1.❤

34.8K 1.1K 7
                                    

Keisya Fradella Lituhayu.

Ya, itu namanya teman-temannya sering manggilnya Kei. Gadis cantik yang memiliki wajah imut serta senyuman khas tersebut tergolong gadis baik-baik.

Kei, gadis yang di juluki korban patah hati tersebut saat ini sedang tak dekat dengan lelaki manapun. Dia sedikit trauma dengan yang namanya lelaki. Dulu, Kei pernah menjalin asmara dengan seorang lelaki. Tapi, lelaki tersebut di jodohkan dengan gadis lain. Gadis pilihan orang tuanya yang pastinya bibit, bebet dan bobotnya sudah di perhitungkan secara matang oleh orang tua mantan kekasihnya.

Kei bukan tipe gadis pendendam, ia akan lapang dada menerima takdirnya. Menurutnya 'Rendi' mantan kekasih Kei bukan jodoh yang cocok untuk dirinya. Seorang dokter muda dengan wajah tampan di atas rata-rata sayangnya sekarang dia sudah memiliki istri dan anak. Mungkin yang awalnya Rendi sangat mencintai Kei kini cintanya hanya untuk istri dan anaknya. Itu yang ada di fikiran Keisya. Karena tak mungkin terlahir seorang anak tanpa cinta di antara orang tuanya.

Setelah putusnya hubungan Rendi dan dirinya, Keisya memulai hidupnya kembali. Menata hatinya yang patah, yang di maksud menata hati bukanlah mencari pasangan baru. Tapi ia lebih memilih mencari kebahagiaan bersama temannya. Entah liburan atau pergi nongkrong bersama ke-tiga temannya.

"Keisya!" teriakan yang terdengar sangat murka tersebut mengganggu Keisya, gadis tersebut tengah menata buku-bukunya yang akan dia bawa ke sekolah.

"Iya, Mama?" jawabnya dengan teriakan tak kalah kencang. Dengan langkah amat pelan Keisya membuka pintu untuk Cary yang tak lain mamanya.

"Loh? Kamu sudah mandi? Cepet banget, atau kamu cuma cuci muka, Kei?" tanya Cary dengan mata memicing tajam.

"Tadi habis subuh, aku mandi sekalian." Cary tampak menatap putrinya dari atas sampai bawah, tatapan curiga dari mamanya membuat Keisya heran.

"Kenapa sih, Ma?"

"Kamu gak masukin cowok kedalam kamar, 'kan?" mata Keisya melotot, lalu cubitan kecil melayang di bahu Cary.

Tatapan Cary semakin menajam, anak durhaka memang.

"Keisya anak baik-baik mana mungkin melakukan hal itu, lagi pula lebih baik izin dulu kalau mau bawa cowok masuk kamar? Iya, 'kan?"

"Anak setan!" teriaknya saat tiba-tiba Keisya masuk kamar, tanpa pamitan.

Keisya yang mendengar teriakan Cary terkekeh pelan, di keluarganya memang kocak-kocak. Entah Keisya dengan kakaknya atau sama Cary, semua punya ciri khas masing-masing kecuali Lilo sang papa.

Entah mengapa lelaki paruh baya tersebut memiliki wajah yang datar. Berbicara juga seperlunya terkadang Keisya suka merasa bukan anaknya. Masa iya Lilo yang kalem, dingin punya anak pecicilan seperti Keisya.

Ketukan antara sepatu dan lantai keramik membuat beberapa orang yang ada di meja makan mendongak. Sebenarnya mereka tahu siapa yang turun. Tapi, entah kenapa menoleh saat ada orang yang datang adalah hal yang mengasikkan.

"Pagi, Papa." Sapa Keisya dengan senyum mengembang. Lilo mendongak dan tersenyum tipis saat Keisya mencium pipinya.

"Balikin mobil aku dong, Pa." Ujar Keisya saat sudah duduk di kursi ruang makan. Lilo hanya melirik tanpa berniat menjawab.

"Aku gak bakalan minjemin ke temen lagi kok, Pa." Keisya yang mendengar Lilo menghela napasnya kasar merasa hal baik akan menjemputnya.

"Jangan ulangi lagi!" tegur Lilo dengan wajah datar, sedangkan Keisya hanya mampu tersenyum manis karena kehabisan kata-kata.

"Kakak udah berangkat, Ma?" tanya Keisya saat tak melihat kakaknya.

"Belum, masih tidur mungkin." Jawab Cary dengan wajah masih menikmati nasi goreng di piringnya. Keisya mengangguk pelan sebelum mengambil nasi putih, ayam goreng, sambal goreng dan kerupuk.

Pak Alviano (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang