7. Perasaan yang bertumbuh

359 50 7
                                    

Ada perasaan resah menelusup dalam hati Joong saat dia memarkirkan motornya di Selasar parkir SAS yang begitu padat. Dalam tas selempangnya, terbawa rapi sebuah sketsa berbingkai manis yang ia buat siang tadi saat melihat Nai menyusuri lapangan kampus. Hanya berbekal pensil karena dia tidak punya waktu banyak.

Joong menghela napasnya, mencoba menghalau rasa gugup dan resah sebelum akhirnya melepaskan helm. Dirinya lalu tersenyum, membayangkan Nai yang kini akan bersiap tampil.

Baginya, Nai paling bersinar saat menyanyi. Baginya, senyum Nai paling merekah saat ia menyenandungkan lagu-lagu bahkan mars universitas mereka atau Indonesia raya sekalipun.
Baginya, rona bahagia itu paling cocok untuk berada di wajah Nai.

Nai tidak pernah terkekeh setulus itu setiap mendapatkan nilai A, Nai tidak pernah menyunggingkan senyum lebar saat setiap semester ia dinobatkan sebagai mahasiswa dengan nilai tertinggi. Karena itu, melihat Nai malam ini, merupakan hal yang Joong nanti.

Benar saja, saat dia memasuki pelataran cafe SAS, dia bisa melihat banyak orang berkumpul di depan seitaran panggung. Cafenya indah, mengusung tema alam. Panggungnya berada ditengah kolam kecil, berbentuk gazebo yang jika kesana kau harus menyusuri jembatan kecil dengan kolam di kanan kirimu.

Joong duduk tidak tepat di meja depan panggung, karena telah penuh oleh beberapa orang yang sudah memesan makanan. Ia duduk di gazebo sebelah Utara, sedikit jauh di sebelah kanan panggung, tetapi dari sini dia bisa melihat Nai sedang bersiap untuk menyanyi.

Di sebelah kanan, Joong melihat beberapa teman Nai tengah memberinya support. Ada Ben, Pavel dan beberapa orang yang tidak ia kenal karena mungkin lain jurusan.

Sempat Joong ingin menyapa, tapi dia urungkan karena Nai telah duduk di bangku untuk bersiap.

Joong tersenyum. Nai begitu indah, dia tidak tahan untuk tidak mengirimkan pesan bertulis "Semangat kak Nai, aku tau kamu pasti bisa" yang membuat Nai sedikit melonjak karena mungkin getar yang ada dalam sakunya.

Joong bisa melihat Nai merogoh sakunya, melihat layar ponselnya dan tersenyum begitu manisnya. Hati Joong terasa sempit, seperti ada perasaan membuncah-buncah yang berteriak untuk dikeluarkan. Apalagi saat Nai melongok untuk mencari-cari dan kedua mata mereka bertemu.

Joong melambai pelan, namun Nai hanya mengangguk kecil padanya disertai senyum simpulnya dan hati Joong berdegup kencang.

Apakah menyukai orang memang terasa seintens ini?

Joong tidak tahu.

Tetapi ketika Nai mulai menyanyi dan suara merdu itu mengalun indah mengisi telinga Joong, Joong tersadar, bahwa ia ingin menjaga orang yang tengah menyanyi itu agar tetap sebahagia saat ini ketika menyanyi dan melindunginya dari segala kesedihan.

Apa itu masih bisa disebut hanya sekedar suka?

Joong tidak tahu.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Joong seperti tersihir mendengar suara Nai. Ada hangat yang menelusup ke dadanya. Nai memilih menyanyikan lagu "All of Me" milik John Legend sambil diiringi suara alunan piano yang begitu indah.

Ekspresi wajahnya lembut sambil sesekali memejamkan matanya untuk menghayati lirik yang dia bawakan. Membuat Joong tidak kuasa untuk ikut memejamkan barang sejenak, berharap bahwa suatu saat nanti, Nai bisa menyanyikan lagu ini untuknya. Hanya untuknya dan memaknai liriknya sebagai fakta.

Joong tersenyum saat Nai meyelesaikan lagunya diikuti gemuruh suara para gadis yang memekik ke arahnya. Mata Joong tidak melihat mana-mana, tetap terpatri ke satu arah, satu tubuh, satu wajah, satu mata... yang kini entah mengapa sedang mencari-cari seseorang di kerumunan hingga berhenti saat matanya bertemu Joong.

Kemudian Nai tersenyum lembut sekali, sambil sedetik kemudian menunduk dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Ada semburat merah samar yang menghiasi pipinya, Joong sadar.

Apakah ini artinya dia memiliki kesempatan?

"Dia lagi ga bawa mobil bro," suara seseorang menyadarkan Joong dari aktivitasnya memperhatikan Nai. Dia menoleh dan mendapati Pavel berdiri di sebelahnya dan menyeringai.

"Eh?" Hanya itu respon yang bisa dia berikan, membuat Pavel tertawa dan kemudian duduk untuk menepuk punggung Joong.

"Lo lagi pdkt ke temen gue kan? Hari ini anterin dia pulang. Dia tadi gue yang anter kesini, tapi gue kudu anter pacar gue pulang. So dia ga ada tebengan." Pavel mengedik ke arah panggung.

Joong tidak tahu harus menjawab apa selain mengangguk dan bolak-balik menatap panggung untuk melihat siapa kira-kira pacar Pavel.

"The pianist one, dude. Namanya Dome, my boyfriend of 2 years. So anggep aja ini MLM solidarity." Kata Pavel lagi, lalu mengedipkan matanya dan pergi meninggalkan Joong untuk kembali pada teman-temannya.

Joong tersenyum lagi, merasa dunia sedang berpihak padanya. Maka dia berdiri dan melambaikan tangannya pada Nai yang sudah bersiap turun dari panggung.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TO BE CONTINUED YA~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TO BE CONTINUED YA~

 ✓  Password to Your Heart (J9)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang