"Ritsu, Ritsu, Ritsu bangunlah!!"
Kau mengguncang tubuhnya sambil memanggilnya beberapa kali. Sadar akan panggilan itu, pria bermanik ruby itu perlahan membuka kelopak matanya.
"(Name) kah, ohayou." Ucapnya sambil meregangkan tubuhnya.
"Ohayou? Apa kau tidak sadar matahari sudah hampir tenggelam?"
"Eh... Benarkah?" Matanya mulai melihat sekeliling ruangan. "Ku pikir sekarang aku ada di kamar, ternyata tidak"
"Hahhh... Kau kebiasaan. Sena-senpai menyuruhku untuk membangunkan mu. Sudah tidak ada orang di sekolah dan kau masih betah saja disini"
"Aku akan betah disemua tempat asalkan aku bisa tidur disana. Hmmm... Disini pun ku pikir tidak masalah, karena ada kau, aku bisa tidur dipangkuanmu." Dia menatapmu dengan mata sayunya sambil tersenyum.
Kau mulai menggerutu menyerang Ritsu "Ha... Tidur dipangkuan ku, jangan harap. Kau lucu sekali." Ucapmu mendengus.
"Lucu? Kalau menurutmu aku lucu, kau juga lucu kok (Name). Kan kau pacarku."
Kau mulai kesal mendengar perkataan Ritsu. Jika Ritsu sekecil semut, ingin rasanya kau menginjak-injaknya, tapi masalahnya ia lebih besar dan kuat dari mu.
Ia mulai mendekati mu dan memposisikan kepalanya diatas pahamu. Sadar akan hal itu kau langsung berdiri sehingga kepala Ritsu berhasil menyentuh lantai. Dia kaget dan langsung menatapmu.
"(Name) kau jahat. Kalau ada apa-apa dengan kepalaku bagaimana?"
"Aku malah berharap itu terjadi, supaya kepalamu itu punya memori yang lebih besar"
"Ha?" Ritsu mulai kebingungan dengan tingkahmu. "Maksudmu apa?"
"Baka Ritsu! Kau tau, aku membiarkan mu selama seminggu ini untuk mengingat kejadian itu. Tapi kau hanya diam dan tak pernah meminta maaf. Kenapa kau bisa melupakan itu sih?"
Perlahaan teriakan kecil mulai keluar dari mulutmu disusul butiran air mata yang mulai mengenang. Kau berusaha menahan tangis. Kau tak ingin bersikap memalukan hanya karena hal ini. Tapi rasanya dadamu ditikam sesuatu yang tajam.
"Aku tidak mengerti. Apa kau bisa jelaskan?"
"Kencan itu."
"Kencan? Kencan yang mana?"
Kau kemudian berjongkok dan menutupi wajahmu dengan tangan. Butiran yang menggenang itu kini berhasil mengalir.
"Minggu lalu kau berjanji untuk pergi kencan denganku, hikss. Dan kau menyuruhku untuk tidak menjemputmu dan menyuruhku menunggu di taman, hikss. Kau bilang ingin bangun pagi sendiri tanpa dibangunkan orang lain, hikss. Aku senang mendegar itu, ya sudah aku turuti saja. Tapi setelah ku tunggu 5 jam kau tidak pernah datang." Ucapmu sambil terisak-isak. "Kalau begini, mending aku pacaran sama Rei-san saja."
Kaget mendengar perkataanmu. Ritsu langsung menarik lenganmu, tapi kau berusaha menahannya. Kau tidak ingin Ritsu melihat tampang jelek mu saat menangis. Tapi tetap saja, tenaganya lebih kuat darimu dan ia berhasil menarik lenganmu. Alhasil sekarang ia bisa melihat wajahmu yang sudah dipenuhi air mata.
"Jadi (Name) ingin pacaran dengan anija?" Ucapnya dengan nada dingin.
Kau tahu bahwa itu pertanda marah. Bukannya menyangkal tapi kau malah melawan.
"Kalau Ritsu seperti ini terus, aku lebih memilih dengan Rei-san." Sebenarnya tak ada maksud serius dalam ucapanmu. Kau hanya bercanda untuk membuat Ritsu jera. Tapi, jika hal itu berkaitan dengan Rei-san yang akan berpacaran dengan mu, tentu ia tak bisa menanggapi ini sebagai candaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Sulk [Knights X Reader] [✓]
FanfictionHanya sebuah cerita dimana kau merajuk pada para anggota Knights. Bagaimana cara mereka membuatmu tersenyum kembali? -Tsukinaga Leo ✓ -Suou Tsukasa ✓ -Narukami Arashi ✓ -Sena Izumi ✓ -Sakuma Ritsu ✓ . . . Ensemble Stars © to Happy Elements Warning :...