Segelas air hangat di tuang dalam sebuah cangkir yang terbuat dari tanah, uapnya mengepul ke atas membawa kehangatan ketika di hirup, sementara semilir angin malam mencoba menyelinap masuk di antara celah-celah papan sebuah rumah yang terletak dalam hutan, udara dingin pun berhembus perlahan, memaksa setiap orang untuk menarik selimut,tapi tidak begitu untuk dua orang yang sedang mencoba berkenalan.
" kenapa kau membawaku kemari ?" tanya jhaned membuka pembicaraan, sambil meniup secangkir air hangat yang di berikan oleh si jangkung.
"aku hanya ingin menyelamatkanmu," jawabnya singkat, seraya menggosok kedua tangannya karena kedinginan.
Jhaned pun tak mau menanyainya lebih panjang, ia lalu menghirup air hangatnya. Sementara si jangkung mulai sibuk memperhatikan luka di betisnya, lukanya masih sangat merah, akibat panah yang menghunjamnya, aagh nekat sekali pria ini pikir jhaned.
"maaf ya," kata jhaned tiba-tiba, si jangkung lalu mengalihkan perhatiannya kepada jhaned
"untuk apa ?" tanyanya
"kakimu,"
" ini resiko, untuk sebuah keputusan,"
"apa untungnya menolongku ?" jhaned mencoba mengorek maksud si jangkung
" tidak ada, kecuali bagi yang di tolong saja,"
Pria jangkung ini tampaknya memang sedang tak ingin banyak bicara, ia hanya menjawab seperlunya saja, tanpa bermaksud menjelaskan apapun pada jhaned. Tapi jhaned yakin ia adalah seorang pria yang baik dan tak perlu untuk di curigai. Malam semakin larut, namun mereka belum juga memejamkan mata, seolah ingin menikmati keheningan malam yang ada, hingga si jangkung kini yang mulai bicara.
" namaku stallin, aku seorang x prajurit rostallie," tiba-tiba saja ia memperkenalkan diri, mungkin ia tadi menunggu jhaned menanyainya, namun ternyata jhaned malah ikut membisu pula.
" rostallie ? dimana itu ?" tanya jhaned
"kerajaan yang menangkapmu tadi, dan pangeran itu adalah pangeran jullius, ia adalah pewaris tunggal rostallie," jhaned pun mengangguk pertanda mengerti.
"aku jhaned,'' ujarnya "apa kau pernah bertemu denganku sebelumnya," tanya jhaned penasaran, kenapa pria ini menolongnya, padahal mereka belum pernah mengenal sebelumnya.
"ku rasa tidak, tapi aku sering melihatmu berkeliaran di hutan terlarang,"
"untuk apa kau ke hutan terlarang ?"
"semenjak menjadi x prajurit rostallie aku kini bekerja menjadi pengumpul kayu bakar dan tanaman-tanaman obat yang hanya bisa di temukan di hutan terlarang, oleh sebab itu aku kerap kali melihatmu di sana,"
"lalu ?"
"aku akan menjualnya kepada seorang tabib sakti,"
"bagaimana kau tahu mereka menangkapku,"
" aku melihatnya, dan memutuskan untuk menolongmu sebelum pangeran jullius menjadikanmu tumbal untuk pasukan apinya,"
"tapi ku rasa ia tak bermaksud begitu,"
"aku sudah lama bekerja di sana, dan setiap tahunnya ia akan mengorbankan satu orang manusia untuk di jadikan tumbalnya. Siapapun yang ia rasa tak berguna akan ia gunakan sebagai tumbal nantinya,"
" dan itu pula, yang menyebabkanmu berkhianat padanya ?"
"ya begitulah,"
Lalu mereka kembali terdiam lagi, membiarkan semua yang mereka bicarakan masuk ke dalam alam renungan. Semua perkataan stallin tadi sudah cukup untuk menjawab semua pertanyaan yang ada dalam diri jhaned saat ini, kini ia yakin bahwa stallin memang benar-benar pria yang baik dan tak perlu di khawatirkan lagi. Tanpa babibu, atau permisi jhaned lalu beranjak masuk dalam sebuah kamar kecil di rumah tersebut, dan meminta sang mata untuk berdiam diri sejenak di balik kelopaknya, hingga mimpi membawanya pergi menembus alam nyata.