HARMONI MALAM HARI.

6 0 0
                                    

Jakarta,22 Februari 2020 -

Malam itu pukul 12:04 dini hari,hari belum saja lama berganti di Halte Busway Harmoni,Jakarta Pusat.Aku berada di dalam bus TransJakarta menuju pulang setelah bertemu sahabat SMP ku,Arief di Bogor.Bus yang ku tumpangi sedang menunggu bus yang akan datang untuk mengangkut penumpang berikutnya.Nampak penumpang dari bus jurusan lain mulai masuk ke dalam bus yang sedang ku tumpangi,hingga bus akan ditutup terlihat jelas dari kaca seorang pemuda laki-laki menggunakan kemeja coklat,celana panjang coklat,dan headset terpasang di telinga berlarian memasuki bus dengan tergesa-gesa sambil asik bermain hp.

Masuk ke dalam bus,kemudian bus pun tertutup rapat,ia duduk tepat di serong kananku,di bangku yang tersisa satu-satunya.Awal ia duduk, kami sempat saling tatap.Nampak tak ada yang aneh darinya,seperti penumpang pada umumnya.Aku pun kembali memasang headset ku yang sempat ku copot tadi,kemudian memutar playlist Spotify ku.

Saat bus sedang berhenti di lampu merah,tak sengaja ku melihatnya mengubah posisi iPhone 7 nya dari yang semula vertikal menjadi horizontal.Benar-benar tak ada yang aneh,tapi mengapa matanya mengingatkanku akan seseorang?Ku mencoba tuk menutup mataku sejenak.Yap,hal itulah yang selalu ku lakukan bila aku merasa mengenali seseorang tapi ku tak hafal namanya.Ini sudah ku lakukan sejak SD jika ku bertatap muka dengan seseorang dan ku merasa tak asing.

Ku memejamkan mataku untuk beberapa saat,dan dari wajahnya,membawaku kepada memori semasa kecil,namun ku belum selesai mengidentifikasi siapa dirinya yang sesungguhnya.Saat itu ku buka kembali mataku,dan menatapnya sejenak,untuk memastikan sekali lagi,apakah dia benar orang yang ku kenal atau tidak.

Jika dikaitkan dengan masa kecilku,aku dulu besar di sebuah daerah di Jakarta Pusat bernama Kemayoran.Ya,aku besar di Kemayoran selama kurang lebih 2 tahun sebelum akhirnya pindah ke sebuah perumahan di Jakarta Utara.Namun,tetap saja,mukanya mengarah kepada kejadian-kejadian dimasa kecil semasa aku tinggal di Kemayoran.

"Astaga,dia siapa sih,elah.Tengah malem bikin orang mikir aja" tuturku dalam hati.Pria yang berwajah oval berkulit sawo matang ini benar-benar membuatku berspekulasi.Tak ada nama yang tepat dengan wajahnya,entah mengapa hahaha."Oke,oke,coba perhatiin dari atas sampe bawah,kali aja match.Emmm..Muka hypebeast gitu,baju islami ala-ala,chino coklat,converse ungu,." hati kecilku berkata demikian.

Hingga bus berhenti di halte yang kesekian kalinya,dia belum turun juga.Pikirku,ah mungkin dia pasti orang lain yang kebetulan mirip aja dengan orang yang ada dalam memoriku.Jujur,instingku berkata dia adalah sahabat kecilku,namun jika iya,mengapa ia tidak menyapaku sejak awal ia masuk ke bus?Apa Karena aku menggunakan masker,sehingga wajahku tak begitu dikenali?Apa Karena aku terlihat lebih hitam daripada masa kecilku sehingga ia sulit mengenaliku?Ahhh.Banyak sekali yang ada dalam benakku.

Hingga akhirnya bus tiba di Halte Senen,yang mana banyak sekali penumpang  yang turun dari bus dan transit untuk melanjutkan perjalanannya.Bus pun agak sedikit lengang,sehingga ku kembali bermain dengan gadgetku.Tak terasa tiba-tiba terdengar suara "Next station,GALUR." Ya,halte berikutnya adalah Halte Galur.Di halte ini banyak sekali penumpang yang akan turun,bahkan bus belum merapat dengan halte pun mereka sudah mengambil ancang-ancang untuk turun.Sesampainya bus di halte,terlihat jelas penumpang berbondong-bondong mengantre untuk turun,hingga akhir bus akan ditutup,dia berlari menuju pintu depan untuk turun di Halte Galur.

"Anjir,fix.Ini Galur woi,Kemayoran.Astaga." saat bus mulai bergerak melewati halte,kami pun bertatap wajah,walau hanya sejenak saja.Sepanjang jalan menuju halte pemberhentianku tiba,aku semakin berpikir keras.Siapa dia?Dimana ia tinggal?Kemana arahnya pulang?Hingga aku turun dari busway pun aku tetap memikirkannya,siapa dia?Baru kali ini aku tidak berhasil mengenali orang.

Dalam perjalananku dari halte ke rumah,menaiki ojek online tengah malam melewati suasana Jakarta yang saat itu sedang dingin membuatku hanya memikirkan 1 hal  yang ada di dalam benakku. "Siapa namanya,yah?" saat abang ojol lebih memilih melewati jalanan komplek yang sunyi itu,semakin membuatku ingin menutup mataku.Benar saja,suasana itu semua semakin membuatku berhasil menutup mataku,dan seolah-olah langsung menyuruh seisi jiwa raga menghasilkan sebuah nama dari makhluk yang baru saja ku lihat,ku jumpai,dan ku pikirkan.VOILA! Muncullah satu nama dari benakku.

Dia adalah Raffif.Ya,pemuda yang ku jumpai tadi adalah Raffif,teman semasa kecilku di Kemayoran dulu.Singkat cerita,Raffif adalah anak dari boss di tempat mamaku bekerja dulu.Di perusahaan yang merupakan tempat mamaku bekerja jugalah Raffif tinggal,maka dari itu ketika aku berkunjung ke kantor mamaku,pasti aku bermain dengan Raffif.Terlebih saat aku masih tinggal di Kemayoran,jarak dari rumah ke kantor mama hanya berjarak kurang dari 1km.

Dahulu ketika mama mendapat shift siang,pada sore hari ketika aku datang menjemput mama pasti aku menyempatkan waktu untuk bermain bersama Raffif,entah itu hanya sekedar bersilahturahmi atau bercanda-tawa.Awalnya sih agak sungkan ya,bermain sama anak boss,tapi percayalah,lama-lama pasti akan menjadi sahabat juga hahaha.Buktinya,sampai beranjak dewasa ini, kami masih keep in touch kok,lanjut di part berikutnya yah :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WHO ARE U?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang