Prolog

37 2 0
                                    

Jika kita bisa mendesain kehidupan, tidak ada seorang pun yang ingin kecewa.

Tapi yang sering melanda justru kesedihan.

Kita harus belajar hidup dengan menanggung segala resikonya.

Kita mungkin pernah merasa bahagia atau sedih.

Tapi yang konstan dalam hidup adalah kita tidak bisa memutar waktu untuk memperbaiki keadaan.

Seharusnya, kita mendapatkan kesempatan kedua untuk mengeksplor lebih banyak.

Karena itu aku ingin menciptakan tempat spesial untuk memberimu kesempatan kedua.



↩↪





Seorang laki-laki berkemeja coklat perlahan membuka pintu sebuah bar kecil di pinggiran jalanan malam itu. Setelah menutup kembali pintu bar tersebut, ia berdiri terpaku melihat banyaknya ornamen yang menghiasi bar tersebut. Lampu tumblr bergantungan juga bintang berbagai bentuk yang menjuntai di berbagai sudut bar. Langkah kakinya perlahan menghampiri suara indah seseorang mengalunkan sebuah lagu dengan diiringi petikan gitar nya di tengah-tengah bar.

Laki-laki tersebut kembali memperhatikan beberapa patung yang juga menjadi penghias bar disana. Ia masih berdiri tanpa melakukan pergerakan apapun, menunggu si penyanyi tersebut menyelesaikan lagunya. Ia tersenyum, mengeluarkan tangannya dari saku celana seraya bertepuk tangan bersama pengunjung yang lain setelah pertunjukan usai.

“Ini untukmu”

Laki-laki dengan suara merdu tadi membawa dua botol minuman dari dalam lemari penyimpanan. Membukakan salah satu botol tersebut dan memberikannya kepada laki-laki berkemeja coklat dihadapannya.

“Terima kasih”, jawabnya santai. Kedua laki-laki yang saling berhadapan tersebut minum secara bersamaan.

“Aku suka hiasan bintangnya.”

“Barmu bagus. Misterius dengan sentuhan romantis.” Imbuh si kemeja coklat menanggapi dekorasi bar yang telah ia perhatikan semenjak pertama menginjakkan kakinya tadi.

“Ini gayaku. Aku suka barang antik. Aku suka mengumpulkannya. Cantik, bukan?”

“Tapi … bintang-bintang itu, aku paling suka mereka. Aku percaya ketika sesuatu dipertemukan, sifatnya misterius dan tidak bisa kita kontrol.” Jelas si penyanyi dengan serius. Membuat mereka berdua saling bertatapan dan terdiam.

“Seperti pertemuan kita hari ini!” ungkapnya mengurangi kecanggungan diantara mereka.

Si penyanyi mengulurkan tangannya yang memegang botol minuman untuk mengajak laki-laki berkemeja coklat tersebut untuk bersulang kembali. “Namaku Brian. Aku pemilik bar ini.”

“Namaku Anggara. Sudah berapa lama bar ini dibuka?” tanya laki-laki berkemeja coklat yang diketahui bernama Anggara.

Brian melihat sekeliling tempatnya berdiri saat ini, “Hmm, hari ini pembukaan besarnya sih.” Jawabnya santai.

“Permainan musikmu menarikku kemari.” Brian terkekeh mendengar penuturan Anggara.

“Kau bicara soal orang yang kesepian. Kalau tidak kesepian, kau tidak akan datang ke tempat semacam ini. Semua orang punya masalah. Pasti pusing kalau disimpan sendiri. lebih baik kalau dipikul secara bersama-sama.”

Brian berbalik badan mengambil beberapa botol minuman yang masih terisi penuh kepada Anggara tanpa membuka tutup botolnya seperti tadi yang ia lakukan.

“Begini saja. Pergi dan carilah masalah orang lain.” Lanjut Brian.
Anggara sontak berbalik melihat pengunjung di belakang tempatnya berdiri yang melamun seorang diri. Ia mengambil botol minuman tersebut dan menghampiri pria tersebut tanpa ragu. Pria tersebut mengangkat wajahnya menatap Anggara  yang memberikannya sebotol minuman.

Turn Left, Turn RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang