01

484 60 2
                                    


"Nana Hyung~"

Rengekan manja itu mengusik pemuda manis yang fokus pada layar ponselnya. Walau demikian, pemuda bersurai hitam yang dipanggil Nana itu berusaha keras untuk mengabaikan eksistensi dari seseorang yang menurutnya adalah sang pengganggu.

Akan tetapi, Nana tidak dapat untuk tidak menghiraukan pengganggu itu ketika tangan lelaki itu hinggap pada pahanya. Mengusapnya perlahan yang tentu saja membuat Nana risih sekaligus kesal setengah mati dengan kelakuan adiknya itu.

Segera Nana menepis tangan nakal itu yang bergerak naik di pahanya, "Jangan mulai, Jisung," peringatnya. Obsidian hazelnya menatap tajam pada sang adik.

"Kalau begitu jangan mengabaikanku," sahut pemuda yang duduk di balik kemudi itu. Bibirnya mengerucut dengan kesal.

Menghela napas, Nana memasukkan Iphone plus yang baru didapatkannya kemarin malam ke dalam saku celananya. Pandangannya beralih pada sosok yang kini tengah menatapnya intens dengan wajah yang tampak menahan kekesalan.

"Katakan padaku, apa yang kau inginkan, Jisung?" tanya Nana lembut. Satu tangannya menyentuh wajah tampan Jisung. Jari-jarinya bergerak pelan mengusap pipi lelaki itu.

Seketika iris hitam milik Jisung berbinar. Pertanda akan datangnya hal buruk bagi Nana.

"Berikan aku french kiss-mu, Hyung!" pinta Jisung dengan senang hati. Permintaan yang tidak wajar ditujukan untuk seorang kakak. Meskipun kakak manisnya itu hanyalah seorang kakak tirinya.

Tak!

Sentilan di dahinya adalah jawaban yang diberikan Nana. Sontak Jisung mengaduh kesakitan. Membawa tangannya mengusap bagian dari dahinya yang baru mendapat hadiah cantik dari sang kakak.

"Kendalikan hormonmu, Jisung!" sungut Nana, lalu melanjutkan, "Atau setidaknya mintalah pada orang lain guna mengurus gairahmu, bukan pada kakakmu."

"Sedang kulakukan, Hyung. Nana kan temanku," ucap pemuda yang usianya dua tahun lebih muda dari Nana. Ekspresinya begitu santai saat mengatakan kalimat itu.

Nana memilih mengalah, "Terserah," katanya, kemudian mengecek jam tangan rolex yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya. Jika perkiraannya tidak salah, maka lima menit lagi bel sekolahnya akan berbunyi. "Bisa kau buka pintunya sekarang juga, teman?" Pada akhirnya Nana mencoba mengikuti cara berpikir Jisung.

"Akan kulakukan, teman," Jisung memasang senyum manisnya yang dalam sepersekian detik berubah menjadi sebuah smirk yang membuat Nana sedikit was-was. "Tapi, setelah kau memberikan apa yang kuminta di sini ini," lanjutnya sambil menyentuh bibirnya.

Nana berdecak kesal. Sepertinya adik tiri kurang ajarnya ini ingin sekali mendapat tampolan dari sepatu mahalnya.

"Cepat buka pintunya, Jisung!" geram Nana.

Jisung menggelengkan kepala. Menolak keras permintaan Nana. Ia meraih lengan Nana. Menarik pemuda manis itu agar semakin mendekat padanya. "Give me your french kiss first," bisiknya tepat di telinga Nana.

Mengembuskan napas kasar, "Kita di sekolah, Jisungie," suara Nana melembut. Kedua tangannya menangkup wajah Jisung. Mengikat sepasang obsidian hitam itu dengan netra hazelnya.

"Just once, Hyung," ucap Jisung tak menyerah. Kedua tangannya melingkari pinggang Nana.

"Fine. Tapi nanti, setelah aku pulang dari penjara belajar," tawar Nana. Tanpa sadar satu tangannya memainkan kancing seragam Jisung.

"No!" tolak Jisung mentah-mentah. Lelaki itu menundukkan kepalanya hingga tanpa sengaja hidung mancungnya menabrak milik Nana.

Melirik jam tangannya, Nana tahu jika dia tak memiliki banyak waktu. Ia tidak akan mempermasalahkan keterlambatan dirinya di hari pertama masuk sekolahnya. Toh tidak akan ada yang menegurnya karena ia adalah murid pindahan baru. Tapi perkara terlambatnya Jisung akan menjadi masalah. Nana tak terlalu mengerti apa Jisung salah satu murid bandel yang sering terlambat masuk sekolah atau bahkan tak segan melakukan hal bodoh lainnya yang selayaknya dilakukan oleh berandal sekolah.

School 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang