2. | OR

111 28 4
                                    


Hai, Bound kembali dengan bab terbarunya.
Siapa ni yang nungguin dari kemaren?
Gimana kabar kalian? sehat-sehat saja kan?
Vote dulu ya, sebelum baca sebagai tanda penghargaan bagiku. Biar aku-nya rajin nulis.
Jujur, saat aku menulis ini rasanya nano-nano. Kadang senyum sendiri, terus kesal, lalu senyum sendiri.
Entahlah, semoga kalian suka ya.

❤Happy Reading❤

Napas Soorim mulai terlihat tersengal-sengal seperti orang yang habis lari maratonan. Ruam-ruam merah bermunculan di sekitar wajahnya, mirip seperti orang yang terkena biduran. Sedangkan bulir keringat bermunculan di kening, pelipis mata serta lehernya. Taehyung tidak menyangka kalau reaksi yang ditunjukan Soorim akan seperti itu. Ia segera memutuskan jarak dan ingin menghampiri Soorim yang langsung memundurkan langkah darinya tepat sebelum tangannya menggapai Soorim, dirinya sudah dihalangi oleh teriakan Soorim.

"Jangan sentuh aku," bentak Soorim sambil menepis tangan Taehyung dengan tatapan yang menusuk.

Sejenak Taehyung terdiam, ia merasa tidak terima akan sikap Soorim yang seolah-olah membuat dirinya semacam virus corana yang patut dijauhkan. Padahal selama ini para wanitalah yang datang beramai-ramai dan berlomba-lomba mencari perhatiannya. Dari kecil Taehyung tidak pernah mengalami sebuah penolakan. Tapi kini, lihatlah ada seorang wanita yang berani menolaknya. Apa pesona yang dimilikinya telah luntur disambar guntur?

Ah, tidak mungkin. Sekali pun virus corana bakalan takluk padanya. Tadi pagi sebelum datang ke apertemen Soorim, Taehyung telah memastikan penampilannya di depan cermin. Semuanya terlihat bagus-bagus saja. Wanita ini saja yang tidak waras kalau tidak luluh dengan pesona yang dimilikinya. Sepertinya Soorim perlu dibawa ke dokter deh. Bukankah seharusnya Soorim merasa terhormat dan bangga karena terpilih sebagai istrinya. Bukan malah menunjukan ekspresi terhina seperti itu.

Namun semuanya tidaklah penting bagi Taehyung untuk membicarakan persoalan ini dengan Soorim. Mungkin bisa lain waktu. Karena yang terpenting saat ini adalah keadaan Soorim sendiri yang semakin membuatnya khawatir. Ruam merah di wajah Soorim merambat ke leher dan juga tangannya sehingga kulit putih nan mulusnya itu tidak terlihat lagi. Wanita itu masih tampak berusaha mengendalikan reaksi yang ditimbulkan tubuhnya sendiri.

"Aku mau pulang," ucap Soorim singkat sembari berjalan melewati Taehyung.

Tentu saja Taehyung tidak akan membiarkan Soorim pergi begitu saja dengan kondisi yang seperti itu. "Kita ke dokter," ucap Taehyung tegas sembari menahan lengan Soorim.

Iya, Soorim memang harus diperiksakan ke dokter demi segenap ketenangan jiwa Taehyung sendiri.

"Enggak perlu," sahut Soorim lantang.

Bukan karena ingin menantang maupun menentang. Tapi, sumpah demi apa pun Soorim ingin selekas-lekasnya terbebaskan dari sosok yang suka memaksa ini. Dia benar-benar ingin menyendiri menenangkan dirinya sendiri. Terlalu banyak kejutan hari ini yang membuat jantungnya berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya.

"Jadi istri itu harus nurut sama suaminya," ucap Taehyung dengan senyuman yang tidak dimengerti oleh Soorim.

Apaan itu? Enak saja. Maaf ya jelas-jelas Soorim seratus persen masih berstatus lajang bukan istri orang. Perlu digarisbawahi ya, bahwa ia sama sekali tidak terikat dengan sejenis hubungan yang dimaksud oleh Taehyung dengan siapa pun di dunia ini.

"Yah! Aku ini masih perawan tulen," bentak Soorim dengan segala urat kekesalan yang telah tumbuh sejak pertama kali melihat Taehyung menerobos masuk ke dalam apertemennya. Ia benar-benar tidak terima diklaim sembarangan seperti itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang