Suasana terlalu canggung hingga rasanya seperti mencekik tenggorokan sang Beta. Dia tertegun, mencuri pandang saat sedang mengambil potongan daging dari piring di meja makan. Di depannya, Byakuya masih mengunyah nasi dengan gerakan rahang konstan yang begitu ringan. Bahkan, hampir tak terlihat bahwa sang Spring Fairy sedang menyantap makan malamnya, di ruang makan keluarga yang terlihat terlalu normal. Keanggunannya sebanding dengan sikap dingin layaknya musim dingin yang datang terlalu dini. Sang peri yang sedang duduk di takhtanya.
Rukia menahan diri untuk tidak mempertanyakan kecanggunan itu terlalu cepat. Rasa seperti tertohok tepat di tengah dada dan ketika kakaknya bahkan tak menegurnya saat kebiasaan gadis itu menyingkirkan brokoli di piringnya kembali terulang.
Terlihat jelas Byakuya menunjukkan benteng dirinya untuk menekan sang werewolf di dalam ruang makannya.
"Kurosaki," panggil Byakuya. Suaranya rendah tapi berhasil membuat Ichigo tersentak. Tak biasanya sang Beta gentar akan keberadaan orang di sekitarnya.
Rukia memainkan sumpitnya dengan sebelah tangan sambil menghitung dalam hati. Penghakiman akan segera dimulai.
"Ya?" Ichigo membalas dengan keraguan di tatapan gentarnya.
"Isshin menghubungiku tempo hari," ujar sang peri. Dia mengangkat wajahnya, tatapannya masih terlihat begitu dingin. "Ini mengenai dirimu."
"Aku?" Mata Ichigo terbelalak.
"Isshin memintaku untuku mengawasimu."
Ichigo mendengus, tidak memercayai apa yang baru saja didengarnya. "Aku tidak butuh pengasuh, terima kasih. Kupikir kau tidak perlu mendengar kata-kata old man itu."
"Karena kau berada di sekitar adikku, maka aku pun berhak bertindak. Lagipula kau sekarang berada di wilayah para peri, Kurosaki."
Ichigo memutar bola matanya. Rukia melihat itu, menyikut sang Beta yang bergeming di sebelahnya. Kulitnya bahkan sudah sekeras batu.
"Juga mengenai masa depan Rukia," lanjut Byakuya, mengambil gelas tehnya yang tak lagi mengepulkan asap panas. "Apa kau akan terus mengikuti adikku seperti seorang anjing penjaga?"
"Serigala," ralat Ichigo, mendengus kesal. "Kurasa kau tidak mengerti cara kerja mate, huh?"
"Yang membuat akal pikiranmu tertutup sehingga kau tidak bisa berpikir matang? Apa yang akan kaulakukan di masa depan untuk adikku, Kurosaki? Apa yang bisa membuatmu membuktikan bahwa kau pantas untuknya?"
"Nii-sama," tegur Rukia. Gadis itu khawatir ketika pertanyaan Byakuya mulai keluar jalur. Terlalu menekan Ichigo dengan hal-hal yang sang Beta tak pernah duga sebelumnya. Dia menyebutnya terlalu manusiawi—hal-hal mundane.
"Apa yang akan kaulakukan untuk masa depanmu sendiri?" lanjut Byakuya menghiraukan adiknya.
"Kurasa ini bukanlah tanggung jawabmu," balas Ichigo ketus. Matanya memicing tajam dengan rahang mengeras. "Ini bukanlah kuasamu, Kuchiki-san."
"Sebagai calon Alpha penerus ayahmu, itu bukanlah sebuah jawaban yang kuharapkan."
"Dan akan mengubah pandanganmu terhadapku?"
"Pada hubungan kalian berdua lebih tepatnya." Byakuya menatap Rukia cukup lama hingga gadis itu memalingkan wajahnya gugup. "Aku tidak menyetujui hubungan ini seandainya kau tidak bisa menentukan masa depanmu sendiri."
Hening.
Rukia tak bisa melontarkan sepatah kata pun ketika tatapan Ichigo tak teralih dari kakaknya. Byakuya dan mate-nya memiliki kekeraskepalaan yang serupa. Kekukuhan mendarah daging dan harga diri sebagai sang pangeran dunia peri.
YOU ARE READING
The Dark Legacy: Full Moon | BLEACH; IR {Book 2}
Fanfiction[In-progress] Bleach fanfiction. Ichiruki. Buku kedua dari seri The Dark Legacy. Setelah menemukan jati dirinya sebagai penerus dari winter fairy, Rukia dihadapkan pada sebuah tantangan baru yang melibatkan masa lalunya. Semuanya kembali pada tanah...