Prologue

30 4 0
                                    

Seoul, 12 April 2007
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Kim Sejeong?"

Seruan dari speaker yang berasal dari meja administrasi sebuah rumah sakit membuat gadis kecil itu mendongak kecil. Ia bisa melihat namanya terpampang jelas di sebuah layar besar. Ia berdiri bersama ibunya. Menggenggam erat ujung baju yang sudah ibunya rapihkan seakan jika pegangan itu lepas, ibunya akan pergi meninggalkan Sejeong sendirian bersama para dokter.

"Ahh~ Kim Sejeong?" Seorang perawat menyambut Sejeong ramah dan menuntunnya untuk masuk ke sebuah ruangan yang serba putih dengan sedikit hiasan wall sticker pada setiap sisinya. Sejeong tersenyum dan meloncat sambil menunjuk salah satu sisi tembok. "Tayo!"

"Whoaa... sepertinya kau sudah terlihat sehat, eoh?" Seorang dokter laki-laki muda tersenyum dan mengacak kepala Sejeong kecil. "Tadi ada seseorang yang mengadu. Katanya kau flu dan batuk. Betul atau tidak?"

Sejeong menggenggam tangan ibunya erat dan menatap dokter tersebut malu. "Aku tidak sakit!"

"Ah jinjja? Tadi ada Lani yang mengantarku ke sini dan meminta tolong untuk menyembuhkan gadis kecil bernama Kim Sejeong. Jadi bukan kau ya?"

"Lani? Ahjussi bertemu dengannya?!"

Ibu Sejeong hanya tersenyum geli saling menatap dengan suster pendamping Sejeong. "Benar! Ahh aku lupa untuk berfoto bersama. Bagaimana jika sekarang aku periksa apakah Lani sedang bersembunyi di dalam hati mu?"

Dengan kelihaian Dokter anak tersebut, Sejeong pun dapat di taklukkan. Setelah selesai di cek, Sejeong tiba-tiba bertanya. "Ireumi mwoeyo?"

"Byun Baekhyun-imnida!" Baekhyun tersenyum kecil.

"I'm Kim Sejeong! 7 years old!"

Baekhyun berpura-pura terkesan walau ada sedikit rasa terkesan sungguhan.

"Whoa... you're doing a good job!" Baekhyun tersenyum dan tiba-tiba memberikan sebuah boneka kecil dari sakunya. "Jjang!! Ini hadiah untuk mu!"

"Woah?! Jinjjayo? Gamsahamnida..." Sejeong membungkuk kecil.

Saat itu... Sejeong tidak langsung pulang ke rumahnya. Ia terpaksa harus menunggu di kursi tunggu apotek rumah sakit untuk pengambilan obat. Ibunya izin ke toilet sebentar.

"Eomma ke toilet sebentar. Sejeong ikut atau mau menunggu disini?"

"Aku disini saja eomma."

"Sebentar, eoh? Jangan pergi kemana-mana, arra?"

Sejeong mengangguk patuh. Saat ibunya pergi ke toilet, kursi disampingnya tiba-tiba ditempati orang lain. Awalnya Sejeong ingin memarahi orang itu karena menduduki kursi ibunya, namun saat melihat sosok itu, Sejeong malah terdiam.

"Hiks... hiks... Uncle Byun jahat!" Seru seorang laki-laki yang diperkirakan umurnya hampir sama dengan Sejeong. Anak itu menggesek matanya yang terus mengalirkan air mata. "Aku ingin boneka ku!"

Sejeong melihat ada 2 orang pria dewasa yang memakai baju hitam-hitam berusaha menenangkannya. "Guan Lin jangan menangis. Akan kita carikan boneka yang lebih bagus. Eottae?"

"Shirreo! Boneka ku!!!!!" Tangisannya sangat membuat Sejeong merasa kasihan. Ia mengeluarkan boneka pemberian Dokter Byun Baekhyun. Lantas, ia berdiri dihadapan anak itu.

"Igeo..."

Kedua pria dewasa itu terlihat was was. Sementara laki-laki itu melepas tangan dari wajahnya. Ia menatap Sejeong sebentar. "Mwo?!"

"Untuk mu." Sejeong berinisiatif untuk menaruh boneka itu di pangkuan laki-laki tersebut.

Belum mendapat respon dari laki-laki itu, Ibu Sejeong sudah kembali dan namanya dipanggil kembali untuk pengambilan obat.

"Sejeong, Nugunde?"

"Mollayo, eomma." Sejeong jalan dan menengok sekali lagi pada laki-laki yang keberadaannya kini telah hilang.

When We Were Young [Lai Guan Lin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang