Bersyukur

18 7 0
                                    

Hari telah berganti. aku bersyukur aku masih mempunyai keluarga yang lengkap. Kadang aku malu masih mengeluh dan tidak melihat sekitar, ternyata masih banyak yang kehilangan salah satu keluarganya.

“terimakasih ya allah engkau telah memberikan aku keluarga yang masih lengkap dan memberikan kepada mereka kesehatan.”Aku tulis dalam buku diary ku.
Sebelum Amel datang menghampiri aku langsung menutupnya dan menyimpannya diatas meja.

“kebiasaan deh,  melamun sendiri.” Amel bersidekap didepan aku yang terkekeh pelan melihat tingkah Amel.

Sambil memegang tangan Amel, aku mengajaknya keluar dari kamar dan duduk ditaman belakang rumah.

Setelah empat hari di villa, kami kembali ke rumah menjalani aktivitas masing- masing.

“Mel, bapak sama ibu kemana?” Tanya Aku melihat awan itu seperti gumpalan kapas.

“Biasa mereka belum pulang kerja,” Jawab Amel dengan malas. Amel menyelipkan anak rambut yang tertiup angin ke belakang telinganya.

Aku sedikit menghirup udara sore ini yang menenangkan, semilir angin yang menerbangkan anak rambut dan menerpa wajah kami. Dirumah kami memang hanya berempat tidak ada pembantu, dan tidak ada satpam.

Pekerjaan rumah kami yang mengerjakannya mulai dari menyapu lantai, mengepel, mencuci baju sampai memasak. Tapi itu juga dibagi-bagi kalau mencuci baju dibagi dua pakaian ibu sama bapak, ibu yang nguci. Kalau baju aku sama amel aku yang nguci. Dan kalau masak kadang aku yang masak seringnya ibu tapi itu juga kalau tidak sibuk. Lebih seringnya memesan makanan.

Rumah yang selalu hangat, nyaman, tetapi semakin kesini bapak dan ibu selalu jarang dirumah mereka sibuk dengan kerjaannya masing-masing.

Waktu sudah bergulir. Malam nyatanya menambah kesepian rumah ini. Tadi bapak nelpon katanya dia lembur, mamah juga. Apa pekerjaan mereka tidak bisa dikerjakan besok?
Sudah berapa kali aku mengganti posisi duduk ku dan menggonta ganti chanel tv tidak ada yang seru. Melihat Amel yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya terlihat serius apa dirinya tidak merasakan lapar?

Aku melempar bantal sofa yang aku pegang kearah Amel.

Amel mendesis pelan sambil memelototkan matanya.

“Kakak kenapa sih, diem atuh aku lagi ngerjain PR.”

“Emang lu gak laper apa?”

“Ya laper sih,” jawab Amel “Yaudah, kakak pesen ke kenapa diem aja.” Tambah Amel

Aku segera mengambil ponsel yang ada disebelah ku dan membuka aplikasi memesan makanan. Tinggal tunggu beberapa menit pesanan akan diantarkan.

Setelah beberapa menit menunggu akhirnya makanan mereka telah sampai.

Aku dan amel memakan makanan yang kita pesan dengan khidmat. Tanpa mengeluarkan suara apapun.

***

Mentari telah menyingsingkan cahayanya dengan sinar yang menyemangatkan dipagi hari.

Dikamar yang bernuansa putih berdering nyaring alarm membangunkan sang empu yang masih bergelung dengan selimut yang hampir menutupi semua badannya.

Tangannya mencari benda berdering itu lalu mematikan dan segera menyingkirkan selimut tersebut sambil mengumpulkan nyawa yang masih berkeliaran.

Dengan sedikit menggosok matanya dan berlalu ke kamar mandi.

***

“selamat pagi semua.” Ujarku menghampiri bapak dan ibu yang sedang duduk di meja makan

“pagi sayang.” Ucap ibu dan bapak
Aku langsung duduk dihadapan ibu

“eh amel mana?” tanyaku

“mungkin masih dikamar.” Jawab ibu

“oh iya pak, aku boleh minta sesuatu gak?” tanyaku kearah bapak yang sedang menyuapkan sarapannya

“mau apa sayang?” kini bapak menatapku

“aku kesekolah mau bawa motor boleh?” tanyaku hati-hati

Bapak tersenyum hangat

“kenapa mau bawa motor, kan sudah diantar jemput?!” ibu menatapku sejenak dan kembali mengeduk nasi dan disimpan diatas piring dan memberikan padaku

“iya tapi aku mau bawa motor bu, temen-temen aku juga bawa motor.”

Aku mengambil piring yang diberikan ibu

“boleh,” bapak tersenyum

Aku menganggukan kepalaku

“lagian kamu sudah cukup umur untuk membuat sim.” Bapak

mengusap puncuk kepalaku dengan sayang

“makasih pak.” Aku tersenyum senang

“pagi semuanya.” Amel dengan riangnya duduk disebelahku “wah kayanya ada yang lagi seneng,”

amel menatap ibu,bapak dan aku bergantian.

“iya dong kakak udah dibolehin bawa motor sekarang.” Aku tersenyum bangga.

bapak dan ibu terkekeh pelan

“berarti aku juga boleh dong bu?” tanya amel “nggak sayang kan kamu masih kecil belum cukup umur.”

Amel memasang wajah cemberutnya

“nanti juga kalo kamu sudah besar pasti bapak beliin motor buat kamu.” Ucap bapak

“assiik.” Amel kembali tersenyum senang

“yaudah sarapan dulu, nanti kesiangan.” Ucap ibu

“Bu, aku berangkat ya, asalamualaikum.”
Aku mencium tangan ibu dan bapak bergantian dengan amel.

“walaikumsalam, hati-hati dijalan ya.” Jawab ibu tersenyum

“yaudah bapak juga berangkat ya bu, udah siang. Asalamualaikum?”

ibu tersenyum manis dan mencium tangan suaminya dan membawakan tas suaminya sampai di mobil.

Aku dan amel kini sudah berada di dalam mobil yang akan mengantarkan kita ke sekolah dengan supir pribadi dan bapak menggunakan mobil yang satu lagi. Karena keluarga kami memiliki dua mobil.

Mobil kita sama-sama meninggalkan halaman rumah dengan arah yang berbeda mobi yang aku tumpangi ke arah kanan sedangkan mobil bapak ke arah sebelah kiri.

Ibu melambaikan tangannya dengan senyumnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WHYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang