Sorry for typo... rasa-rasanya ff yang ada belom di lanjut tadi habis ngetik malah ngongol ide... siapa maren yang mau aku bikin angst? odultmaniac ?😏😏
..
"Janganㅡ ku mohon." Air mata berlinang, kelopak mata membengkak dan sulit bernafas. Rasa sesak yang semakin kuat dan begitu menyakitkan, seolah hati kecilnya tengah tergores dan lukanya di biarkan terbuka. Semakin lama, luka itu tambah perih dan kehidupannya tidak pernah sejalan dengan segala harapan kecil yang ia punya.
"ㅡmaaf, kau adalah alasan aku bisa berada disini." Senyum itu penuh akan kehangatan. Tapi Jaeminㅡ ia tak merasakan apapun. Semuanya nampak pudar, cahaya berangsur menghilang. Tubuhnya mendadak limbung dan terjatuh.
"Kenapa tidak engkau bunuh saja aku? Agar hidupku tidak terus-terusan seperti ini." Ia berdoa, hingga kelopak mata itu menutup perlahan. Jaemin memeluk erat rasa penyesalan dan kemungkinan suatu saat ia tidak akan pernah bisa melepaskannya sama sekali.
"Selamat tinggal, Na Jaemin." Isak tangis dalam mimpi tidaklah terdengar, namun raut wajah putus asa itu telah menuliskan segalanya.
"Biarkan aku mati." Jaemin sekali lagi berdoa dalam jatuhnya kesadaran yang begitu dalam. Dasar hitam menyambutnya tanpa ada segores pun cahaya memberikan arah petunjuk.
6 bulan sebelumnya...
Jaemin menatap pekarangan rumahnya, tatapan matanya kosong dan datar padahal itu masihlah pagi. Tidak ada kebahagiaan dan semangat terpancar dalam sorot matanya yang sayu. Ia tinggal sebatang kara, kedua orangtuanya membuang dirinya dalam kondisi yang mengenaskan. Jaemin memiliki bekas luka di sekujur tubuh, menurut orang-orang di desa ia terkena kutukan dan harus segera di bunuh. Namun karena permintaan sang ibu, ayahnya hanya membuangnya jauh ke dalam hutan dan menempatkan Jaemin yang berusia lima tahun saat itu di sebuah rumah keci tua tak berpenghuni.
Setiap sebulan sekali ia di kunjungi sang ibu yang selalu membawakannya makanan dan persediaan, baju hangat, syal bahkan hingga topi rajut sederhana. Lalu ketika umurnya menginjak dua belas tahun, kedua orangtuanya meninggal. Itupun ia ketahui ketika ia merasa janggal karena setahun belakangan ibunya jarang berkunjung dan pada hari dimana ia tahu segalanya, maka di hari itupula Jaemin kehilangan harapannya.
Tubuhnya bak jasad bergerak tanpa nyawa. Lalu, saat itu Jaemin hidup serba apa adanya. Belakangan, beberapa pohon mangga dan apel yang di tanam oleh sang ayah di depan halaman rumah tua kecilnya berbuah dan Jaemin kadang kala hanya mengonsumsi itu. Kadang juga ia mencari sesuatu sekedarnya saja yang dapat di makan, namun ia tak pernah sekalipun membunuh binatang untuk di jadikan santapan, kecuali ikan.
Bertahun-tahun, ia hidup serba apa adanya dan kondisi tubuhnya hampirlah seperti kerangka. Bekas lukanya semakin memburuk dan pada akhirnya Jaemin hanya bisa berbaring sembari menunggu ajal. Hingga satu bintang jatuh membuatnya berharap agar segera mati dan bertemu kedua orangtuanya sesegera mungkin.
Satu jam kemudian, saat tangisnya mengering. Jaemin tahu ada orang yang membuka pintu depan rumahnya malam itu. Tapi ia justru memejamkan mata dan berharap itu adalah seorang pembunuh yang akan membunuhnya. Ia siap mati.
Namun sentuhan lembut itu mengacaukan harapannya, usapan tangan yang menghangatkan dinginnya malam. Wajah tampan sosok itu menatapnya intens lalu memeluk tubuhnya dan Jaemin tertidur lelap.
..
Di pagi hari, Jaemin menemukan tubuhnya nampak jauh lebih berisi. Dengan bekas luka yang sebagian memudar. Perutnya juga terasa kenyang. Belum lagi ia mengingat betul bahwa ia sedang sekarat dan melihat seorang pemuda tampan dengan sorot mata tajam yang bahkan ia kira adalah dewa kematian atau malaikat pencabut nyawa. Namunㅡ
KAMU SEDANG MEMBACA
[Oneshoot] Milky Way | Nomin
Fantasy[oneshoot] bagai bintang yang sulit ku raih. bxb Nomin area angst, romance, fantasy DIMOHON UNTUK TIDAK SALAH LAPAK!