Awal Dari Segalanya

322 33 14
                                    

Edit!!!

Aiden side

Kacau, satu kata yang bisa menggambarkan keadaan disekitarku, taman-taman bunga yang awalnya begitu indah telah rusak, pilar-pilar Istana yang awalnya berdiri kokoh telah hancur oleh kekuatan tak dikenal. Aku sendirian, sepertinya, nafasku kacau karna bertarung dengan para musuh yang menyerang Istana Zambrud. Tangan kananku masih memegang pedang pemberian ibuku, berdarah tapi masih baik-baik saja

Aku terus berjalan dengan tertatih-tatih, berusaha setenang mungkin. Hanya sedikit lagi aku akan menacapi Istana Emas, tempat paling penting di seluruh negeri, tempat dimana kehidupan berada, tempat dimana itu berada, tempat dimana prioritas perlindungan.

Dalam keheningan yang mencekam, aku mendengar suara langkah kaki yang begitu ringan dari arah yang berlawanan. Aku memegang erat pedang ditangan kananku, bersiap akan pertarungan. Aku bersembunyi dibalik tembok yang masih berdiri kokoh, suara langkah kaki itu mendekat, orang itu menjadi semakin dekat. Lalu saat itu

Trang

Suara kedua pedang berbenturan satu sama lain, disana gelap aku tidak bisa melihat wajah orang yang kulawan.

"Aiden?" Suara yang familiar memanggil

Api, muncul api ditangan kiri orang dihadapanku. Saat itu aku bisa dapat dengan jelas melihat wajah orang dihadapanku. Saudara kandungku, Caesar Vi Castilla, pakaian pangerannya berlumuran darah, dijelas telah kehilangan jubah putih yang selalu dia kenakan. Aku menghela nafas lega, kami berdua menurunkan pedang kami masing-masing.

"Caesar" aku sontak langsung memeluk kakak kadungku, aku senang dia baik-baik saja.

"Syukurlah kau masih hidup, kau baik-baik saja?" Dia bertanya sambil melihatku dari atas kebawah

"Buruk, tapi setidaknya aku masih bisa bertarung" jawab sambil tersenyum

Dia tersenyum tapi itu hilang begitu cepat "bagaimana Kaizer dan ibu?"

Realisasi itu menghantamku " aku...aku tidak tau dimana Kaizer, tapi ibu dia....dia........" Aku tidak bisa melanjutkannya sungguh begitu menyakitkan menginggatnya kembali

Dia tersenyum lagi, lalu mengacak rambut hitamku "aku mengerti. Tampaknya kita harus cepat sebelum sesuatu yang buruk terjadi pada itu" ucap Caesar

Aku mengagguk setuju itu selalu menjadi priotas utama, ayah selalu mengatakan untuk selalu melindungi itu apapun yang terjadi. Kami berjalan bersama dalam keheningan, Caesar tampaknya hanya kelelahan.

"Bagamana dengan ayah?" Aku bertanya

Caesar menggelengkan kepalanya "entahlah, saat itu istana Garnet begitu kacau. Dia langsung memintaku untuk pergi menuju istana Emas"

Keheningan terjadi kembali, dalam perjalanan kami menuju istana emas, beberapa monster muncul.

Kami akhirnya sampai di istana Emas, aku membeku ditempat, para pekerja istana terbaring tanpa nyawa secara mengerikan, beberapa diantara mereka bahkan terpisah dengan kepala, disaat bersamaan juga aku melihat beberapa bangkai monster tergeletak. Aku berharap sauadaraku yang lain sudah berada didalam dengan itu.

Kami masuk menuju salah satu ruangan dalam istana itu, ruangan itu kosong hanya terdapat batu kristal berwarna merah ditengah-tengahnya, sekilas itu hanya terlihat seperti batu biasa tapi pada kenyataannya itu ada pintu menuju itu

Aku dan Caesar meneteskan sedikit darah kami diatas batu itu, lalu dingding disebelah kanan terbuka, membuka lorong rahasia. Aku dan Caesar berpandangan satu sama lain lalu masuk kesana. Begitu kami berada dilorong dingding itu langsung menutup kembali, Caesar menyalakan api ditangannya. Kami berdua berjalan hingga ujung lorong dan menemukan pintu dengan ukiran rune yang rumit.

The lost princeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang