Kecanduan senyummu!

7 0 0
                                    

Maaf, part 2-nya baru aku upload. Kemarin sibuk, banyak tugas wkwkwk ..

**

Jam 07.10 am.

"Fa, kok telat? Daritadi kita nungguin, katanya mau datang lebih awal, eh malah kita yang kekeringan di sini." Devi, sahabatku yang satu ini mengomel dengan bibirnya dimanyunin.

"Iya, maaf Dev, Lu. Tadi ada insiden yang tak terduga dan sangat membuat aku murka. Kesal pokoknya!" Kepalan tanganku semakin kuat.

"Kenapa emang? Cerita dong Fa!"

"Nanti deh aku cerita, kita masuk kelas aja dulu, entar Pak Ansar murka juga." Kami berjalan dengan iringan tawa Devi dan Lulu.

Suasana kelas pagi itu meredakan sedikit emosiku yang masih bersarang berkat air conditioner yang terpampang tepat 2,5 meter di atas kepalaku. Riuh sana sini membicarakan sesuatu yang tidak aku mengerti topiknya. Tertangkap kalimat di gendang telingaku, siswa baru yang keren? What the hell?

Tiba-tiba,

"Selamat pagi anak-anak?" Sapa pak Ansar dengan langkah menyusuri meja mengajarnya. Dengan gaya yang khas, penggaris panjang berwarna coklat untuk bahan mengajar sekaligus senjata untuk siswa-siswi yang berulah,  kacamata bundar yang tertahan di batang hidungnya serta rambutnya yang klimis tersisir rapi ke belakang. Terlihat segar setiap hari.

Tapi tunggu. Seorang pria mengekor di belakangnya dengan sunggingan senyum di garis bibirnya. Tak asing.  Senyum yang baru saja aku temui hampir sejam yang lalu kini kembali terlukis tepat di depanku saat ini. Yah, lelaki tengil yang membuatku terperosot ke bibir trotoar tanpa pertolongan pertama. Tapi apa yang sedang dia lakukan di sekolah ini? Eh, lebih tepatnya di kelasku?

"Anak-anak, hari ini bapak membawa teman baru untuk kalian. Bapak harap setelah teman kalian ini selesai memperkenalkan diri, kalian bisa berteman baik dan saling membantu, kecuali dalam ujian." Katanya dengan mengangkat telunjuknya ke depan wajahnya. Kami pun tertawa mendengar akhir kata itu.

"Silahkan perkenalkan diri kamu!"

"Selamat pagi. Perkenalkan nama saya Achdiat Fauzan, you can call me Fauzan atau Ozan. Aku pindahan dari Makassar, hobi saya banyak sih, salah satunya listening to music dan membaca." Mendengarkan musik dan membaca. Yah, aku juga sudah menduga kalau itu adalah hobinya, berdasarkan apa yang aku lihat di angkot tadi. Gak nyangka, ternyata aku sehobi dengan dia. Kebetulankah?

"Teman-teman, ada yang mau ditanyakan?" Tanyanya dengan memandang ke seluruh penghuni kelas.

Entah mengapa dari tadi dia senyum-senyum tidak jelas di atas sana setiap melihat ke arahku. Sepertinya dia juga ingat wajahku karena insiden tadi. Jelas! Tidak mungkin segampang itu dia lupa. Waktu dimana jantungku seakan mau copot karena berlomba dengan tatapannya. Kenapa sih harus senyum-senyum sekarang? Salting aku dibuatnya. Sial.

Tiba-tiba di belakangku terdengar sahutan.

"Sekarang jomblo atau gimana nih bro?" Tanya salah satu teman laki-laki dalam kelasku.

Duh, pertanyaannya berfaedah gak sih? Gak ada yang lebih penting gitu? Tapi aku penasaran juga sih, jangan sampai dia punya cewek sementara aku jadi penikmat senyumnya secara diam-diam.

"Hm, nanti juga tahu sendiri." Jawabnya buat penasaran disertai dengan senyumnya yang membuatku candu.

Seruan sekelas pun terdengar, "huuuu .."

Jawaban itu membuat hatiku sedikit lecet. Bisa jadi ada, bisa jadi nggak. Membuat aku kembali bermain kucing-kucingan dengan waktu.

Sekilas aku meliriknya, tatapannya mengarah kepadaku. Jantungku seakan mau jatuh, menahannya pun aku tak tahu harus bagaimana. Senyumnya itu teduh.

"Tuhan, bila senyumnya untuk semua orang, maka ciptakanlah senyum spesial untuk diriku sendiri." Doaku dalam hati seraya menatapnya. Dalam.


*Bersambung..


"Untuk membuatku bahagia sederhana saja, didampingi senyummu setiap saat, didampingimu di pelaminan dan didampingimu dalam berumah tangga. :D" -Unixx


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 11, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Quotes untuk FauzanWhere stories live. Discover now