♣ 9

25.7K 1.2K 50
                                    

Selamat Membaca!

Maura mengerucutkan bibirnya karena kesal. Saat semua orang sibuk dengan persiapan ke pantai, dirinya malah harus ke hotel menemui pak Adam.

"Kamu beneran tidak ikut?"

Maura menoleh pada Ayyara yang sedang memakaikan kaca mata untuk ketiga putranya.

Maura mengangguk lesu."Bukannya tidak mau mom, tapi tidak bisa."keluh Maura membuat Ayyara mengernyit.

"Memang mau ke mana? Sepertinya ada urusan penting."tanya Ayyara yang sudah selesai menyiapkan ketiga jagoannya.

"Mau ke neraka."sahut Maura lemah membuat Ayyara menggeleng tak percaya.

"Ngawur!"

Maura menggeleng lalu berdiri. "Kalau daddy nyariin, bilang saja aku tidak ikut karena ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan."

Ayyara menghela napas."Bagaimana mau nyariin, orang daddy kamu tadi malam sudah niat ninggalin kamu di rumah. Katanya buat jaga rumah."ucap Ayyara santai membuat Maura menghentikan langkahnya.

"Daddy kok baik banget. Ngerti banget masalah putrinya ini."sindir Maura kesal lalu melanjutkan langkahnya dengan kesal.

Sedang Arvind yang baru saja keluar dari kamar mendengar jelas sindiran putrinya itu. Namun dia memilih tak menanggapi dan memilih melangkah menuju istrinya.

"Pasukan sudah siap?"tanya Arvind yang dibalas anggukan oleh Ayyara.

"Sudah, mas. Tinggal masuk mobil dan berangkat."

Arvind mengangguk lalu menggandeng istrinya keluar rumah. Sedang semua anak-anaknya serta para pengasuh sudah masuk ke dua mobil lainnya, karena Arvind tak ingin ada gangguan sekecil apapun di mobilnya, walaupun itu adalah anaknya sendiri.

Maura mendengus lalu menutup jendela balkon saat ketiga mobil yang dipakai menuju pantai telah meninggalkan halaman rumah. Maura memilih melangkah ke kamar mandi lalu membersihkan tubuhnya, maklum ia baru saja bangun tadi dan tidak sempat melakukan apapun, bahkan menggosok giginya.

Maura keluar dari kamar mandi dengan handuk kecil yang melilit tubuhnya. Entah kenapa handuk di kamarnya jadi pada kecil semua. Atau mungkin itu handuk adiknya. Mengingat hal itu, Maura jadi kesal sendiri, berarti selain untuk tempat bercinta orang tuanya, kamar miliknya ini juga menjadi sarang tuyul. Pantas saja ada bedak bayi dan beberapa bebek mainan di dalam kamar mandinya tadi.

Memilih mengabaikan hal tersebut, Maura memilih berjalan menuju lemarinya.

Cklek..

"Non Maura, maaf. Itu di bawah ada tamu non."

Maura menoleh pada ART nya itu lalu mengangguk sekilas tanpa repot memikirkan siapa tamunya. Setelah berpakaian dan merias sedikit wajahnya, Maura berjalan keluar kamar, menuruni tangga menuju ruang tamu.

"Dari belakangnya sih, nih orang, tua."batin Maura saat melihat kepala sang tamu.

"Maaf, cari siapa ya?" Maura langsung mematung saat sang tamu berbalik.

"Mas."pekik Maura lalu tanpa sadar menarik lengan dosennya itu ke salah satu kamar terdekat.

Brakk

Jodohku Duda TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang