03.

84 30 21
                                    

Bosan.

Hanya satu kata itu yang bisa mendeskripsikan keadaan ku saat ini. Sejak tadi yang ku lakukan hanyalah mencoret-coret bagian belakang buku ku, selebihnya hanya helaan nafas malas yang terdengar.

Aku benar-benar terlalu malas untuk sekadar menyimak penjelasan Mrs. Tiffany tentang interval tangga nada diatonis dan blablabla apalah itu yang ku yakini pasti akan sulit untuk di cerna oleh otak ku saat ini.

Sekilas ku arahkan pandangan ku keluar jendela, bisa ku lihat langit siang ini seolah sedang dalam mood baik, matahari sangat percaya diri membagi sinarnya ke seluruh penjuru.

Aku berani bertaruh, jemuran bunda di rumah pasti sudah mengering saat ini. Jika di lihat dari pancaran sinar matahari yang sangat menyengat kulit itu.

"Bell istirahat kapan bunyinya, sih?"

"Hah? Lo bilang apaan barusan Zi? Rehat? Oh lo sakit?" Yiran yang berada di depan ku sesekali menghadap kebelakang, takut jika saja Mrs. Tiffany memergokinya berbicara dan malah berakhir dengan lemparan penghapus papan tulis pada dahinya.

Setelah Yiran berkata seperti itu, sebuah ide cemerlang terlintas dikepala ku, membuat lampu imajinasi yang tadinya mati menjadi menyala dengan terang. Baiklah nanti aku akan berterima kasih padanya karena telah memberi ku pencerahan.

Aku berdiri dari duduk ku, "Mrs. Tiffany," panggil ku dengan suara pura-pura lemas.

"Ya, ada apa Yezi?"

"S-saya mau izin ke uks, kepala saya pusing," kata ku mencoba semeyakinkan mungkin.

"Oh baiklah, apa perlu saya antarkan?"

"Enggak," potong ku cepat, kalau di anterin bisa-bisa rencana mau bolos gagal. "Saya bisa sendiri Mrs." Lanjut ku.

"Hati-hati kalau begitu," balas Mrs. Tiffany mengakhiri pembicaraan.

Aku segera beranjak dari tempat duduk dan keluar dari kelas. Setelah ku pikirkan aku akan pergi ke rooftop saja, selain karena tidak ada orang, rooftop merupakan tempat paling tenang nomor dua di sekoalah yang pernah ku kunjungi, karena nomor satunya tidak lain dan tidak bukan sudah dipastikan adalah perpustakaan.

Aku masih melangkahkan kaki menyusuri koridor sepi (yang lumayan panjang) untuk menuju tangga yang akan membawa ku langsung ke rooftop. Tangga itu terletak di ujung koridor.

Sampai di rooftop aku langsung mendudukan diri ku di sofa yang terletak ditengah-tengah, aku tak tahu siapa orang kurang kerjaan yang meletakkan sofa di sini.

Bukan lagi duduk, aku membaringkan tubuh ku di sofa itu, memangsangkan sebelah headseat yang sudah tersambung dengan handphone pada telinga kanan ku dan memutarkan musik disana. Sesekali aku ikut menyanyikan lirik lagu tersebut. Sebuah lagu dari Taylor Swift berhasil merenggut seluruh fokus ku untuk mendengarkan, lagu dengan judul Everything Has Changed mengalun indah pada indra pendengar ku, membuat ku memejamkan mata mendengar suara indahnya.

Yah, everything has changed setelah kehadirannya di hidup gue.

Entahlah mengapa tiba-tiba aku jadi memikirkan cowok aneh itu, sedang apa ya dia sekarang?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NAVIAN | Hiatus.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang