Jujur saja sendirian itu tidak enak, bukan? Sepi, dan sunyi. Beberapa diantaranya menikmati hal itu, namun sebagian besarnya tidak bisa menerima akan hal itu.---
Mereka sudah sampai di sebuah apartemen, bisa di katakan cukup mewah. Namun, mereka hanya menempati tempat itu untuk tidur dan istirahat. Makan? Mungkin hanya bisa memesan lewat online, dunia modern sudah berbeda.
Jin menatap ke indahan kota Paris pada malam hari, ia berfikir akan mulai mencari Jungkook keesokan hari setelah istirahat yang cukup.
"Hyung pasti akan menemukanmu, Jung..." Gumam Jin.
"Apapun yang terjadi, dan bagaimana pun yang terjadi... Hyung akan membawamu kembali," Jin berucap entah pada siapa.
"Pasti," tegasnya lagi.
---
Yoongi yang berada tepat di kamar sebelah, hanya bisa duduk diam di atas kasur. Entah apa yang akan ia lakukan, pikiran miliknya terbelah-belah dan terbagi-bagi ke berbagai macam bentuk pemikiran.
Dimana adiknya itu?
Dia masih terlalu dini untuk tinggal di daerah Eropa ini, salah satu dengan keunikan dan keberagaman begitu pula budaya yang berbeda. Adiknya itu tidak bisa menerima semuanya begitu saja, ia perlu di temani salah satu dari mereka untuk menjelaskan yang mana yang baik, dan yang mana yang buruk. Adiknya masih 15 tahun, catat itu!
Entah apa yang terjadi, Yoongi berdiri seketika. Ia membuka koper miliknya, dan mencari keberadaan laptop miliknya. Saat ia menemukan benda itu, senyuman tipis melintas di bibir tipis miliknya.
Dengan cepat, Yoongi duduk di atas kursi yang sudah tentunya di sedia kan meja.
Yoongi khawatir, ia tidak bisa menunggu seperti ini sedangkan Jungkook entah berada dimana.
"Oh, ayolah... Kau menyusahkan Hyung dan yang lainnya, Jung..." Gerutu Yoongi menggigit kukunya, karena terlalu khawatir.
Jari-jari miliknya menari-menari di atas tuts keyboard terlihat begitu cepat, bahkan hingga membuat Yoongi tidak melihat ke arah keyboard laptop itu sendiri. Ia terpaku dan mata miliknya terfokus ke dalam layar laptop yang menampilkan peta.
Bahkan keringat dingin membasahi tubuhnya, dan ia tidak menyadarinya setelah beberapa menit berlangsung ia baru menyadari hal itu.
Ia mencoba menelfon, dan melacak keberadaan sang adik. Namun Jungkook tidak menjawab panggilannya, dan sepertinya hp-nya telah ia padamkan, begitu pula dengan keberadaan nya tidak di temuka, dan tidak bisa di lacak oleh Yoongi.
Yoongi menggeram kesal, "kau, dongsaeng yang menyusahkan! Kenapa masih terus bertanya, sih?! Kenapa tidak percaya pada kami!? Memang benar kalau kami sempat lebih memilih ego kebanding hati, tapi saat kami telah memilih hati. Kau malah pergi layaknya tupai terbang yang dengan enakny pergi, seperti tidak akan terjadi masalah..." Yoongi mendengkus sebal.
Ia menggertak meja itu cukup kuat, dan sekarang Yoongi mulai merasakan kekesalan. Kesal adalah salah satu perasaannya saat ini.
Menatap ke arah laptop miliknya, dengan sinis. Ia berharap ada notifikasi yang muncul bahwa email yang ia lacak itu, telah terlacak. Hanya itu yang seorang Yoongi inginkan. Namun, Yoongi malah mendapatkan, dan menemukan fakta kebalikannya, email itu tidak terlacak.
Yoongi berdesis pelan, seorang Jeon Yoongi adalah manusia dingin yang rentan akan api. Sabar, dan diam. Walau terkadang ia marah kepada dongsaeng-dongsaeng nya namun itu hanya menunjukkan rasa cinta dan kasih sayangnya kepada mereka. Tidak lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Alone | •JJK• [S2]
Fanfictionmusim kedua, setelah semua yang terjadi... menginjakkan kaki di negara orang bukanlah hal yang mudah, kan? apakah mereka akan mengikutiku hingga ke negera besar ini? entahlah... mari kita lihat kisahku selanjutnya... bersama-sama. Genre : Brothershi...