Bab 1

6.8K 561 44
                                    

Dia melakukannya lagi. Tidak bisa menolak ide konyol Kevin.

Lucu nggak sih kalau mereka jalan berempat ke sebuah pesta, seperti sedang melakukan double date, padahal sudah jelas tiga orang dari rombongan mini itu saling tidak menyukai? Nilam heran, bisa-bisanya dia terlibat bersama Herdin dan Cinthya ini. Padahal sejak dulu fokusnya hanya satu. Kevin. Sahabatnya sejak SMA, sekaligus pria idaman hatinya.

Begitu memasuki ruangan tempat diselenggarakannya acara, mata Herdin sudah tertuju pada lingkaran orang-orang yang duduk di meja VIP. Mereka adalah para venture capitalist yang malam ini diburu oleh orang-orang dari dunia startup, para pemilik perusahaan rintisan, yang salah satunya adalah iKey Media milik Kevin.

Nilam tahu kalau Herdin sangat berambisi memiliki iKey Media. Herdin juga tahu bahwa Nilam bisa mengendus niat liciknya. Nilam membenci Herdin karena menduga pria itu memiliki rencana jahat pada Kevin. Herdin memusuhi Nilam karena perempuan itu bisa menggagalkan apa pun yang sedang disusunnya.

Puncak dari keabsurdan di antara orang-orang penting di perusahaan rintisan baru ini adalah Kevin, kunci utama iKey Media, justru tidak menyadari pertikaian orang-orang terdekatnya. Tidak paham kalau Herdin berniat menikungnya, juga tidak sadar betapa Nilam berjuang keras untuk melindunginya. Hal itulah yang membuat perempuan berusia 26 tahun itu geram setengah mati.

"Bergerak terus, temui orang-orang yang tepat. Malam ini target kita harus goal." Herdin berbicara dengan suara rendah kepada Kevin, sambil menunjuk beberapa nama. "Tahu kan apa alasan gue bawa Cinthya malam ini? Karena dia bisa membantu tugas kita. Nggak kayak Nilam," lanjut pria itu sambil melirik sinis pada Nilam.

Cinthya tertawa pelan. Berusaha terlihat bersahaja hanya untuk membuat Nilam merasa terpuruk dan mati gaya. Tetapi adik kandung Herdin yang cantik jelita itu tidak tahu bahwa Nilam bukanlah musuh yang mudah diremehkan. Terlalu lama menyandang predikat 'culun' membuat Nilam sudah mati rasa terhadap segala rundungan yang bermaksud menjatuhkan.

Ketika Cinthya yang malam ini berdandan rapi jali dengan outfit yang sebenarnya lebih cocok untuk acara di hotel peringkat seven diamond itu meliriknya dengan ekspresi merendahkan, terang-terangan memandangi gaun sederhana yang dia kenakan, Nilam hanya tersenyum datar. Memberi kesan bahwa penampilan bukanlah sesuatu yang dia utamakan. Orang keren itu bisa tampil nyaman menjadi dirinya sendiri dalam kondisi apa pun. Bukan yang usaha mati-matian hanya untuk memantaskan diri, apalagi kalau hanya sekadar untuk mendapat pujian. Duh! Rempong banget jadi orang hidup!

Tetapi Nilam menyesal sekali karena menerima ajakan konyol dari Kevin untuk hadir malam ini. Andai dia tetap dengan rencana semula, saat ini, alih-alih merasa tertekan di tempat yang asing ini, dia bisa dengan bebas meringkuk di kamarnya sambil menikmati film atau drama, atau sekadar baca buku, baca novel, sambil nyemil makanan tinggi kalori tanpa gizi kesukaannya. Kalau ingat bagaimana kemarin Kevin sampai menghiba-hiba minta ditemani, sekaran satu-satunya yang diinginkan Nilam adalah memukul kepala dodol cowok itu.

"Ayolah Nilam, kan nggak pantes banget kalau pergi bertiga? Itungannya nggak pas," Kevin mulai membujuknya. "Kalau kamu ikut, kan jadinya empat. Berempat. Itu lebih baik."

"Kata siapa?"

"Kata gue."

"Dih!"

"Herdin sama Cinthya, trus gue bengong sendirian, kan nggak lucu?"

"Bukannya lo yang sama Cinthya? Herdin aja yang disuruh bengong? Atau dia suruh bawa gandengannya," protes Nilam.

"Gue nggak enak kalau mau ngomong sama Herdin."

"Lo tuh CEO -- Chief Executive Officer, juga founder iKey Media. Herdin cuma co-founder. Aturan dari mana lo sampe kalah set sama Herdin, ha?" omel Nilam gemas. Sengaja banget dia menyebut dua kata sakti itu, CEO dan founder, hanya untuk membuat Kevin tidak nyaman.

"Ikut ya, Nil. Ya? Ya?"

Dan Nilam memaki-maki lehernya dan menjulukinya sebagai 'leher durhaka' karena dengan tololnya membuat kepalanya mengangguk, menyetujui permintaan Kevin. Sinyal otak kasih perintah apa, itu leher mengeksekusinya kok beda. Bah!

Lihatlah sekarang. Herdin sudah bergerak menuju ke mangsa yang diincarnya, dan Kevin pun bergandengan dengan Cinthya, menuju salah satu meja, bergabung dengan orang-orang dengan tulisan 'penting' ter-emboss di jidat mereka. Meninggalkan Nilam sendirian di sudut ruangan, seperti orang edan, menikmati lalu lalang para undangan.

Untung saja permainan piano solo di atas panggung memainkan lagu-lagu yang sesuai dengan seleranya. Membuatnya bisa menggoyangkan kaki dan bergumam ikut menyanyi meskipun soal lirik mah dia juga nggak hafal-hafal banget. Tapi siapa sih yang akan peduli? Mau nyanyi fals kek, mau salah melafalkan kata kek, bodo amat. Nggak bakal ada orang yang denger kok.

....

Baby you would take everything good in my life

And tell me now

....

"Lagi patah hati ya, Neng?"

Tiba-tiba terdengar suara pria di dekatnya. Tepat di telingan kanannya.

"Eh?" Nilam menoleh –mendongak lebih tepatnya, kepada seseorang –pria! Yang tiba-tiba saja muncul di dekatnya serta menginterupsi nyanyiannya. Eh? "Saya cuma menyanyi mengikuti musik, kok," balas Nilam cuek sambil memandang kembali ke atas panggung. Tetapi dia sudah tidak berminat untuk menyanyi lagi.

"Kok diem? Suaramu enak lho. In tune," komentar pria itu kembali.

"Kok protes? Suka-suka saya dong, mau nyanyi apa mau teriak?" balas Nilam asal.

Pria di sebelahnya tertawa. "Padahal kamu enak banget diajak ngobrol. Kenapa nggak punya temen sih?"

"Karena saya lagi sendirian."

Duh! Receh dan nggak penting banget deh obrolan ini. Tetapi lumayan daripada bengong, kan?

"Boleh kenalan?" tanya pria itu sopan.

Nilam menggeleng. "Nggak usah, makasih."

"Kenapa?"

"Nggak mungkin ketemu lagi juga, kan?"

"Yakin banget sih, kalau nggak bakal ketemu lagi?"

Nilam mengangguk kuat-kuat. "Banget."

"Kenapa? Boleh tahu alasannya?"

Nilam tersenyum dan memandang pria di dekatnya dengan tajam. "Yakin aja. Malam ini saya nggak sengaja kecemplung di acara beginian. Out of my league. Jadi mungkin ini kesempatan saya yang pertama dan terakhir."

Akhirnya Nilam bisa lebih fokus pada pria di hadapannya. Pria berpenampilan santai dengan wajah bersahabat. Entah siapa dia. Mungkin salah satu dari para pemilik perusahaan rintisan yang malam ini sedang memanfaatkan event untuk bertemu dengan para investor yang mungkin akan tertarik dengan ide-ide mereka tentang pengembangan bisnis? Ataukah orang sepertinya, yang terbuang sendirian, diabaikan oleh teman, dan tentu saja, tak punya pasangan.

"Paling nggak, boleh dong saya tahu nama kamu." Pria itu tersenyum ramah. "Nama saya Daru."

Noted

Hai gaes! 

StartUp adalah naskah yang udah aku unggah di web storial ya. Dan aku udah izin pada editornya untuk menayangkan part-part awalnya di sini.

Tujuanku, biar kalian bisa menimbang worth to install nggak aplikasi storial di HP kalian.

Emang sih aplikasi itu banyak bug. Dan ntar di part-part akhir belasan, akan ada fitur berbayar dengan koin.

Banyak yang protes karena aplikasinya error mulu. Sering juga update nggak kebaca.

I knew it. It such a huge problems for the IT team, karena emang membuat satu sistem yang keren dan lancar itu nggak gampang.

Wattpad enak dipake dan lancar karena emang udah lebih dulu eksis. Awal-awal, bagi kalian yang paham, pasti dong ngerasain betapa gak jelasnya aplikasi ini, kan? Bug-nya waduuhhh... banyak. Apalagi buat kalian-kalian yang hobi ngoding dan serobot sana sini, hahaha... pasti paham gimana. 

Saranku, be a smart user. Beri feedback pada aplikasinya, dengan memberi kritikan yang membangun di playstore, biar mereka memiliki kesempatan yang fair untuk memperbaiki sistem.

After all storial ini produk dalam negeri lho. Nggak apa-apa kan kalau kita support dulu?

StartUpWhere stories live. Discover now