Prolog

19 2 0
                                    

Kembali ke kota ini rasanya tidak memungkinkan apalagi setelah menginjakkan kaki di tempat ini memori mendesak keluar seakan menolak dilupakan. Ia sangat merindukan tempat ini apalagi kenangan yang tercipta seakan ingin mengulang kembali.

Sembari menunggu tuan rumah, Arunika melangkah mendekati sebuah figura yang amat dikenalnya. Sepasang anak remaja dengan view gunung yang indah dibelakangnya dimana remaja cowok terlihat senang merangkul remaja cewek yang hanya menatap datar ke depan. Terasa sesak hanya melihat figuranya, Arunika memutuskan melangkah ke sofa disudut ruang tamu.

Matanya sempat terpejam selama beberapa detik untuk merilekskan tubuh dan juga pikirannya. Tak lama, seorang cewek berusia lebih muda darinya datang dengan seorang wanita yang walau sosoknya sudah menjadi ibu tapi fisiknya seolah tidak termakan umur.

"I'm really miss u kak" kata manda sembari memeluk Arunika dengan erat
"Me too" Arunika membalas pelukan hangat manda. Disamping manda ada ibu manda ikut mengelus Arunika dengan sayang memperhatikan dua anak cewek yang saling melepas rindu.

"Ingin bertemu dengannya?" Tanya ibu manda seakan mengetahui tujuan Arunika yang sebenarnya. Arunika mengangguk dengan pelan. Kini ketiganya melangkah menuju mobil yang terpakir di depan.

Selama perjalanan, Arunika hanya diam memandang keluar jendela. Memperhatikan setiap kendaraan yang berlawanan arah dengan mobil yang ditumpangi. Entah mengapa rasanya ia malas mengeluarkan suara hanya sepatah kata.

Kurang lebih dua puluh lima menit perjalanan, akhirnya mobil itu berhenti tepat di samping toko bunga. Ketiganya turun dan berjalan ke arah toko bunga. Membeli sebuket bunga lily sebelum ia pergi menemui seseorang yang sudah lama dirindukannya.

Jarak dari toko bunga dengan tempat yang ingin ditujunya tidaklah jauh. Hanya beberapa meter. Langkahnya terhenti saat ia tiba di sebuah gapura yang berada tepat di depannya. Detik itu juga ia merasakan pasokan oksigen di paru parunya mulai menipis. Ditambah lagi dengan matanya yang kabur karena cairan bening itu mulai menggenang di pelupuk matanya. manda ikut sedih melirik Arunika disampingnya.

"Ayok kak" manda berusaha menguatkan dengan menggenggam tangan Arunika. Ketiganya melangkah menuju balutan rerumputan hijau yang tertata rapi dan berbentuk persegi panjang dengan sebuah batu marmer yang berada di atasnya.

Ya, tempat yang dituju adalah makam orang yang sangat berarti bagi ketiganya. Orang yang Arunika sia siakan begitu saja . Dulu hampir setiap hari ia datang untung membersihkan makam itu dan menaburkan bunga diatasnya. Namun, itu tak berlangsung lama karena beberapa bulan kemudian orangtua Arunika membawanya pergi ke Jakarta.

"Hai Erlan---," sapanya sambil berjongkok tepat disamping makam Erlan.

Arunika menaruh buket bunga lily yang tadi dibelinya di atas pusara makam. Tangannya tergerak untuk mengusap batu nisan berukiran nama orang terkasihnya.

Jujur, Ia benci. Jika harus menangis setiap kali mengunjungi makam Erlan. Karena, saat itulah ribuan kenangan berputar kembali di ingatannnya. Tak hanya itu, suara demi suara terngiang di telinganya.

"Seharusnya kita udah lulus bareng dan masuk di universitas sama - sama" matanya kembali berkaca - kaca "tapi karena gue, lo pergi untuk selama - lamanya" lagi lagi dan lagi Arunika menangis sejadinya. Bahkan sampai membekap mulutnya sendiri demi meredam tangisannya saat ia mengingat apa yang menjadi penyebab dirinya kehilangan Erlan.

"Maafin gue" sendunya, tiba tiba Arunika merasa ada seseorang yang mengusap bahunya. "Itu semua sudah takdir Tuhan, nak" ucap ibu manda. Meredakan tangisannya dan mengusap sisa sisa air mata yang menempel dipipinya
"Takdir yang membawa Erlan kembali ke sisi-Nya" sambung ibu manda.

Arunika bangkit diikuti manda dan ibunya. Sejenak, ia menatap makam Erlan sebentar lalu mulai melangkah keluar dari area pemakaman.

Arunika menarik napas panjag. Kakinya terasa sangat berat untuk melangkah. Apalagi jika mengingat kenyataan bahwa tak ada lagi tameng pelindungnya. Tak ada lagi penyemangatnya. Tak ada lagi hal yang menarik dari kehidupannya. Semuanya hilang daam sekejap, kemungkinan kembali sangatlah kecil atau tidak sama sekali.














#
Hii, namaku kiki ini cerita pertama yang aku buat hehe. Oh iya maafin aja semisalnya kalian yang baca nemuin typo diatas .Oke segitu dulu prolog nya, jangan lupa vote yah

Dadah xoxo

SHADOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang