Kerumunan siswa di koridor utama seketika terhenti dan seketika membentuk pagar betis dengan tempat kosong di tengah. Beberapa kepala terjulur penasaran, terlebih saat beberapa pengawal berpakaian hitam masuk dan mengamankan jalan.
Renjun menyikut Haechan yang berdiri di sampingnya saat sesosok perempuan muda yang tersenyum anggun masuk, diiringi dua wanita berwajah datar di belakangnya.
"Wah, Putri Jaemin cantik sekali!"
"Uwaahh, bagaimana rasanya jadi putri ya?"
"Hidup Putri Jaemin sepertinya enak sekali, tidak perlu repot-repot mencuci piring setiap hari."
Berbagai gumaman berkumandang saat sosok yang dibicarakan sudah menghilang di ujung koridor, dengung obralan mengudara, beberapa masih membicarakan sang putri kerajaan Neo yang baru saja melewati mereka.
"Yang Mulia Putri pasti kesepian sekali, kan?"
Haechan yang sedang membuka bungkus Cheetosnya mengangguk. "Dia tidak akan tahu seperti apa rasanya makan ramen di depan minimarket."
"Atau membeli es krim dengan voucher diskon!"
Keduanya kompak terkekeh sembari melanjutkan perjalanan ke kelas yang sempat tertunda.
***
Hendery kembali ke bangkunya saat iring-iringan putri yang selalu menghebohkan sekolah sudah berlalu, pemuda itu menatap ketiga temannya yang sibuk menyalin tugas Mark di atas meja.
"Mark ..."
Lelaki yang sedang sibuk bermain angry bird di ponsel itu menggumam malas sebagai jawaban.
"Kenapa kau tidak pernah dikawal ke sekolah seperti Putri Jaemin? Kau kan ... keluarga kerajaan juga."
Mark hanya melirik malas, lalu kemudian menggeleng. "Strata kami berbeda."
Hendery mengambil tempat di depan Mark, menggeser posisi Dejun yang membuat lelaki itu mendengkus marah namun tetap berpindah.
"Apanya yang berbeda?"
"Status, Hendery."
Kening Hendery mengernyit lebih dalam. "Aku tidak mengerti."
Jeno yang baru selesai menyalin tugas Mark berdiri, menjitak keras kepala temannya dengan pulpen. "Memang apa sih yang kau mengerti? Nothing, Hendery."
"Ya Jung sialan Jeno! Itulah gunanya aku bertanya."
"Tapi pertanyaanmu itu bahkan bisa dijawab oleh siswa sekolah dasar."
"Hendery kan tidak pernah sekolah," timpal Dejun yang ikut-ikutan berdiri di sisi Jeno.
"Terserahlah! Terseraaaah!"
Mark hanya tertawa kecil mendengar perdebatan ketiga temannya, diam-diam melirik ke samping, di mana kelas sepupunya—Sang Putri Kerajaan Neo—berada. Dari pintu yang terbuka lebar, Mark bisa melihat Jaemin yang sedang menekuri buku paketnya, mungkin mengulang kembali pelajaran yang akan dibahas hari ini. Di samping pintu, dua personal assistant dan dua bodyguard berjaga. Mark menarik senyum simpul, hidup Jaemin sepertinya begitu terkekang.
***
"Tidak ada tteokbokki! Bibi Jang hanya membuat kimbab," keluh Haechan keras-keras, perempuan itu meletakkan piring kertasnya di atas meja kantin, berseberangan dengan mangkuk bibimbap Renjun yang terlihat menggiurkan.
"Nanti aku coba bibimbapmu, ya?" pintanya dengan mata berkaca, membuat Renjun merotasikan maniknya.
"Ya ya ya. Memang biasanya begitu kan."
YOU ARE READING
stémma
Fanfictionsistem monarki yang dianut negaranya membuat jaemin terpaksa harus memilih. hidup melajang selamanya atau melepas gelarnya agar bisa merasakan seperti apa jatuh cinta. [GENDERSWITCH]