Pada pagi hari yang cerah, tampak sesosok pria kekar yang sedang berjalan menuruni anak tangga yang berliku-liku. Dengan senyum kecil ia merenggangkan tubuhnya dan menghirup udara pagi yang masih segar.
Namun sayang, momen bahagianya tidak bertahan lama, karena pada bagian akhir tangga, ia tiba-tiba tersandung dan nyaris mencium mesra lantai.
"Demi apapun, makhluk apa yang meletakkan sepatu disini?!" Omel Ethan.
"masih ada sarung tangan, kaos kaki, jaket?! Ini pasti kerjaan Winston!" seraya berjalan menuju ruang tamu, benda asing yang sesungguhnya tidak begitu asing perlahan-lahan Ethan temukan
Begitu sampai ke ruang tamu, ia menggeleng-gelengkan kepala. Dengan dahi yang mengernyit, ia langsung menepuk-nepuk gundukan selimut beserta makhluk yang berada dibaliknya dengan keras.
"Bangun kau Winston! Sudah gue bilang berapa kali, jangan tidur di ruang tamu nanti masuk angin, dan tidak enak dilihat!" omel Ethan terhadap adik keduanya.
Begitu Ethan menyelesaikan kalimat pertamanya, terdengar sebuah erangan dari balik selimut.
"ughh, kecilkan suaramu, kenapa harus pakai pelantang suara sih?" gumam Winston yang memunculkan kepalanya dari balik selimut.
Melihat adiknya yang jelas masih berusaha pulih dari kemabukannya itu, Ethan langsung memutar kedua bola matanya.
"kenapa tidak tidur dengan benar di atas kamar? Ngapain lo tidur disini? Lepas baju pula, pakai dulu kaos mu itu!"
Sembari menggerutu, Winston mengenakan kaosnya yang tergantung pada lengan salah satu sofa di ruang tamu tersebut.
"biasanya tidak mabuk saja lo udah berserakan, ini ditambah lagi dengan mabuk, bukan tidak hampir terbalik aja rumah ini dibuat lo! Sudah kubilang berapa kali, jangan lepas atasanmu saat tidur, nanti bisa sakit!" Omel Ethan sembari membereskan kerusuhan pada area sekita ruang tamu.
Mendengar omelan Ethan, Winston hanya tertawa sarkastik.
"kalau harus mengenakan baju berwarna begitu ke-ibuan kayak lo, lebih baik gue telanjang saja sekalian," balas Winston sembari menunjuk pada kaos polo berwarna baby pink milik Ethan.
"hei, ini limited edition, oke? Lo berani menghina kaos gue, memangnya kaos lo bagus sekali? 'sleep with me, free breakfast', tidur dengan abang, gratis sarapan, dasar cabul!" balas Ethan tidak terima menerima hinaan Winston sembari membacakan kutipan yang ada di bagian depan kaos Winston.
"ah, sudahlah, Sini gue bantu bereskan!" ujar Ethan dengan pasrah.
"EH! Tunggu dulu! Gue beresin saja sendiri!" tiba-tiba Winston seakan tersadar sepenuhnya dari rasa kantuk. Ia menarik kembali selimutnya yang awalnya ditarik Ethan.
"orang jorok seperti lo? Mau membereskan sendiri? Hm.. Siapa yang ada dibalik selimut?" balas Ethan sambil menarik selimut tersebut.
"tidak ada, itu hanya Aiden, semalam dia bilang dia mimpi buruk, jadi dia minta tidur bareng gue," melihat tingkah adiknya yang tidak seperti biasanya, Ethan menaikkan sebelah alisnya heran.
"apaan sih teriak-teriak ?" tiba-tiba muncul Aiden dari balik pintu sambal mengunyah setangkai corndog.
"uhm.."
Tanpa pikir panjang, Ethan langsung menarik selimut tersebut dengan sekuat tenaga.
"AHHH!"
Mata Ethan terbelalak kaget.
Winston menghela nafas kesal.
Aiden tertawa kecil.
Sedangkan sumber teriakan tersebut?
Tidak lain tidak bukan merupakan seorang gadis cantik yang sedang dalam keadaan rambut acak-acakan dan make-up yang sedikit lentur.
Hening memenuhi ruangan tersebut, Ethan yang masih belum pulih dari keadaan shock, Winston yang sedang menunggu omelan Ethan membuat gadis tersebut sedikit salah tingkah.
"uhm, gimana yah, permisi dulu deh," belum sempat Ethan, Winston, dan Aiden memproses ujaran gadis tersebut, ia sudah berlari dengan kecepatan roket menuju pintu keluar.
"bye!" teriak Aiden sambal melambai-lambaikan tangannya.
Begitu gadis tersebut keluar, Ethan langsung berkacak pinggang dan melototi Winston.
"sudah gue bilang berapa kali?! Kalau bawa pulang perempuan, mau skidipapap kan bisa di kamarmu sendiri! Ini sudah ketiga kalinya minggu ini!" bentak Ethan selayaknya sesosok ibu.
"sudah syukur gue tidak outdoor di depan halaman," balas Winston santai.
"ah sudahlah, gue lelah sama lo, cepat cuci muka dan sikat gigi, sarapan sudah siap," ujar Ethan ketus sembari berbalik menuju ruang makan.
"sudah gue bilang kan, kalau bawa pulang cewe, terus mau skidipapap, ya di atas, di dalam kamar sendiri, jangan, emang lo tidak segan sama sekali dengan orang lain yang tinggal dirumah ini?" Ethan yang kini berada pada kondisi mengenakan celemek masih tetap meneruskan omelannya kepada Winston.
"EkHeMM," Aiden tiba-tiba terbatuk.
"lo seharusnya bersyukur aku tidak gitu-gitu di depan halaman," balas Winston sembari meneguk jus jeruknya.
"eKhEmm," Aiden terbatuk lagi.
"dulu waktu ibu masih ada lo tidak sampai seperti ini kok, dasar bajingan,"
"sekarang kan ibu sudah tidak ada,"
"EkHheEmM,"
"kapan sih lo mau berhenti melawan gue, gue tuh kakak lo!"
"yah kapan sih lo mau berhenti ngomelin gue, gue tu adik lo, bukan anak lo,"
"EkHeEmM, uRgH, ArGH,"
"ADA APA SIH DENGAN TENGGOROKANMU!? Dari tadi batuk terus, kayak ada kulit durian aja yang nyangkut," Ethan yang sudah kesal melihat tingkah laku Winston, semakin kesal lagi karena Aiden yang dari tadi tidak berhenti batuk.
"ya mau gimana, namanya juga tersedak, ga usah marah-marah juga lah, kak," balas Aiden sambil meneguk jus jeruknya dengan kalut.
"udahlah, ibu baru saja meninggal kurang dari setahun, kakak-kakak udah berantem terus kayak gini, ingat gak sih pesan ibu sebelum meninggaal? Ibu berpesan supaya kita saling sayang dan saling jaga," ujar Aiden yang mendadak serius.
Mendegar ucapan adik bungsu mereka, Ethan dan Winston pun terdiam.
"karena kita harus saling menyayangi, kak Ethan, aku minta tiga ratus ribu dong," tepat setelah Aiden menyelesaikan kalimatnya, Aiden langsung terkena gamparan penuh rasa sayang pada kepala bagian belakangnya.
Winston hanya menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya.
Ketika Ethan membuka mulutnya, mempersiapkan diri untuk ceramah versi 4.0, tiba-tiba ponselnya berdering.
"halo, Ethan Jansberg berbicara,"
Selang beberapa detik, ponsel Ethan tiba-tiba terlepas. Ethan memutar tubuhnya menghadap adik-adiknya yang terduduk di meja makan.
"ayah meninggal,"
YOU ARE READING
Cheryne : Life With 3 Brothers
Teen FictionKetika kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan, remaja berumur 15 tahun, Cheryne Jansberg harus dipindahkan ke rumah ketiga kakak laki-lakinya. Ia terpaksa memulai lembaran baru dalam hidupnya di sebuah tempat baru dan dikelilingi oleh orang...