"Salam kenal semuanya. Namaku Nana. Park Nana tepatnya. Aku pindahan dari Amerika. Terima kasih."Nana membungkukkan badannya seusai mengenalkan dirinya di depan teman-temannya. Ia merasa risih karena beberapa pasang mata yang dengan terang-terangan menatapnya memuja. Makian sudah siap dilontarkan mulut Nana ketika mendengar bisik-bisik yang mengatakan dirinya cantik alih-alih tampan.
"Sial! Dia manis sekali!"
"Lihat wajahnya! Astaga, bagaimana bisa seorang lelaki secantik itu?!!"
"Dunia ini memang tidak adil! Kenapa Tuhan menciptakan makhluk yang tampan dan cantik dalam diri seseorang?!!"
"Tissue mana tissue?!! Sialan sekali anak itu! Berani-beraninya dia membuat hidungku mimisan hanya dengan muka manisnya!!"
Hell, apa mereka semua buta?! Dia ini seorang lelaki, bukannya perempuan!!
"Hei, Na manis. Namaku Lucas. Dan aku menyukaimu. Bagaimana dengan menjadi pacarku?"
"Thanks, tapi kau bukan tipeku," jawab Nana tanpa ekspresi.
Sontak saja respon dari si pemuda manis mericuhkan suasana. Semua orang di sana lagi asyik tertawa. Menertawakan Lucas yang untuk pertama kalinya mendapat penolakan.
Sampai akhirnya Taeil yang merupakan wali kelas di kelas itu sekaligus seorang guru keagamaan menghentikan keributan anak didiknya dengan memukul papan tulis menggunakan penggaris kayu yang panjangnya 60 centimeter. Pria itu mencoba mengkondusifkan suasana di kelasnya yang ramainya tak jauh berbeda dengan pasar malam minggu.
"Baiklah, Nana. Selamat datang di kelas XII A. Kau boleh duduk di samping ..."
"Kau duduk di sebelahku saja, Na," teriak seorang pemuda yang duduk di deretan kedua. Ia menunjuk sebuah bangku di sampingnya yang memang masih kosong.
"Lalu mau kau buang ke mana si cabul Jung itu, Jepang?" celetuk Renjun tiba-tiba.
"Bangku di sampingmu kosong, bukan? Biar Jaehyun pindah duduk di sana," timpal Yuta.
"Kau pikir aku rela duduk satu meja bersama makhluk dengan spesies berotak porno macam kalian?"
"Enak saja! Hanya Jaehyun yang isi otaknya penuh adegan panas ranjang!"
"Jangan begitu. Sesama rate 18 + dilarang saling menghina."
Taeil menggelengkan kepalanya. Gemas mendengarkan bacotan tak bermutu dari dua makhluk hidup itu.
Nana sendiri tertawa dalam hati begitu mengetahui mulut teman barunya itu begitu frontal.
"Sudah, sudah, jangan bertengkar lagi, Yuta, Renjun," kata pria itu melerai aksi adu mulut dua anak didiknya. "Dan Nana, kau bisa duduk di samping Renjun. Renjun angkat tanganmu."
Pemuda dengan marga China itu mengangkat tangannya mengikuti instruksi dari Taeil. Meskipun tanpa mengangkat tangannya pun Renjun yakin jika Nana tahu di mana tempat duduknya.
"Senang rasanya kau yang menjadi teman satu meja bersamaku," ungkap Renjun begitu Nana menarik kursi di sampingnya dan duduk di sana.
"Jangan berharap lebih, Ren. Kau tahu? Mulutku bisa membunuhmu."
"Oh ya? Aku jadi penasaran bagaimana rasanya mulutmu."
Sebuah smirk terukir pada bibir Nana. "Kau bisa mencicipinya." Ia mencondongkan tubuhnya lebih dekat pada Renjun. "Tapi berjanjilah agar tidak jatuh hati padaku ..." lanjutnya berbisik, lalu dengan sengaja meniup telinga pemuda china itu, " ... Renjunnie ..." godanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
School 2020
RomanceKetika kesialan membawa pemuda manis nan galak bertemu dengan seorang ketua dari geng berandalan tergila di hidupnya ...