SANG PROLOG 💝

1.1K 141 158
                                    

Happy reading!


BOOM!!!

Suara ledakan menggema di tengah malam. Begitu ricuh suara pistol di bawah tangan pemberontak. Semasa bunyi kapak membelah lantai ... PRANK ... retak, dicucuri bercak darah manusia. Ricuhnya malam di tengah hutan tak sampai pada massa. Tempat yang terpencil bagi manusia, dulu mungkin akan tinggal 1 keluarga, namun sekarang hanya tinggalah tangisan bocah lelaki yang kini bersembunyi di balik lemari.

"JANGAN KELUAR!"

Teriakan wanita paruh baya itu menjadi kode bagi putranya, Si bocah yang baru saja berusia 5 tahun. Ini telah menjadi batas akhir perlindungan sang bunda untuk anaknya. Ketika pria berbadan besar itu melayangkan kapaknya...

SREEK!

Pemandangan mengerikan itu terjadi di depan bocah yang baru saja berusia 5 tahun. Tangannya gemetar hebat, lututnya lemas seketika, ketika diintipnya, tepat di depan matanya, pria itu melesatkan kapaknya di tubuh ibunya dari pinggang menemui pinggang hingga terbelah menjadi 2 potongan tubuh manusia.

Bocah itu mematung, tangannya mengatup keras di bibirnya, matanya membulat dan ia hanya bisa bersembunyi di balik tumpukan pakaian dalam lemari. Rasa ingin berteriak tercekat oleh kerongkongan yang serat seketika.

"Kumpulkan orang yang tersisa di dalam rumah ini!" titah pria berbadan besar itu dengan lantang tanpa melihat gerak bocah di dalam lemari.

"Siap!"

Serentak mereka membuat bulu kuduk bocah itu berdiri. Ia menatap ibunya di luar sana, menganga dengan mata putih semua. Bocah itu menutup telinganya, ketika teriakan pelayan di rumah itu bersahutan di luar sana.

Matanya terpejam sesaat, melihat mayat sang ibunda. Berulang kali mengelap air mata, bocah itu tidak berhasil menghentikannya. Bendungan dikelopak matanya tak mampu menampung isinya.

"Ah! Hentikan!" Suara desah, tangis, seruan bercampur memasuki indra pendengaran si bocah.

"Kapan lagi kita mencicipi wanita-wanita ini? Ah, bangsat, ini enak sekali!"

"Bakar yang tidak diperlukan, hingga jadi abu!"

"Pesta besar untuk Black, si anjing pintar," puji pria itu ketika anjing-anjing berbulu hitam itu menggigit daging di depannya.

"Ikat mereka, dan setubuhi semuanya!" kata pria lain yang lebih kurus, sambil menggenjot wanita di bawahnya.

"Uummhh!"

"Ya sayang, bergeraklah, hahaha!"

Bejat, bajingan, iblis, segala umpatan yang terlontar dari mulut pelayan wanita memasuki indra pendengarannya Matanya yang suci ternodai oleh aksi brengsek di depan matanya. Walau tak mengerti apa yang terjadi, tapi tontonan yang begitu tragis terjadi di depan mata si bocah.

Mual, itu yang bocah itu rasakan. Ketika darah mulai memancarkan bau tak sedapnya.

Mata lelaki kecil itu tak lepas dari gerak mereka. Setelah pemerkosaan itu berakhir, tubuh pelayan itu di gantung, dijadikan mainan selama beberapa menit. Kemudian dibunuh dengan siksaan lain yang lebih kejam.

Tragisnya, manusia yang tak berdosa di gantung, dibakar di antara tumpukan benda yang dilumuri minyak gas. Mereka merintih, ini mengerikan bagi mata bocah itu.

Sayatan demi sayatan, rintihan kesakitan, bocah itu tak mampu melihatnya. Akan tetapi netranya tak bisa berpaling dari perilaku mereka.

Setelah usai bermain-main dalam jangka waktu yang cukup lama.

"Ledakan segalanya! Bunuh yang tersisa!" teriak pria berbadan besar itu memberikan titah.

Bocah itu merengkuh takut, mungkin hidupnya akan berakhir di dalam lemari itu. Segala doa yang ia lontarkan dari bibirnya, membuatnya terus bertahan di dalam lemari. Ia memejamkan matanya, ketakutan menyelimuti hatinya.

BOOM!!!

Derap langkah kaki berlari cepat untuk keluar dari rumah kediaman sang bocah. Begitu mereka telah pergi. Suara bom menggema di lantai tiga, disusul lantai dua, hingga membuat reruntuhan bangunan di lantai utama alhasil begitu fatal kerusakan lantai utama karena menopang segala retakan di kedua lantai.

Lelaki itu gemetar hebat di dalam sana. Sangking takutnya ia sampai mengigit jarinya sangat keras. Lupakan rasa sakit, yang ia rasakan jauh lebih sakit. Ketika dipastikan mereka telah pergi, lelaki kecil itu keluar dari persembunyiannya.

Apa yang ia lihat?

Hancur! Tidak ada tempat berteduh. Semuanya lenyap, bahkan mayat ibunya telah menjadi tulang dengan siswa daging yang menempel pada tengkoraknya. Menyisahkan ia seorang diri, hanya dia di antara tumpukan mayat.

"Mama!"

Lima detik terlewati, awan gelap mulai menangis, membesar, dan menyiram seisi semesta. Pertanda bahwa alam ikut berduka atas hilangnya 'kehidupan' bocah itu. Lututnya lemas, ia jatuh berlutut pada langit. Bocah itu menangis, mengais ribuan tulang di kakinya. Ia memeluk tengkorak ibunya, menangis hebat di bawah derasnya hujan melanda.

"AKAN KU BALAS! AKAN KU BALAS PERLAKUAN MEREKA PADA MAMA!"

Tak akan ada yang bisa lepas dari karma. Dendam yang bocah itu simpan sejak dini, akan menjadi malapetaka bagi kehidupannya di masa depan.

"Lihat saja!"

**
( ╹▽╹ )

Berikan aku dukunganku!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PABGOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang