain. Jadi Bimo juga menjadi dokter panggilan di beberapa rumah sakit.

“Iya, tiga hari sebelum kita nikah aku suci Mas. Tapi memang sejak dulu siklus tamu bulanan ku nggak lancar.  Biasanya sih 2 bulan sekali baru datang,” papar Kia dengan santai.

“Emang kenapa Mas? Kia menoleh sebentar untuk melihat Bimo lalu kembali melanjutkan kegiatannya yang tengah menggoreng ikan.

“Oh gitu. Ya, kali aja kamu hamil Sayang,” sahut Bimo dengan senyuman penuh harap. Pasti rumah mereka akan ramai dengan kehadiran seorang anak.

“Nggak deh kayaknya. Aku biasa aja tuh, nggak ada gejala apa-apa kayak orang hamil,” jawab Kia lagi dengan tergelak. Kia memang tidak ingin menunda kehamilan, apalagi usianya juga sudah 26 tahun.

“Kan hormon setiap perempuan berbeda, nggak semua perempuan hamil itu mengalami morning sickness. Itu tuh hanya secara umum aja. Nanti Bang Azka suruh periksa deh,” terang Bimo seraya merayu Kia agar mau melakukan pemeriksaan.

“Lain kali aja deh Mas. Bulan depan aja, klo 2 bulan tamu bulanan ku belum datang aku akan periksa,” sahut Kia lalu membawa masakan yang baru matang ke meja makan.

“Oya Mas aku sampai lupa mau bilang klo kemarin Mamah udah aku transfer uang bulanannya,” ucap Kia seraya duduk di sebelah Bimo.

The Sweetest Love (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang