-prolog-

121 17 4
                                    

Seulgi POV

   Hai, aku Kang Seulgi. Hari ini hari pernikahanku dengan lelaki bernama Park Jimin. Aku baru mengenalnya 1 minggu. Ya, pernikahan ini terjadi karena paksaan dari appa. Appa ku dan appa nya Jimin, memang bersahabat. Dan appa ingin aku menikah dengan putra Tuan Park itu.
   Sebelum menikah, aku memang memiliki kekasih. Oh Sehun. Aku benar benar mencintainya. Tapi, appa dan eomma tidak pernah menyetujui hubungan itu. Dan secara terpaksa aku meninggalkan Sehun. Kami juga belum pernah bertemu sejak 1 minggu yang lalu.
   Saat diberi tahu aku akan menikahi Jimin, aku jelas terkejut. Begitu juga Jimin. Aku tahu Jimin juga punya kekasih sebelum akan menikahiku.

Flashback

   "Appa, tapi aku mencintai Jeongyeon. Aku tidak bisa meninggalkannya" Jimin berdiri dari duduk nya.
   "Ini sudah keputusan pihak keluarga, Jim. Mau tidak mau, suka tidak suka." Appa melirik kepadaku. Tatapannya seolah menyuruhku untuk mengeluarkan suara.
   "Appa, bagaimana bisa aku menikahi seseorang yang sama sekali tidak aku cintai. Aku ingin Sehun, Appa" aku berbicara sambil menunduk. Aku tidak bisa melihat appa, apalagi eomma.
   Aku tahu ini demi kebaikan ku. Tapi aku jelas tidak mencintai Jimin. Dan Jimin juga tidak mencintaiku. Menikah bukan suatu hal yang bercanda. Menikah itu serius.
   "Sayang, percaya appa. Jimin itu orang baik. Kau hanya belum mengenalnya. Dan, setelah kau menikah dengan nya, perasaan itu akan muncul dengan sendirinya."
   Aku dan Jimin bertatapan. Tatapan pasrah. Mau bagaimana lagi? Ini takdir. Aku harus meninggalkan Sehun demi orangtuaku.

Flashback off

   "Eonni, kau sudah siap?" Itu adikku, Kang Seulri. Dia muncul dari balik pintu, lalu memelukku.
   Aku mendesah pelan, "Siap tak siap"
   "Eonni, aku selalu disampingmu. Aku tahu kau masih mencintai Sehun Oppa. Tapi, percayalah Jimin Oppa akan menjadi suami yang bertanggung jawab untuk Eonni" Seulri tersenyum. Senyumnya selalu memberiku semangat.
   "Terimakasih Seulri. Kajja"

   Sekarang aku disini. Di sebuah ruangan megah bernuansa putih. Dan, Sekarang semua orang tertuju padaku.
   "Tersenyumlah eonni." Aku melihat pada Seulri. Dia tersenyum, matanya berbinar.
   Aku memaksakan untuk tersenyum. Senyumanku kali ini terasa sakit. Aku melihat adikku. Dia tampak senang, walau dia tahu kakak nya tidak suka dengan perjodohan ini.

Jimin POV

   "Jimin, cepat. Semuanya sudah siap" appa berteriak dari luar pintu kamarku.
   Aku tidak siap dengan pernikahan ini. Ah, lebih tepatnya perjodohan. Aku harus menikahi perempuan yang baru kukenal. Aku sampai detik ini masih memikirkan perasaan Jeongyeon. Hari ini dia hadir di pernikahanku. Aku tidak tega melihat wajahnya saat nanti aku mengucapkan janji pernikahan.
   Aku mendesah pelan,
   "Jeongyeon, maafkan aku. Aku tidak suka perjodohan ini, tapi semua aku lakukan karena kehendak appa. Kau tahu kan appa ku sangat keras" aku membuka pintu.

Pesta pernikahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pesta pernikahan.

   Jeongyeon menghampiri aku dan Seulgi. Dia tampak sangat cantik mengenakan mini dress berwarna biru muda. Jeongyeon tersenyum, ah aku pasti akan merindukan senyuman Jeongyeon.
   "Hai," hanya itu yang bisa ku ucapkan saat bertemu Jeongyeon.
   "Ah, hai"
   "Kenalkan ini Seulgi" Jeongyeon bersalaman dengan Seulgi.
   "Salam kenal Seul, aku Jeongyeon. Selamat atas pernikahan kalian berdua" Jeongyeon tetap menunjukan senyumnya. Tidak lama air matanya mulai menetes. Aku reflek memeluk Jeongyeon.
   "Tak apa Jim, aku akan baik baik saja. Kau memelukku di depan istrimu" Jeongyeon berusaha melepas pelukanku. Namun aku semakin mengeratkan pelukanku.
   "Tak apa, kau membutuhkan ini sekarang" Seulgi tersenyum.
   "Maafkan aku. Aku tak bisa menepati janjiku dulu. Aku melakukan ini untuk ayahku,"
   "Aku mengerti, berbahagialah. Seul, kau bisa kan menjaga suamimu? Aku yakin kau akan mencintai Jimin seiring waktu. Dan Jimin, perlakukan Seulgi sebaik mungkin," aku hanya bisa menganggukan kepala. Lalu Jeongyeon pergi meninggalkan aku dan Seulgi.
   "Jeongyeon benar"

                                  ^^

Seulgi POV

   Acara pernikahan sudah selesai. Dan seperti yang kalian tahu, sekarang aku resmi menjadi Nyonya Park. Tak kusangka, harusnya aku menjadi Nyonya Oh.
   Dan kini, aku berdiri di depan rumah. Ya, rumah. Rumah Aku dan Jimin. Rumah yang sengaja dibeli oleh appa nya Jimin, untuk kami berdua. Isinya pun sudah lengkap.
   "Ayo masuk" Jimin menarik tanganku.
   Aku terkesiap. Ah, dia suamiku. Itu haknya. Tapi, ini tak biasa.
   "Ja-jadi ini rumah yg dibeli appa ya?" Aku melihat sekeliling. Rumahnya megah.
   "Iya"
   Kulihat Jimin membuka kamar satu persatu. Lalu dia berdiri di depan sebuah kamar.
   "Seul, sepertinya ini kamar kita" Jimin masuk ke kamar itu tanpa melihat ku.
Tadi dia mengakatakan "kita". Aku tak terbiasa dengan keadaan ini. Apalagi kami baru berkenalan satu minggu. Aku masuk ke kamar yang dimaksud Jimin. Dia nerebahkan dirinya di kasur sambil memainkan handphone. Mungkin sedang memberi kabar dengan mantan pacarnya.
   "Uh, Jim, aku mau berkeliling dulu" Jimin hanya mengangguk tanpa memalingkam wajahnya dari handphone nya.
   Aku masuk ke sebuah kamar. Kamarnya kosong, namun kulihat ada sebuah kasur dan meja kecil disebelahnya. Aku duduk disitu. Menangis.
   Aku membuka ponselku. Fotoku dengan Sehun masih terpajang di layar. Aku mendesah pelan.
   "Sehun, maafkan aku. Aku mencintaimu sungguh"
   Tidak lama kemudian, ponselku berbunyi. Itu tanda pesan masuk. Nomernya tidak ku kenal. Siapa pula yang mengirimiku pesan.

   "Hai, chagi. Ah harusnya aku tidak memanggilmu itu lagi, tapi, congrats for your wedding. Aku kenal Jimin, dia orang yang baik dan bertanggung jawab. Maybe this is my last time i call u chagi, but I Love U Seulgi-ya💜"

   Air mataku mengalir semakin deras. Tapi, bibirku memaksakan untuk tersenyum. Aku membalas pesan Sehun penuh air mata. Lalu tak berapa lama, pintu terbuka, itu Jimin.
   "Disini rupanya"
   "Ah, maafkan aku" aku menyeka air mataku. Jimin duduk di sebelahku.
   "Sehun mengirimimu pesan?"
   "I-iya" aku menunduk.
   "Aku juga baru mengirimi Jeongyeon pesan. Jujur aku tak tega melihatnya menangis tadi," Jimin menatapku.
Aku hanya menunduk. Ini sangat canggung. Padahal kami suami istri sekarang.
   "Aku sudah berjanji pada Sehun untuk menjagamu. Jadi, aku akan berusaha menjadi suami yang baik walau kau tidak mencintaiku" Jimin menatapku. Kali ini tatapannya serius.
   "Aku juga berjanji pada diriku sendiri untuk menjadi istri yang baik, walau kau tidak mencintaiku" aku menatapnya sambil tersenyum.

   "Aku juga berjanji pada diriku sendiri untuk menjadi istri yang baik, walau kau tidak mencintaiku" aku menatapnya sambil tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The EternalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang