BAB 2 "Asisten Dosen Ganteng"

171 12 8
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah, kemarin sudah ada yang memberikan saya semangat untuk melanjutkan cerita ini.
Terimakasih untuk yang sudah memberikan saya semangat dan semoga cerita ini bisa memotivasi dan bermanfaat bagi kalian semua.

Happy reading
🌸🌸🌸

Setelah menunggu selama 2 jam akhirnya Anin dan teman-temannya meninggalkan ruang kelas karena jam matkul telah berakhir. Mereka sangat bahagia karena pak dosen killer itu tidak masuk kelas entah apa alasannya. Sedangkan Anin sendiri merasa kesal dengan ulah sang dosen yang seenaknya tidak masuk kelas tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Jika saja ia tahu bahwa dosennya itu tidak akan masuk ia mungkin saat ini masih tidur dirumahnya.

"Dasar dosen killer, tau gini mah gue tidur aja dirumah. Udah bela-belain masuk kuliah demi si pak dosen killer, ehh taunya dianya kaga masuk. Sumpah kesel banget gue tuh sama dia" omel Anin saat ia dan Senja menuju ke salah satu kantin di kampusnya.

"Udahlah yang sabar Nin. Bukannya harusnya lo bersyukur yah itu dosen killer ga masuk kelas, kan lo jadi ga dapet hukuman"

"Iya juga sih Ja, tapi gue tetep kesel banget sama itu dosen. Gue kan bela-belain masuk kuliah meskipun gue tuh capek banget demi ga ketinggalan matkul ini. Sedangkan si pak dosen dengan seenaknya ga masuk tanpa ngabarin kita semua." jelas Anin.

"Yasudah deh Nin mending kita makan aja dulu, perut gue udah laper banget nih soalnya tadi pagi gue belum sempet sarapan. Lo mau pesen apa biar gue yang pesenin dan lo yang cari tempat duduk buat kita berdua." Ucap Senja ketika mereka telah sampai di kantin.

Anin melihat situasi kantin yang lumayan ramai. Ia berusaha mencari tempat duduk yang masih kosong untuk ia dan Senja tempati.

"Gue pesen bakso sama es teh aja yah. Gue tunggu lo di meja paling pojok sana soalnya cuma itu bangku yang tersisa buat kita".

Setelah mengucapkan itu Anin langsung pergi menuju ke tempat yang sudah ia incar. Ketika Anin sudah sampai disana ia langsung menempati kursi yang kosong dan tanpa ia sadari ada orang lain yang juga menempati kursi kosong disebelahnya. Fyi Dikantin itu memang tersedia beberapa meja yang setiap mejanya dilengkapi dengan 2 kursi yang berukuran lumayan panjang. Jika dihitung mungkin dalam satu tempat tersebut bisa memuat samoai 4 orang.

"Wah maaf mbak saya tidak tahu jika tempat ini punya mbaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah maaf mbak saya tidak tahu jika tempat ini punya mbaknya. Sekali lagi saya mohon maaf mbak" ucap laki-laki disebelah Anin seraya berdiri sambil membawa nampan yang mungkin adalah menu makan siangnya.

Anin menoleh kearah laki-laki yang hendak pergi dari kursi disebelahnya itu, ia mengamati laki-laki yang sepertinya belum pernah ia temui di kampusnya. Ia merasa kasihan kepada laki-laki itu karena kondisi kantin yang sangat ramai pasti membuatnya kesusahan mendapatkan tempat duduk. Anin berusaha menghampiri laki-laki tadi.

"Ehmm, maaf mas sepertinya mas kesusahan mencari tempat duduk. Sebaiknya mas duduk di tempat tadi saja, saya tidak apa-apa kok. Lagian saya cuma berdua dengan teman saya, jadi mas bolrh duduk disana" Ucap Anin sembari memandang laki-laki dihadapannya.

"Wah terimakasih mbak atas tawarannya. Saya dari tadi sudah keliling tapi ternyata tidak ada tempat kosong lagi selain tempat yg tadi mbak." ucap laki-laki itu sambil tersenyum menatap Anin. Sedangkan Anin yang ditatap seperti itu malah merasa malu. Semburat merah di pipinya membuatnya malu untuk menatap laki-laki dihadapannya dan ia memilih untuk menundukkan wajah agar rona merah di pipinya tidak diketahui oleh laki-laki dihadapannya itu.

"Duh jangan sampe gue ketahuan blushing sama itu cowo, bisa malu gue kalo ketahuan" batin Anin.

"Ayo mbak kita kesana, sepertinya teman mbak juga sudah sampai disana" ucap laki-laki misterius itu dan membuat Anin tersadar dari lamunannya. Ia langsung melihat ke tempat yang dimaksud laki-laki tadi. Ia melihat Senja telah duduk dengan pesanan miliknyanya dan juga milik Anin. Anin dan laki-laki itu berjalan ke arah Senja.  Sementara itu, Senja bingung karena setibanya ia ditempat yang telah ditentukan Anin tapi ia tidak menemukan sahabatnya itu.

"Lo darimana aja sih Anin, kok malah ninggalin gue. Untung aja nih tempat ga keburu ditempatin sama orang lain." ketus Senja tanpa melihat bahwa didekat Anin juga ada seorang laki-laki tampan.

"Emm, sori Senja tadi gue tuh sebenernya udah duduk disini pas ternyata mas ini juga duduk disini. Terus dia ngalah dan nyari tempat yang lain. Tapi gue liat dia kebingungan ga dapet tempat duduk jadi ya gue ajak dia bareng kita. Gapapa kan Senja?" jelas Anin.

"Iya mbak, tadi mbak ini masih nyusul saya mangkanya mbaknya tadi ngilang" tambah laki-laki itu.

Sedangkan Senja sibuk memandang wajah laki-laki tampan itu sambil melamun. Entah apa yang dipikirkan oleh Senja hingga ia melamun sambil senyum-senyum sendiri. Anin yang melihat tingkah sahabatnya itu hanya bisa menggelengkan kepala.

"Silahkan duduk mas" ucap Anin.

Akhirnya mereka bertiga duduk dan melanjutkan acara makan siang mereka. Tak ada yang memulai pembicaraan yang terdengar hanya suara dentingan sendok. Anin berusaha mencuri pandang kearah laki-laki disebelahnya yang sibuk menyantap makanannya. Kemudian ia melirik ke arah Senja yang sepertinya tak henti-hentinya menatap ke arah laki-laki itu.

Tak lama kemudian terdengar suara dari Senja.
"Emm kalo boleh tau masnya ini mahasiswa baru atau bagaimana? Soalnya saya belum pernah melihat mas ini berada di area kampus?" tanya Senja.

"Saya asisten dosen" jelas laki-laki tampan yang kini sedang duduk disebelah sahabatnya itu. Setelah itu ia berdiri dan pergi meninggalkan Anin dan Senja.

"Yah ko dia pergi gitu aja sih, belum juga gue nanya nama dia" Ucap Senja sambil mengerucutkan mulutnya.

"Lo sih punya mulut ga bisa dikontrol. Mungkin aja dia risih lo tanyain gituan. Udah gih cepetan selesain makannya ntar lagi gue harus otw kerumah murid gue nih" ucap Anin.

"Iya iya Anin sabar napa, baru aja gue seneng gara-gara ada mas asisten dosen ganteng. Nah sekarang lo malah marah-marah ga jelas gitu sama gue. Apa jangan-jangan lo marah gara-gara asdos ganteng itu pergi ya, terus lo gabisa deket-deket sama dia lagi" ucap Senja sambil berusaha menggoda Anin dengan mencolek dagunya.

"Serah lo deh Senja, gue duluan yah" putus Anin.


Gimana nih kesannya pas baca part baru ceritaku.
Kritik sama saran dari kalian tetep aku tunggu yah.
Jangan lupa vote sama komen juga, biar aku bisa lebih semangat buat lanjut cerita ini

Mimpi Seorang Wanita Akhir ZamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang