"Ngapain lo dekat-dekat sama Mawar?!" sergah Geo pada sosok Firas yang tengah duduk berhadapan dengan gadis manis bernama Mawar.
Yeng disergah lantas menoleh, lalu berdiri dari tempat duduknya, kemudian menatap datar sosok Geo seraya menyahut santai, "Buat ngerjain tugas kelompok."
"Geo," sapa Mawar, sekadar basa-basi pada teman seangkatannya.
Wajah Geo yang awalnya sangar sedikit melunak. Menatap tajam pada iris kecokelatan itu. "Mawar, lo ngapain bareng dia?" tanya Geo mengintimidasi.
Wajah Firas mendadak jadi semakin datar. Harusnya Geo tahu diri, bahwa dengan siapapun Mawar duduk, itu bukan urusannya.
"Ikut aku sekarang!" sergah Geo. Mencekal lengan Mawar, hingga gadis itu meringis kesakitan.
"Geo! lo nyakitin Mawar!" seru Firas. Tak terima saat sahabatnya diperlakukan kasar seperti itu.
"Le-lepas ... ini sakit," cicit Mawar, wajahnya sudah memerah menahan perih. Tangan kirinya masih meninggalkan luka akibat kecelakaan saat membawa sepeda, dan Geo terlalu keras merematnya. Mawar ingin menangis saat itu juga, matanya bahkan sudah berkaca-kaca sekarang.
Sudah menjadi kebiasaan bagi Mawar, jika Geo akan tiba-tiba datang dan merecokinya seperti ini.
Geo tersentak, saat mendengar suara Mawar yang sedikit berbeda dari biasanya.
Jika biasanya gadis itu akan berteriak bahkan tak segan untuk menggamparnya, maka hari ini, suara Mawar terdengar bergetar dan tidak berdaya.
"Kamu bisa nggak, jangan terlalu kasar sama Mawar?" Firas mencoba mengajak Geo untuk berbicara baik-baik, meski sepenuhnya ia paham hal seperti ini tidak akan berdampak apa-apa untuk Geo.
"Dasar lemah!" sinis Geo. Ia mendengus tidak suka saat suara lembut Firas terdengar begitu menjijikkan di telinganya.
"Kita lagi bikin tugas kelompok. Lo bisa nggak, sehari aja nggak usah gangguin Mawar?" Firas tidak menghiraukan raut wajah Geo yang persis serigala yang hendak menerkamnya.
"Lagian, kamu ngapain ke sini coba?" Firas kembali bertanya, saat Geo hanya terdiam di tempatnya. Karena setahunya, anak-anak kelas 3 IPA2 sedang dalam pelajaran olahraga sekarang.
"Mau lihat bunga." Geo menjawab ketus dan tersenyum penuh arti.
"Bunga?" beo Mawar dengan kening yang mengernyit bingung. Rasa sakit di lengannya perlahan mereda, seiring Geo yang tanpa sadar melepaskan cekalannya.
Tentu saja Mawar bingung. Geo itu aneh. Taman bunga itu ada di halaman belakang sekolah. kenapa Geo malah ke halaman samping.
"Sudah selesai lihat bunganya?" Firas bertanya sarkas. Tanpa menunggu jawaban Geo, ia kembali berkata, "Kalo sudah, kamu bisa pergi sekarang."
Geo menatap tajam ke arah Firas. Cowok berkulit putih dengan gaya kalem dan sedamai ubin masjid tersebut benar-benar sudah menguji kesabarannya.
Tanpa mengucap sepatah kata pun, ia berlalu dari sana setelah menabrak bahu Firas dengan bahunya.
Mawar semakin heran dengan tingkah kedua cowok itu. Meski Firas tampak datar dan kalem, tapi dari binar mata keduanya. Mawar tahu ada yang tidak beres dengan kedua orang itu.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Mawar.
Firas menggeleng. " Lengan kamu baik-baik aja?" Bekas cekalan Geo terlihat jelas di lengan putih gadis itu.