Tragedi

39 7 1
                                    

Cerita ini diawali dari sebuah keluarga kaya raya yang sedang merayakan hari ulang tahun putri mereka satu satunya yang ke-15 tahun. Keluarga ini sangatlah harmonis dan juga penuh dengan kebahagiaan. Untuk merayakan hari ulang tahun putri mereka, mereka mendekorasi rumah tersebut dengan sangat indahnya. Tidak lupa dimeja makan telah dihidangkan oleh pelayan makanan yang lezat dan juga kue tart yang berukuran cukup besar disertai dengan lilin lilin yang berwarna-warni. Dan bertuliskan Happy Birth Day Song Eun In . Sebenarnya Eun In tidak mengetahui jika ulang tahunnya akan dirayakan, jadi dia pulang larut malam karena ada jadwal les privat sampai jam sebelas malam. Rumah sengaja di buat gelap, semua lampu dimatikan agar seakan akan semua penghuni rumah sudah tidur dan melupakan jika pada dini hari nanti adalah ulang tahun nya.

23.30 kst

Eun In telah pulang dari les privat nya. Ia menatap kotak kecil yang tertempel di dinding samping pintu rumahnya, menyajikan deretan angka nol sampai sembilan. Menandakan jika dia harus menekan beberapa digit angka agar dapat masuk ke dalam rumah nya.

Setelah berhasil menekan beberapa digit angka, Eun in pun masuk kedalam rumahnya yang dalam keadaan gelap itu. Eun in masuk dengan santainya, dan disambut oleh salah satu pelayan rumah nya yang masih terjaga.

Aku pulang... ucap Eun in sambil melihat ke sekitar ruangan.

Kau sudah pulang nona sambut salah satu pelayan ramah kepadanya.

Ne aku sudah pulang. Sepertinya eomma dan juga appa sudah tidur. Ya sudah aku naik ke atas dulu Eun in berjalan menaiki satu persatu anak tangga untuk bisa sampai kekamarnya.

Jarak kamar Eun In dengan kamar orang tua nya tidak lah terlalu jauh, hanya berkelangkan beberapa ruangan untuk dapat sampai dikamar orang tuanya yang sama sama di lantai 2.

Sesampainya Eun in diatas ia melihat seorang laki laki yang tidak pernah ia lihat sebelumya masuk ke ruang kerja appanya. Karena gelap, Eun in tidak bisa melihat wajah orang itu dengan jelas. Eun in sendiri hanya mengabaikan orang itu karena beranggapan jika orang itu mungkin teman kerja appanya, oh tapi tidak mungkin, pasti anak dari teman appanya. Karena seepenglihatan Eun in orang itu tidak terlihat sebaya dengan appa nya melainkan sebaya dengan nya.

Ia pun melanjutkan langkah nya menuju kamarnya, mengistirahatkan tubuhnya yang sudah kelewat lelah itu. Eun in menyalakan lampu kamarnya, dan sudah terpampang balon berwarna warni di sudut sudut kamarnya. Ditambah lagi sudah terdapat tulisan Happy Birth Day Song Euin In di dinding kamarnya. Senyumun merekah dari sudut bibirnya, tidak menyangka akan mendapatkan kejutan seperti ini.

Karena penasaran, Eun in pun kembali turun kebawah tanpa menghidupkan lampu. Ia berjalan cepat menuju meja makan. Disana ia sudah mendapati kue ulang tahun yang amat indah. Ia menyalakan lampu di ruang makan agar dapat melihat dengan jelas dekorasi ulang tahun nya yang sudah disiapkan secara matang matang itu. Ia mulai terkagum kagum dengan semuanya, membuatnya tidak bisa berhenti tersenyum bahagia.

Saat ini, yang akan Eun in lakukan adalah menemukan keberadaan kedua orang tuanya. Mengucapkan terimakasih pada orang tua nya yang sudah menyiapkan semunya dengan sempurna. Sekilas, Eun in terfikir akan laki laki yang ia lihat memasuki ruang kerja appa nya tadi. Ia juga mulai penasaran akan hal itu. Belum sempat Eun In melangkah, ia sudah mendengar kebisingan dari lantai 2. Mulai dari suara pas bunga yang terjatuh ke lantai, dan juga suara teriakan pelayannya dari atas. Dengan terburu buru, Eun in menuju kelantai 2 untuk memastikan apa yang terjadi. Ia yakin semua itu bukan lah bagian dari rencana ulang tahunnya. Setelah sampai di lantai 2, Eun in langsung mendapati suara tembakan dari ruang kerja appanya. Jantungnya seketika berdegup dengan kencangnya, langkah kaki nya mulai melambat karena semakin dekatnya ia dengan ruang kerja appanya. Perlahan ia memegang knop pintu, membuka sedikit pintunya tanpa suara, membuat sedikit celah agar ia dapat mengintip apa yang terjadi. Matanya membulat sempurna akan hal yang ia saksikan saat ini. Cairan bening telah meluncur dari pelupuk matanya, membasahi pipi mulus putih miliknya.

Appa nya telah tewas mengenaskan karena peluru yang bersarang didadanya, darah segar mengalir dengan derasnya mengotori lantai.

Eomma nya sendiri mematung dengan kue ulang tahun ditangan nya, menyaksikan suaminya tewas ditangan sosok misterius yang mengenakan masker itu. Karena tidak mau ada saksi mata, laki laki misterius itu juga menembak eomma Eun in tepat dikepalanya. Membuat eomma Eun in langsung terkapar dilantai, kue yang ia pegang tadi juga ikut jatuh kelantai dan bercampur denga darah. Eun in hampir saja berteriak jika saja salah seorang pelayan tidak menutup mulut nya. Pelayan itu pergi membawa Eun in untuk menjauhi ruangan kerja appa nya itu yang sekarang telah menjadi saksi kekejaman dari laki laki misterius itu yang dengan teganya membunuh kedua orang tua nya tepat dihadapan matanya sendiri. Sang pelayan tersebut menyuruh Eun in untuk bersembunyi di bawah meja dan jangan bersuara walau sekecil apapun agar ia tetap aman. Eun in hanya menuruti saja walau dalam ketakutan yang teramat besar. Pelayan itu pun meninggalkan Eun in. Disaat sudah diambang pintu, penjahat itu sudah berada di hadapan sang pelayan dan langsung menembak tepat dijantung pelayan itu hingga membuat pelayan itu tumbang. Eun in terkejut tak kepalang, lagi lagi menyaksikan pembunuhan dengan mata kepalanya. Ia menahan mulutnya dengan kedua tangan nya agar tidak berteriak pada saat itu juga. Memilih menangis dalam diam, agar kehadiran nya tidak disadari oleh sang penjahat profesional itu.

Penjahat itu pun pergi dengan langkah nya yang santai, seakan tidak ada yang terjadi. Tanpa ia sadari, kalung yang ia kenakan terjatuh ke lantai tepat dibalik pas bunga, jadi tidak mudah terlihat.

Merasa sudah aman, tidak ada suara keributan lagi, Eun in pun keluar dari tempat pesembunyian nya. Masih dengan rasa takutnya, ia beranikan untuk memeriksa keadaan diluar. Dan ternyata penjahat tadi sudah tidak ada lagi. Eun in melangkah kan kaki nya ragu menuju ruang kerja appa nya . Membuka knock pintu perlahan, berjalan mendekati mayat orang tuanya yang mengenaskan.

Eomma,Appa mianhae ucap Eun in terisak dihadapan mayat kedua orang tuanya.

Kakinya sudah lemas, tidak bisa berdiri tegak lagi. Menatapi kue ulang tahunnya yang berceceran dilantai bersama darah yang terus mengalir.

Eun in memaksakan kaki nya untuk berjalan kaluar ruangan, menghidupkan seluruh lampu agar terang. Rumahnya tampak sangat berantakan. Darah mengotori setiap lantai yang ditapaki Eun In. Lalu ia bergegas menuju telpon, dan segara menghubungi polisi.

00.00 kst

tepat pukul oo.oo kst adalah ulang tahun Eun in, ulang tahun yang penuh dengan kesedihan. Hari ulang tahun yang seharus nya membawa kebahagiaan menjadi sumber kesedihan. Dimana seharusnya merayakan dengan tawa dan juga nyanyian ulang tahun menjadi air mata dan juga teriakan.

Eun in kembali memandangi dekorasi rumah yang bertema kan alam itu. Membayangkan bagaimana usaha kedua orang tuanya menyiapkan semuanya dengan susah payah, menjadi hancur seperti ini hanya karena sebuah tragedi yang mengerikan dan terjadi dalam hitungan menit saja.


TBC....

Jangan lupa vote dan krisarnya, baru pemula, jadi masih banyak kekurangan ^^

I Hate You But I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang