Jalan ini tidak tahu mengarah kemana. Menuju suasana mana. Atau mungkin ini sebuah akhir? Kenapa kita selalu berjalan berdampingan? Padahal kita tidak tahu ini mengarah kemana. Bahkan tidak mungkin terjadi hal baik pada kita. Apakah kau punya argumen lain untuk membuatku agar tetap berjalan terus bersamamu?
Lihatlah! Jalan ini berkabut tebal. Jarak pandang ke depan kita hanya sebatas selangkah saja. Bahkan kita tidak bisa melihat di depan ada jurang atau tiang. Kita hanya bisa merasakan ketika kita terlalu cepat untuk berjalan. Pasti kita merasakan hal aneh yang membuat kita berhenti sejenak dan tidak saling berpegangan tangan.
Berusaha menenangkan, tapi tak tenang. Berusaha menjelaskan, tapi apa yang ingin dijelaskan? Berusaha bisa meninggalkan, tapi malah ingin tinggal. Semua ini bukan malah menghasilkan ketenangan, melainkan keegoisan. Akhirnya kita saling menyalahkan dan tidak ada jalan keluar. Lalu selanjutnya apa? Kita akan berusaha berdamai dengan keadaan meskipun hanya beberapa jari yang saling menempel antara tangan kita.
Aku tidak tahu seberapa jauhkan kabut ini akan menemani kita berjalan. Kadang aku bosan dengan kabut yang membuat kehidupan penuh kejutan. Misteri. Cukup kamu saja yang membuat hidupku menjadi banyak misterinya. Jangan bawa-bawa perjalanan kita juga mengandung misteri. Aku tidak takut. Sama sekali tidak. Aku hanya tahu diri, siapa aku. Kenapa aku berada disini. Kenapa bisa aku berjalan bersamamu. Itu saja. Coba jawab.
Ini bukan termasuk kenangan pahit selama hidupku. Meski kabut tebal menyelimuti, tapi aku merasa ini bukan bagian dari kenangan pahit. Bukan. Meski aku meronta-ronta, bagaimana kelanjutannya? Apakah aku memilih putusan yang benar? Jujur saja, aku saja bingung dengan otakku.
Kamu yang menemaniku berjalan di jalan berkabut ini, semoga kita cepat mendapat setitik cahaya terang untuk kejelasan jalan selanjutnya yang harus kita lewati. Atau jalan yang harus kita hindari. Atau bahkan jalan yang harus kita akhiri. Kita tidak akan tahu. Kabut ini masih tebal. Dan belum ada setitik cahaya yang tampak dari jalan ini.
Teruntuk cahaya yang nanti akan datang menghampiri, jadilah penghangat dan penerang. Aku tahu jalan setelah ini pasti akan lebih dingin dan butuh kehangatan. Aku tahu jalan setelah ini tidak hanya kabut saja yang datang, gelap pun juga. Teruntuk cahaya, datanglah dengan indah. Datanglah disaat kita sudah mulai terbiasa. Dan teruntuk cahaya, aku tetap berharap kita bersama. Berusahalah.
YOU ARE READING
Berci Abigail - Jalan Berkabut
Short StoryBerci Abigail Bagian enam Aku hanya lelah menatap ke depan. Karena hanya kabut yang ada dan entah sampai mana akan berakhir