Teman sekamarku

25 2 0
                                    

Pagi itu cahaya panas matahari yang mulai menusuk kulit putih yang berbalut kain merah panjang begitu terasa pedih.  Iringan suara kendaraan  yang begitu bergemuruh seakan menjadi pelengkap perjalanan muna pagi itu.  Perjalanan yang begitu panjang tak menyurutkan  niat muna untuk mengikuti pelatihan, dengan tekat dan motivasi yang besar sebagai modal awal untuk meraih keberhasilan nya yang selalu ia tanamkan sejak waktu smp. Berkat ketekunan nya dalam membaca dan mempelajari berbagai hal membuat nya mampu menjadi panutan di sekolah nya. Di balik pengetahuan nya yang begitu luas dia juga tak lupa untuk menyisihkan waktu nya untuk beribadah dan berbakti kepada orang tuanya. Muna adalah seorang wanita cantik yang memiliki kepribadian yang fun dia selalu ramah kepada setiap orang, senyum lembut nya mampu menenangkan fikiran setiap orang yang melihatnya termasuk Al.
Waktu berlalu begitu cepat hingga tak lama kemudian sebuah mobil yang mengantarkan muna akhirnya sampai di sebuah hotel berbintang. "Wah akhirnya sampai juga." ujar muna dengan perasaan gembira serta raut wajah yang agak lelah, mungkin itu karna dia lelah setelah menempuh perjalanan yang begitu jauh. Dia perlahan menuju resepsionis untuk check in dan daftar pelatihan. "permisi mbak saya perwakilan dari Dinas Pendidikan Pidie ingin mendaftar pelatihan ini, oiya mbak saya dari SMKN 1." ujar muna dengan senyum lebar dan mulai mengambil pena yang ada di tasnya,"Tunggu sebentar ya de biar saya check terlebih dahulu,  dari SMK 1 kan," suasana hotel yang agak sepi seakan membuat rasa gelisa tersendiri. Tak berselang lama kemudian resepsionis tersebut memanggilku kembali
"Munawwarah dari SMKN 1, silahkan untuk mengisi surat pendaftarannya serta menujukan bukti tiket pembayaran nya."
muna berjalan perlahan menuju meja resepsionis yang tak begitu jauh dari ruang tunggu tadi. Siang itu memang terang matahari begitu terik diluar tapi suasa di dalam hotel sangatlah berbeda, hawa dingin dan senyap nya ruangan membuat muna agak merinding di tambah dengan suara suara yang aneh dan hembusan angin sejuk yang terkadang mengayunkan hijab nya. Dengan rasa yang begitu gundah muna dengan langkah cepat bergegas pergi menuju meja resepsionis itu.  "Iya mbak, ini surat bukti dari dinas pendidikan dan ini bukti pembayaran nya," ujar muna dengan raut wajah yang agak pucat dan gelisah dengan apa yang sedang dia rasakan saat itu. " Iya de terimakasih surat pendaftaran ini kami terima dan ini adalah kunci kamar nya. ". Resepsionis  itu mulai memberikan nya kunci kamar no 156. Perlahan ia berjalan dan menaiki tangga yang begitu sunyi layaknya jalan dikala malam datang. Dia memberanikan diri untuk terus berjalan ke lantai 3 seorang diri. Baru saja melewati kamar no 122 muna merasakan ada yang aneh disekitarnya, hawa yang begitu dingin dan sepi seolah membuatnya gemetar, langkah demi langkah muna menyusuri beberapa kamar yang ada di sekitarnya. Belum saja sampai ke tangga muna mendengar suara benda jatuh dengan keras yang membuat muna terkejut,  tapi dia hanya mengacuhkan nya saja " Alahh itu paling suara barang yang jatuh akibat keteledoran pegawai hotel. " gumam muna dengan raut wajah yang mulai memucat dan tampak rasa takut mulai nampak di wajah kecil nya itu. Tiba tiba terdengar suara berteriak dari belakang pintu no 126. "ya allah apalagi ini padahal tak ada orang di kamar itu jendela nya saja terbuka dan tak ada satu pun lampu yang menyala di dalam kamar itu,  ya allah lindungilah aku dari apapun yang ada di dalam hotel ini jauhkan marabahaya dari golongan apapun". Dengan rasa penasaran yang besar muna mencoba untuk melihat apa yang ada dibalik jendela itu, Begitu terkejutnya dia setelah melihat apa yang ada di kamar itu. Muna melihat seorang anak kecil berlari dengan cepat sehingga membuat muna terkejut dan berlari menuju tangga dengan perasaan yng takut akan apa yang iya lihat tersebut. "ya allah apa itu, apakah yang aku lihat tadi sungguh kali ini aku tak bisa menahan rasa takutku." Dengan perasaan yang sangat takut muna berlalari menuju tangga sambil menggendong tas yang agak berat,  hingga akhirnya ia mulai berlajan kembali menuju kamar 156. Betapa terkejutnya ia setelah memegang gagang pintu yang ternyata tak terkunci dia sedikit gelisah karna mana mungkin pintu ini tak di kunci padahal kunci kamar itu ada padanya. Dengan rasa gemetar da sedikit rasa takut muna mencoba untuk membuka pintu kamar itu perlahan lahan. Hingga akhirnya pintu itu terbuka dan tiba tiba ada seorang wanita berpakaian putih tengah duduk di sebuah kasur tidur sambil menata rambutnya.  Oh betapa terkejutnya muna saat itu dia tak bisa lagi menahan takutnya "Ya allah apa ituu aku tak sanggup lagi menahan rasa takut ini." dia hanya terdiam lemas tak berdaya setelah melihat sosok wanita berpakaian putih itu. Dia mencoba memalingkan badannya secara perlahan alangkah terkejutnya muna setelah ia memalingkan badannya tiba tiba sosok itu memanggil nya."Mau kemana." seketika jantungnya berdebar begitu kencang keringat halus mulai membasahi muka kecil muna. Rasa takut yang tak bisa lagi di bendung membuatnya terlihat pucat dan bingung. Dia merasakan langkah demi langkah yang sedang berjalan perlahan ke arahnya, tiba tiba tangan putih dingin itu mulai menyentuh pundak muna dan menggenggam bahunya. Jelas terlihat muka imutnya tampak ketakutan akan apa yang ada di belakang nya. Suara lembut mulai terdengar membisik ke arah telinga nya. "Kamu kenapa ko malah balik lagi". Detak jantungnya semakin berdebar kencang laksana kuda pacuan yang tengah berlari di arena. Muna mencoba memalingkan dirinya perlahan dan ternyata sosok itu bukanlah yang aku takutkan. " ya allah aku sangat terkejut melihat kamu seperti tadi, aku sempat berfikir yang tidak tidak, kenapa kamu tidak mengunci kamar nya dan menghidupkan saja lampunya". Ujar muna dengan raut wajah yang sangat pucat.

" Aku lebih suka seperti ini dibandingkan menghidupkan lampu itu.!"
" Tapi aku terkejut ketika melihat kamu seperti tadi, dan aku baru saja mengalami hal ganjil di hotel ini.?"
" Hal ganjil seperti apa yang kamu rasakan tadi.! "
" Tadi sebelum aku beranjak naik ke lantai tiga aku merasa ada sesuatu yang aneh, aku mendengar suara benda jatuh dengan sangat keras dan teriakan aneh dari kamar 126.!"
" Ya mungkin itu cuman teriakan pegawai hotel saja.!"
" Bukan, aku sudah mencoba melihatnya dan aku melihat sosok anak kecil yang berlari di dalam kamar tersebut.!"
" Ya memang sih tapi kamu tau tidak.?"
" Tau tentang apa.!"
" Banyak yang mengatakan kalo hotel ini bekas Rumah Sakit yang sudah lama tak terpakai.!"
" Loh ko bisa.?"
" Aku juga tidak tahu pasti mengapa bisa seperti itu, aku hanya mendengar isu isu saja.!"
" Apa kamu tidak takut duduk di sini sendiri saja dari tadi tanpa menyalakan lampu.!"
" Takut, aku tidak takut dengan apapun karna aku memiliki pelindungku sendiri yang selalu aku baca di setiap sholat ku lantas haruskah aku merasa takut kepada hal hal seperti itu.!"
" Kamu benar seharusnya aku juga berfikir seperti itu, tapi kali ini hidupkan lampunya yah.? "
" Iya silahkan.! "

Rasa takut yang awal nya menghantui muna kini seakan sirna setelah mengetahui bahwa apa yang telah ia lihat bukan lah sosok yang ia takutkan. Tapi tetap saja rasa gemetar masih terasa sampai saat ini. Reina adalah teman sekamar ku yang tadinya aku kira hantu wanita berpakaian putih ternyata adalah seorang wanita yang percaya akan kehadiran tuhannya yang selalu menjaga dan melindungi nya disaat dia sendiri. Dia juga seorang yang humoris dan terkadang juga dia selalu menceritakan hal hal mistis yang ada di sudut sudut ruangan hotel ini. Waktu itu hanya mereka berdua di kamar itu sebelum yang lainnya datang. " Oiya sebelum itu bolehkah kita berkenalan.?" ujar muna sambil menyodorkan tangan nya. " Tentu saja boleh, Namaku reina aku berasal dari aceh besar dan aku perwakilan dari SMKN 2.!" sahut reina dengan senyum lebar yang manis dengan balutan make up nya yang belum selsai ia rias. Wajah mungil nya nampak jelas di kaca, balutan bedak seakan membuat nya begitu cantik ditambah dengan merahnya lipstik yang menjadi pelengkap kecantikan yang terpancar dari dirinya. Rambut lurus nya yang panjang begitu indah dengan perpaduan antara jingga dan hitam. " Kamu terlihat cantik siang ini Rei. " ujar muna dengan perasaan senang dan merasa ingin seperti Reina. "Ah biasa aja ko Muna,  Muna juga cantik ko.! " sahut reina yang sedang merapihkan rambut panjang nya sambil tersenyum ke arah Muna." Tapi seandainya kamu memakai make up dan mewarnai bibir tipis mu itu dengan lipstik pasti kamu lebih jauh menarik loh. " sahut dia lagi yang langsung berbalik arah dan memegang tangan Muna dengan erat. " Tak apa Rei, cantik itu relatif dan kecantikan yang sesungguhnya itu adalah apa yang telah tuhan beri terhadap kita, wajah yang tak berbalut riasan dan pakaian yang tak terlalu ketat adalah sesuatu yang aku sukai, aku tak ingin merubah apa yang telah tuhan beri padaku, aku hanya ingin menikmati pemberiannya saja, karna sejatinya wanita itu adalah aurat,  seluruh badannya adalah aurat kecuali telapak tangan dan wajah, jadi haruskah aku merubah apa yang tuhan beri padaku. " jawabku terhadap sahutan Reina.

" Tahukah kamu Muna.  Kamu itu adalah perempuan yang tak bisa di tebak, kamu memiliki karakter yang unik terkadang kamu penakut, penuh tawa dan terkadang juga memberikan motivasi seperti tadi aku salut dengan kamu yang bisa bertahan di masa ini, dmana riasan wajah dan pakaian ketat adalah sesuatu yang lumrah di kalangan kita. Tapi kamu berhasil untuk mempertahankan diri kamu dari itu semua.!"
" Cukuplah ingat allah saja sebagai landasan utama mu dalam merubah akhlak dan kepribadian mu jangan utamakan hawa nafsu mu karna sejatinya hawa nafsu itu adalah musuh terbesar kita dan kamu harus tau aku bukan tak ingin mengikuti gaya masa kini tapi aku takut apabila aku seperti itu maka aku hanya akan menjerumuskan orang tua ku kedalam neraka saja aku takut akan hal itu.! "
" Andai saja di dunia ini ada beberapa orang seperti kamu aku yakin pasti semua nya akan berubah, dan aku percaya apabila dunia akan menjadi lebih baik dari sebelumnya.!"

Perbedaan bukanlah satu satunya diantara berjuta kehidupan yang ada di dunia. Bagi Muna kehidupan itu adalah sesuatu yang harus kita syukuri, kita nikmati dan kita hargai karna setiap hembusan nafas yang kita hembuskan dan setiap detakan jantung yang setiap detik berdebar adalah sebuah anugrah yang paling besar bagi dirinya. Berkat dorongan dari orang tuanya dan beberapa teman terdekat nya mampu membuat dia menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 17.30. Reina yang sudah siap merias dirinya mengajak ku untuk berkeliling kamar sambil menunggu teman teman yang lain sampai ke hotel.
" Muna ikut yu, kita jalan jalan berkeliling hotel ini sambil menunggu teman teman kita yang lain sampai.!"
" Ayo tapi kemana Rei.?"
" Ayo ikut aja kamu pasti suka deh tempatnya.!"
" Baiklah ayo.! "
" Oke Let's go Muna.!"

one fine dayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang