Tidak lama kemudian, polisi pun datang dengan beberapa reporter juga. Polisi langsung saja mengaman kan Eun In ketempat yang aman dan menenangkannya. Kemudian salah satu polisi memotret lokasi kejadian yang masih kental dengan bercakan darah dilantai, dan memasang garis polisi disekitar rumah menandakan tidak ada yang boleh masuk selain petugas kepolisian sebelum selesai dilakukan olah tkp. Beberapa polisi pun membawa Eun in ke kantor polisi untuk dimintai keterangan sebagai saksi mata.
-Kantor Polisi-
"Eun In-ssi, bisakah kau memberitahu kami tentang kronologis kejadian yang menimpa kedua orang tuamu?" tanya salah seorang polisi pada Eun in secara hati hati, tahu jika Eun in masih dalam masa syok. Eun In hanya terdiam tidak menjawab pertanyaan sang polisi dan malah melamun menatap kosong kedepan. Namun polisi tersebut tidak menyerah begitu saja, dan kembali menanyai Eun in.
"Bicaralah Eun in-ssi, agar kami bisa tahu dan menemukan pelakunya" ucap sang polisi itu lagi untuk meyakin kan Eun in.
"Bisakah pelakunya ditemukan?" tanya Eun in masih dalam keadaan menatap kosong kedepan. Dan di balas anggukan oleh sang polisi.
"Bisa saja Eun in-ssi jika kau yakin pada kami" ucap polisi itu lagi untuk meyakinkan nya.
"Aku tidak terlalu mengingat kronologis ceritanya, tapi....." ucapan Eun in menggantung.
"Tapi....?" tanya polisi itu penasaran sambil memegang buku dan bolpoinnya, bersiap menulis keterangan Eun in.
"Tapi saat itu aku baru saja pulang dari les privat ku. Aku melihat ada orang yang masuk keruang kerja ayahku. Lalu aku tidak terlalu memperdulikannya karena beranggapan itu adalah anak dari temannya ayahku ku." cerita Eun in sambil mencoba untuk mengingat lebih jelas.
"Apa maksudmu dengan kalimat 'anak dari teman ayah ku?'" tanya polisi itu lagi dengan raut wajah yang sulit di artikan.
"Karena lelaki yang masuk ruang kerja ayah itu terlihat sebaya dengan ku. Karena gelap jadi aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas ditambah lagi ia memakai masker" tambah Eun in masih dengan tatapan kosong nya.
"Apakah kau ingat bagaimana ciri -ciri orang itu?" tanya polisi itu dengan ragu.
"Yang jelas dia lebih tinggi dariku, tatapan nya tajam, dan dia juga teliti sekali, hanya itu saja yang aku ketahui. Jusonghamnida" Eun In pun mengakhiri ceritanya dan menunduk menahan air matanya agar tidak jatuh pada saat itu juga.
******
Beberapa polisi masih tampak melakukan penyelidikan di rumah Eun in. Menyusuri setiap sudut ruangan berharap mendapatkan sesuatu untuk dijadikan sebuah bukti. Lalu salah satu polisi muda yang dikategorikan tampan mendapatkan sesuatu dari balik vas bunga. Ya itu adalah sebuah kalung yang tanpa sadar terjatuh dari si pemilik nya. Sang polisi tersebut menyunggingkan senyumannya. Namun tiba tiba saja ponselnya berbunyi, seseorang telah menghubunginya.
"Ne yeobseyo?" polisi itu menjawab panggilan telponnya.
"............"
"Mwo??? Kenapa aku harus melakukan nya?" ucap nya tampak kebingungan sekaligus kesal.
"............"
"Baiklah aku akan menyembunyikan buktinya, dan tidak akan mengatakan apapun kepada siapapun" ucapnya lagi ragu ragu.
Kemudian ia pun memasukan barang bukti tersebut kedalam sakunya. Tidak berniat memasukan nya kedalam daftar barang bukti.
Setelah diintrogasi cukup lama, Eun in pun diperbolehkan untuk pulang kerumahnya. Pemakaman untuk orang tuanya telah disiapkan. Rumahnya pun telah dibersihkan dari kekacauan. Eun in hanya bisa duduk terdiam ditangga rumahnya. Mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga bahagianya? Apakah dia sendirian? Dia tidak mempunyai keluarga lagi? Nyatanya itu lah yang terjadi padanya saat ini, tepat pada hari ulang tahunnya menyisakan bekas luka yang dalam dan juga menimbulkan trauma.
Keesokan harinya, acara pemakaman orang tua Eun in pun telah siap.
Orang yang akan melayat berdatangan dan masuk ke ruangan khusus tempat penghormatan terakhir untuk orang tua Eun in, sudah terdapat foto kedua orang tua Eun in yang diberi karangan bunga. Semua rekan bisnis dan rekan kerja dari ayah Eun in pun mulai berdatangan termasuk teman teman dari ibu nya Eun in. Mereka memberikan penghormatan terakhir untuk orang tua Eun in sembari berdoa. Cukup banyak juga yang meneteskan air mata dan memeluk Eun in memintanya agar tetap kuat setelah kejadiaan ini. Tidak sedikit juga yang mengatakan 'Apalah jadinya anak itu tanpa orang tuanya. Apakah adil hanya dia satu-satunya yang hidup?'
Eun in hanya bisa menutup telinga dengan semua perkataan yang dilontarkan orang-orang padanya. Hatinya sangat sakit mendengar semua itu dia juga tidak menginginkan orang tuanya pergi untuk selama lamanya meninggalkan dia seorang diri di dunia ini tapi apa yang bisa ia lakukan, takdirlah yang menentukan.
Sedangkan dari kejauhan, tampak seseorang sedang memperhatikannya. Menatapnya iba karena Eun in harus mengalami semuanya diusia nya yang masih remaja. Orang itu mencengkram kalung yang ada digenggaman nya, sesekali menghirup oksigen dengan rasa gelisahnya. Ia pun memutuskan untuk pergi dari rumah itu dan kembali kekantor nya dengan tergesa gesa. Bahkan temannya yang menyapanya tidak ia gubris sedikitpun membuat teman nya itu mengumpat karena kesal yang merasa diabaikan. Ia pun segera menuju ke sebuah rungan yang berisi semua berkas kasus. Dari berkas kasus lama sampai yang baru terdapat diruangan itu, tersusun dengan rapinya sesuai dengan tahun terjadinya kasus tersebut. Sebut saja itu sebagai brankas kasus. Polisi tampan tersebut mengambil berkas kasus pembunuhan orang tua Eun in, menyimak tiap lembar halaman nya dan menaruh kalung yang ia temukan di rumah Eun in di lembaran kertas itu. Berharap suatu hari nanti Eun in akan menemukan nya dan kembali mengusut kasusnya. Perlu diketahui, jika kasus pembunuhan orang tua Eun in telah ditutup tanpa sepengetahuannya . Padahal kasus tersebut belum lah diselidiki secara keseluruhan tapi kasusnya langsung ditutup atas perintah seseorang pastinya.
TBC.....
Mau update lebih cepat? coment+vote ya, biar tambah semangat ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate You But I Love You
AcakKisah ini menceritakan tentang seorang gadis remaja yang harus menyaksikan kematian kedua orang tuanya dengan matanya sendiri. misteri tentang pembunuhan orang tuanya belum juga terkuak dan masih menjadi teka teki, hingga suatu hari ia bertemu denga...