Sudah dua minggu ini Serli berada di Pulau Batam. Sebuah pulau yang berbatasan dengan Negara Singapura dan juga Malaysia. Batam adalah sebuah kota industri yang banyak diburu oleh para pencari kerja dari seluruh Nusantara. Serli tinggal bersama teman sekampungnya bernama Dona yang sudah menginjakkan kaki terlebih dahulu di Batam. Sudah hampir dua tahun Dona tinggal di Batam. Sekarang Dona bekerja di salah satu perusahaan yang terletak di Kawasan Industri Batamindo. Perusahaan tersebut cukup terkenal di Batam. Dan memiliki karyawan hingga ribuan orang.
Serli mencoba mengingat-ingat kembali perjalanan waktu yang sudah di lewatinya. Pikirannya melayang ke beberapa bulan yang lalu saat Dona mengajaknya untuk pergi ke Batam mengadu nasib ke Pulau yang sudah menjadi Kota Industri tersebut.
"Daripada kamu belum dapat kerja di sini, lebih baik kau ikut aku ke Batam," Ucap Dona kepada Serli. Saat itu mereka bertemu di sebuah warung penjual Mie Ayam.
"Tapi aku masih ragu..." Jawab Serli datar.
"Memangnya kenapa, kamu kan kerja disana bukan buat yang aneh-aneh. Jelaskan ke orang tuamu baik-baik. Insyaallah nanti mereka setuju."
Serli menatap mie ayam yang ada di depannya pikirannya sedang galau. Sebenarnya sejak tahun
lalu, ketika Dona balik ke kampung untuk mudik lebaran, Serli sudah diajak Dona pergi ke Batam. Namun kala itu Serli masih menyelesaikan kursus komputernya. Sayang rasanya jika harus ditinggalkan karena sebulan lagi kursusnya akan selesai. Dan tahun ini Dona kembali pulang berlebaran. Seperti lebaran tahun lalu Serli kembali bertemu dengan Dona.
"Kamu lebih baik ikut aku aja ke Batam, masalah tempat tinggal gak usah di pikirkan, kamu bisa tinggal di rumah kost ku" Ucap Dona membuyarkan lamunan Serli.
"Mmmhhh......Tapi....." Serli tampak ragu-ragu berbicara.
"Lagian apa yang kamu cari di kampung kita ini. Apa kamu menunggu sampai ada orang yang melamar kamu..?" Kata Dona, sambil tangannya menyuap mie ayam ke mulutnya.
"Gimana ya...? menurutmu apa orang tuaku nanti setuju?" Serli tampak bingung dengan tawaran Dona tersebut.
"Ah, kamu ini kayak anak kecil aja, Kamukan bisa minta izin baik-baik ke orang tua kamu, bilang ke mereka kalo kamu ke Batam untuk bekerja, daripada kamu tinggal terus di kampung gak ada kerja sama sekali."
"Iya, sih....tapi aku dengar biaya hidup di Batam mahal."
"Gak juga, yang penting jangan boros. Nanti kamu bisa tinggal dengan ku di Batam," Ucap Dona kembali kepada sahabatnya sejak kecil.
"Kamu bisa bantu aku untuk ngomong keorang tua ku..." Ucap Serli pada Dona.
"Ah, kalo itu sih gampang, yang penting hati kamu harus benar-benar mantap," Ucap Dona sambil menyerumput orange jus yang tadi di pesannya.
"Bagaimana kalo kita kerumah ku sekarang."
"Boleh, tapi mie ayamnya kamu habiskan dulu." Ucap Dona.
"Siplah Bos..." Ucap Serli.
Setelah membayar pesanan mereka tadi, Dona dan Serli kemudian mengendarai sepeda motor masing-masing menuju rumah Serli.
Usia Serli saat ini sudah menginjak 19 tahun. Setamat dari SMA sebenarnya ia berencana untuk melanjutkan pendidikannya di perguruna tinggi. Cita-citanya untuk menjadi seorang dokter sepertinya sukar terwujud mengingat kondisi ekonomi keluarganya yang tidak mendukung. Apalagi Serli masih memiliki tiga orang adik yang masih sekolah dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Karena itu ia sangat berharap sekali dapat segera bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya sekaligus dapat menabung untuk biaya kuliahnya kelak. Terkadang Serli merasa iri dan sedih melihat teman-teman sekolahnya dulu yang saat ini sedang duduk di bangku kuliah. Dari cerita teman-teman Serli sepertinya kehidupan di kampus sangat menyenangkan. Serli ingin meraskan hal tersebut. Namun takdir berkata lain.
YOU ARE READING
BARELANG LOVE STORY
Short StoryPerjuangan Serli untuk mendapatkan sebuah kehidupan yang lebih baik di tanah rantau, telah membawanya pada suatu tragedi kehidupan. Nyawanya melayang di tangan kekasihnya sendiri yang bernama Firman. Pihak Kepolisian yang berusaha mengamankan Firma...