00.00 : The Venture.

68 1 0
                                    

⊹ ────── ‹ ✩ ☾ ☼*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⊹ ────── ‹ ✩ ☾ ☼
* .   ˚
   ✧ · 
       ·   .    
              ✹
· *   ˚   ✺  
        . .    ✫
       · + .

Malang sekali nasib Jeon Jeongguk. Di pagi hari yang cerah seperti ini, dirinya dimarahi habis-habisan oleh Ibu. Kata beliau, "Bagaimana mau cepat lulus kuliah kalau kerjaanmu tidur terus. Cuci muka sana, cepat siap-siap! Semalam kamu bilang mau ada festival di kampus?!"

Ibu mengomel sambil mencak-mencak dan mengarahkan kemoceng ke arah Jeongguk.

Dengan gerakan defensif, Jeongguk menutup kepalanya memakai bantal. Mencoba menutup celah pendengaran dari suara sang Ibu.

Oh, jangan ditanya bagaimana wajah Ibu waktu itu. Tangan yang keduanya penuh dengan alat pembersih itu menarik selimut dan bantal yang dipakai Jeongguk. Lantas dicubit perut Jeongguk yang terpampang bebas tanpa baju atasan. Jeongguk menjerit kesakitan seraya berusaha duduk dan mencegah tangan Ibu menyentuh kulitnya lagi.

"Ah! Sudah, Bu. Ini aku sudah bangun!" Jeongguk membela dirinya. Meraih baju yang tergeletak di lantai. Kebiasaan memang, Jeongguk sedikit kurang rapi.

Ibu berdiri mengamati sembari mengambil kembali kemoceng dan lap kaca yang tadi beliau tinggalkan untuk sekadar mencubit perut putranya.

"Cepat mandi sana. Bau! Bagaimana bisa dapat pacar kalau kamu nggak rajin." Jeongguk menatap Ibu sambil memegang dadanya. Mendramatisir. Seolah sakit hati terhadap ucapan yang baru saja ibunya lontarkan.

"Iya, iya, sabar ... Sakit mataku, Bu, kalau dipaksa bangun." Jeongguk melenggang lemas masuk ke kamar mandi, membawa handuk yang lumayan usang. Astaga, sebentar, bahkan Jeongguk sering lupa mencuci handuknya. Memang jorok!

•••

Sebenarnya wajah Jeongguk sangat tampan, perawakannya juga atletis. Bisa dibayangkan bagaimana pandangan wanita-wanita di kampus? Apalagi saat ini Jeongguk berjalan layaknya model kelas atas. Agak tengil, sih, tapi karena wajah yang mendukung, tidak usah diambil masalah.

"Bro, bajumu itu kayak mau konser tahu. Eksentrik." temannya membuka mulut, pandangan geli dan muak terpampang di wajahnya.

"Ini namanya unik, amazing, outstanding." Jeongguk tak mau kalah. Ia mengambil asal sebungkus coklat dari tangan temannya itu.

"Wow. Dapat dari mana coklatnya? Pacarmu yang ke berapa kali ini? Hahaha." teman Jeongguk mendengus sebal, mendudukkan diri di kursi stand fakultas. Lelah dan malas menanggapi Jeongguk.

Jeongguk menarik kursi lain dan ikut duduk di samping temannya. Ia menyenggol lengan temannya itu, "Jangan marah, Kim Taehyung. Nih, ku kembalikan coklatnya. Ujujuju," Jeongguk meletakkan coklat itu di paha Taehyung. Tangannya terulur mengapit kedua pipi Taehyung, mengusalnya gemas.

Saat itu juga Taehyung bangkit dan mengejar Jeongguk. Pokoknya ia harus menendang bokong Jeongguk atau dendam kesumatnya tak akan terbalas.

•••

Jeongguk saat ini sedang sibuk berdiskusi bersama teman satu band-nya. Pasalnya, hari ini sedang ada festival yang diselenggarakan dua minggu berturut-turut.

Festival ini diadakan dipertengahan tahun dalam rangka mendekatkan diri antar warga kampus. Khususnya untuk adik tingkat yang baru saja masuk ke dunia perkuliahan. Ah, sekaligus jadi ajang penampilan bakat atau promosi klub ekstrakurikuler.

"Nah, kalau misalkan besok lusa kita tampil, memang bisa tanpa latihan? Kita harus siap dari jauh-jauh hari. Mengecewakan penonton itu sama saja seperti melukai harga diri."

Sahut demi sahut terdengar dari lingkaran para lelaki yang duduk beralaskan matras. Masing-masing mengeluarkan pendapat mengenai band mereka yang diberi kesempatan untuk tampil di festival kali ini.

Namun naas, pilihannya hanya ada tampil besok lusa atau minggu depan.

"Tapi masalahnya, kalau kita memilih minggu depan, itu artinya kita tampil tanpa Taehyung. Mirisnya, tanpa bassist. Kalian lupa ya? Taehyung ini orangnya sibuk, punya banyak kegiatan. Bapak wakil ketua himpunan kebanggaan kita!"

Saat itu, Taehyung hanya diam. Memerhatikan teman-teman satu band-nya yang terlihat pusing karena jadwal manggung. "Apa kita mau nekat? Seharian ini, nggak usah ikut bergabung di stand fakultas kalian masing-masing. Kita latihan di tempat biasa." Taehyung membuka suara. Sedikit tidak enak karena menurutnya, dirinya yang membuat teman-temannya kebingungan menentukan jadwal.

"Hey, brothers. Let's cheer up! We're not an amateurs, we're professional. Kita terkenal sebagai The Venture, salah satu band kesayangan kota ini. Toh, ini cuma acara kampus, bukan konser besar."

Jeongguk mengangkat tangan kanannya yang memegang satu kaleng bir murah. Semangatnya berapi-api, merasa tertantang. Menurutnya ini bisa jadi ide bagus, hitung-hitung mengeratkan solidaritas diantara mereka semua.

Tampil bersama. Dalam satu The Venture, satu irama.

──────────── tbc.
woundertale 18.34 pm

hello. this is my first jikook/kookmin's fanfiction. i hope u enjoy and please leave me some advice.
thanks ahead!

One Step Away [km] : discontinued.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang