♣10

28.7K 1.3K 57
                                    

Selamat Membaca!

Maura menghela napas lalu melirik ke arah sebuah pintu. Saat ini ia sedang rebahan di atas karpet bulu di depan tv. Sudah satu jam, dan tidak ada tanda-tanda daddynya atau pak Adam keluar. Sebenarnya Maura penasaran sekaligus takut, penasaran ada hubungan apa antara keduanya dan takut kalau pak Adam justru berbicara yang tidak-tidak pada daddynya.

"Daddy sama pak Adam kok lama sih?"gumam Maura bosan. Dan ia juga kembali memanggil sang dosen dengan sebutan pak, setidaknya jika itu di depan keluarganya.

"Mana tadi Mommy salah paham."gumam Maura frustasi lalu melempar remot tv kesembarang arah.

Maura bangkit lalu berjalan menuju ruang kerjanya daddynya, mungkin ia bisa menguping sedikit.

Maura mendekati pintu ruang kerja itu dengan langkah pelan lalu menempelkan telinganya ke pintu dengan hati-hati. Namun tidak terdengar apapun.

"ck! "Maura berdecak lalu menepuk kepalanya pelan. Ruang kerja daddynya kan kedap suara.

Maura menggeleng lalu berlari menuju kamarnya, ia menutup pintunya kemudian menguncinya.

"Pikir Maura! Pikir! apa yang harus lo lakukan kalau misalkan pak Adam malah lamar lo dan daddy malah setuju."ucap Maura pada dirinya sendiri. Setelah dipikirkan, pak Adam pasti punya rencana khusus saat memutuskan ikut ke Indonesia bersamanya. Dosennya itu tidak mungkin hanya ingin berlibur melihat betapa niatnya sang dosen mengganggu dirinya. Apalagi sekarang, bertemu daddynya akan menjadi kesempatan bagus? Kalau semisal pak Adam ingin membicarakan masalah pernikahan.

Maura menggigit kukunya karena kalut lalu tiba-tiba ia mendapatkan sebuah ide. Ide yang pasti akan berjalan lancar mengingat hal ini adalah kelemahan daddynya.

Maura dengan cepat membuka pintu kamar lalu menemui mommynya yang ada di ruang bermain.

"Mom."panggil Maura membuat Ayyara menoleh.

"Apa daddymu belum keluar?"tanya Ayyara berjalan mendekati Maura yang duduk di sofa.

Maura menggeleng."Mom, sebenarnya Maura mau jujur sama Mommy. Ini tentang pak Adam."ucap Maura dengan nada tak semangat.

Ayyara menatap Maura cepat. "Apa benar terjadi sesuatu diantara kalian?"tanya Ayyara, ia tak bisa menuduh putri tirinya itu berbuat sesuatu jika itu tak ada bukti. Lagipula Ayyara begitu mengenal Maura.

Maura menggeleng lalu mulai menceritakan tentang pertemuannya dengan pak Adam, status dan masalah pernikahan pria itu, pemaksaan serta ancaman yang pernah sang dosen lontarkan. Semua itu Maura ceritakan dengan jelas dengan tambahan sedikit bumbu agar mommynya merasa kasian.

"Karena itu Maura sempat bilang mau pulang saja sama daddy, mom. Aku tidak punya pilihan lain. Di sana, Maura kuliah tapi diancam tidak lulus sedang pulang juga dimarah sama daddy."ucap Maura terdengar putus asa.

"Maura_"

"Rasanya Maura tidak ada harganya ya, mom."ucap Maura lirih membuat Ayyara langsung memeluk Maura. Ayyara mengelus punggung putri tirinya itu dengan lembut.

"Maafin aku ya, Ra. Sebagai mommy kamu, aku tidak tahu apapun tentang apa yang kamu alami di sana. Tapi kamu harus tahu kalau daddy mu itu selalu sayang sama kamu. Kamu putrinya satu-satunya."ucap Ayyara lembut membuat Maura tersenyum kecut.

Jodohku Duda TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang