8. Debaran Hebat

47 8 1
                                    

Aktivitas Vanilla saat ini bertambah dengan sering saling berkirim pesan singkat bahkan telfon-an dengan Aldo. Ia merasa bahwa kehidupannya berwarna jika Aldo disini.

Ia sendiri tidak bisa menjelaskan perihal perasaannya terhadap lelaki itu, yang ia rasakan hanya kebahagiaan jika ia terus bersamanya.

Tepat pukul setengah enam pagi Aldo mengirim pesan singkat yang mengganggu.

Aldo

"Oiiiii!!"

"Bangunnn!!!"

"Vanilla!!

"Lo tidur atau pingsan?!"

"P"

"P"

"P"

Vanilla mendengar ponselnya yang terus berbunyi di sampingnya, manusia waras mana yang membangunkan orang lain saat pagi-pagi buta seperti ini.

Ia membuka matanya dengan malas, tangannya mencoba meraba-raba untuk meraih ponsel yang ia letakkan di atas meja dekat tempat tidur.


Tertera nama lelaki yang sudah tak asing lagi. Ia mengirim pesan sebanyak ini hanya untuk membangunkan Vanilla.

Aldo

"Mm?"

"Akhirnya putri tidur bangun juga setelah dipanggil pangeran"

"Pangeran kodok!"

"Sensi banget"
"Bangun! Ke kampus sekarang juga!"

"Ngapain?"
"Mls"

"Gue mau ajak lo ke suatu tempat"
"Gue tunggu di kampus"
"Sekarang!"

Vanilla menghela napasnya, ia harus ke kampus pagi-pagi seperti ini hanya untuk menemui lelaki menyebalkan itu, namun entah apa yang membuatnya tidak bisa menolak.

Vanilla segera bersiap, meskipun dengan bermalas-malasan namun tetap ia lakukan.
***

Hari ini ia tidak mungkin berangkat bersama Abidzar, maka ia memutuskan untuk memesan taxi.

Sebelum beranjak dari rumah, Vanilla membangunkan nenek untuk berpamitan, karena tidak mungkin ia pergi tanpa bilang kepada orang rumah.

Tok!  Tok!  Tok!

"Nek!"

Beberapa detik kemudian pintu kamar terbuka, terlihat nenek yang mungkin baru saja bangun setelah mendengar ketukan pintu.

"Ada apa, Vanilla?"

"Nek, aku ke kampus sekarang, karena ada urusan mendadak."

"Pagi-pagi seperti ini?" tanya Nenek sedikit tak percaya.

"Di antar Abidzar kan?" tanyanya lagi.

"Tidak, Nek, Aku pesan taxi"

"Serius?"

"Ya, Nek, aku berangkat dulu."

Nenek mengiyakannya, dan hanya memperhatikan gadis itu begitu terburu-buru, membuatnya hanya menggelengkan kepalanya pelan.

***

Pagi-pagi buta tepat dibawah pohon rindang dekat taman, Vanilla duduk di kursi yang terdapat disana. Sebelumnya Aldo telah mengiriminya pesan untuk menunggunya disana.

Vanilla Cokelat [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang