♣ 12

25.2K 1.3K 45
                                    

Selamat Membaca!

"Katanya di sini dua minggu?"tanya Ayyara begitu melihat Maura membereskan barang-barangnya.

Maura melihat ke arah pintu."Susshh! Aku punya rencana, mom. Tapi rencananya tidak akan berhasil kalau aku masih di sini."ucap Maura membuat Ayyara mengangguk tanda mengerti.

"Biar mommy bantu."ucap Ayyara lalu membantu merapikan pakaian Maura ke dalam koper.

"Mommy sama daddy gimana?"tanya Maura sambil memasukkan peralatan make up nya ke dalam tas.

"Ya begitu. Daddy kamu kan tidak mungkin bisa menang dari mommy."ucap Ayyara sombong membuat Maura cekikikan. Mommy tirinya itu pasti membawa-bawa bayi dalam kandungannya.

"Namanya juga cinta, mom."ucap Maura yang diangguki oleh Ayyara.

"Jika Adam benar-benar mencintaimu, mommy rasa menikah bukan hal yang buruk."ucap Ayyara sembari menutup koper Maura.

Maura menurunkan kopernya lalu menariknya menuju pintu."Mommy dulu bagaimana? Mommy kan dulu terpaksa nikah sama daddy, gara-gara kejadian itu."

Ayyara diam lalu tertawa."Iya sih tapi daddy kamu kan ganteng terus kaya. Tidak ada alasan sih untuk nggak cinta sama daddy kamu. Lagipula kan kamu tahu daddy kamu sebaik apa sama aku."ucap Ayyara membuat Maura mengangguk. Daddy nya memang bucin sama Ayyara. Seandainya ada pria seperti daddynya yang melamar, Maura pasti dengan senang hati menerimanya.

"Mommy beruntung banget. Tapi tetap saja saat itu mommy kan tidak begitu kenal sama daddy." Gumam Maura.

"Ya iya sih. Tapi daddy kamu kan ganteng dan gagah. Gimana mommy bisa tidak suka."

"Jadi gara-gara Daddy ganteng?"tanya Maura.

Ayyara mengangguk."Lagipula inikan salah kamu, coba dulu kamu nggak jebak daddy kamu. Mungkin sekarang mommy nikahnya sama Agus anak kepala desa."ucap Ayyara membuat Maura mencibir.

"Mommy harusnya berterima kasih sama aku. Lagipula kalau daddy sudah berkehendak, ya tidak akan ada yang bisa merubah."ucap Maura membuat Ayyara mengangguk menyetujui.

"Nih_"ucap Ayyara sambil memberikan buku tabungan miliknya.

"Ini apa, mom?"tanya Maura bingung.

"Tabungan mommy. Mungkin suatu saat kamu perlu jadi bisa dipakai. Kamu kan tahu kalau daddy kamu itu susah ditebak, bisa saja dia malah bekukan ATM kamu atau apalah untuk mengancam, jadi ya ini buat jaga-jaga."jelas Ayyara membuat Maura mendesah lega, untung mommy tirinya memikirkan itu untuknya.

"Tapi ini uang_"

"Tenang, daddy kamu juga tidak tahu tentang tabungan itu."ucap Ayyara membuat Maura bertepuk tangan.

"Mommy kok kepikiran sih? Tapi kalau seandainya ini uang aku pakai, nanti pasti diganti."ucap Maura lalu memasukkan buku tabungan Ayyara ke dalam tas miliknya.

"Bagaimana caramu pergi?"tanya Ayyara bingung. Di rumah ini banyak orang karena banyak anak kecil yang harus dijaga.

"Ya percuma dong, mommy jadi nyonya di rumah ini kalau buat aku keluar tanpa ketahuan saja tidak bisa."ucap Maura membuat Ayyara mendengus sebal.

"Kamu ngejek mommy ya."ucap Ayyara kesal.

"Nggak, mom. Tapi mommy pasti bisa kan bantu aku pergi dari sini tanpa ketahuan siapapun, terutama Daddy."pinta Maura memelas.

"Oke. Mommy pikirin caranya tapi nanti malam ya."ucap Ayyara.

Maura menggeleng."Kalau harus nanti malam, ya tidak perlu bantuan mommy dong. Aku kan bisa keluar saat semua orang tidur."ucap Maura membuat Ayyara meringis malu.

"Ck! Tapi di siang hari ada banyak orang. Apalagi__"

"Tidak ada tapi, mom. Pokoknya mommy harus menemukan cara agar aku bisa keluar dari sini tanpa ketahuan."ucap Maura membuat Ayyara menghela napas.

"Okeh. Okeh. Tunggu di sini!"ucap Ayyara lalu melangkah keluar dari kamar kemudian mendekati beberapa pelayan yang sedang bekerja membersihkan rumah.

"Nyonya."sapa salah seorang pelayan.

Ayyara mengangguk "Minta semua pelayan ke kebun belakang ya!"titah Ayyara.

"Untuk apa, nyonya?"

Ayyara berdecak. "Sudah lakukan saja!"titah Ayyara kesal.

Setelah itu Ayyara beranjak menuju kamar anak-anaknya. Ia memanggil salah seorang pengasuh. "Bawa anak-anak ke kebun belakang ya, sekarang!"setelah mengatakan itu Ayyara langsung pergi dari sana kemudian tanpa sengaja berpapasan dengan sang suami.

"Mau ke mana, sayang? Apa ada masalah."tanya Arvind menghalangi langkah Ayyara.

Ayyara menggigit bibirnya. "Aku ngidam, mas."ucap Ayyara membuat Arvind mengernyit.

"Ngidam? Kamu mau sesuatu?"tanya Arvind cepat.

Ayyara mengangguk."Aku mau semua orang di rumah ini ke kebun belakang lalu memanjat pohon kelapa. Aku mau minum air kelapa muda, mas. Tapi semua orang harus ke kebun belakang."jelas Ayyara membuat Arvind memandang ragu.

"Jangan bercanda, sayang? mas rasa__"

"Mas, ini maunya anak mas bukan maunya aku."pinta Ayyara memelas.

Arvind menghela napas kemudian mengangguk. Lagipula mana pernah dia menolak keinginan istri tercintanya itu. Keinginan Ayyara sudah seperti hukum yang harus dituruti oleh Arvind.

"Oh ya satu lagi. Aku mau satpam di depan yang manjat pohon kelapanya."ucap Ayyara membuat Arvind terdiam. Sepertinya dia mencurigai sesuatu.

"Mas, Aku beneran ngidam. Dan mas harus mengabulkan keinginanku dan bayi kita."ucap Ayyara meyakinkan.

Arvind mengangguk kemudian melangkah melaksanakan perintah sang istri. Dia akan memanggil satpam untuk memanjat pohon kepala. Setidaknya bukan dirinya yang diminta memanjat.

Ayyara mengelus perutnya lalu berdehem. Aktingnya benar-benar buruk dan cara yang ia pikirkan juga sangat aneh. Tapi semoga saja bisa membantu Maura.

Semua orang sudah ada di kebun belakang dengan dua satpam yang saat ini tengah memanjat pohon kelapa. Ayyara menatap sekeliling kemudian menggigit bibirnya karena merasa khawatir. Pasalnya ada dua orang yang tidak ada di sana, Maura dan Adam.

"Ada apa?"tanya Arvind lembut.

Ayyara menggeleng kemudian menyandarkan tubuhnya pada sang suami. 'Semoga saja, Maura bisa pergi tanpa diketahui oleh seseorang.'

Sedang di dalam kamar, Maura yang kini tersenyum sangat manis segera menyeret kopernya keluar dari kamar. Ia melirik kiri dan kanan kemudian melangkah dengan tenang. Di rumah ini memang ada cctv tapi kemungkinannya adalah Maura sudah pergi saat daddynya memeriksa cctv.

Maura membuka pintu rumah lalu menarik kopernya secepat mungkin menuju mobil taksi yang sedang menunggunya di depan pagar.

"Cepat, pak. Ke bandara!"ucap Maura begitu memasuki taksi. Saat taksi mulai melaju Maura langsung menghembuskan napas lega. Akhirnya ia bisa keluar dengan selamat.

Sebenarnya saat ia keluar kamar tadi, Maura melihat pak Adam sedang menatapnya dari arah pintu samping. Namun Maura hanya berpura-pura tidak melihat karena memang itu yang ia inginkan. Pak Adam tahu ia pergi dan akan segera menyusulnya.

Maura tersenyum membayangkan rencananya. 'Aku akan lihat seberapa besar cinta pak Adam untukku.' batin Maura lalu memejamkan mata. Ia akan beristirahat sebentar sebelum nanti naik pesawat.

-BERSAMBUNG-

Jodohku Duda TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang