Author POV
Hari ini adalah hari pertama MOS.
Nesa tengah mempersiapkan dirinya agar tidak terlambat di hari pertamanya.
Ibunya hanya seorang buruh cuci dan Ayahnya hanya seorang satpam di salah satu SMP swasta di Jakarta.
Dia anak ke-2 dari 2 bersaudara, kakak perempuannya sudah menikah dan ikut tinggal bersama suaminya di Kalimantan.
Jika sedang libur sekolah, Nesa tak segan membantu Ibunya mencuci baju tetangga.
Dengan mengenakan sepeda bututnya Nesa pun berangkat ke sekolah.
Nesa POV
"Hufftt...akhirnya sampe juga."
Gue harus cepet-cepet nih biar ngga kena omel kaka senior yang biasanya galak kayak di cerita wattpad-wattpad itu.
"Semuanya baris yang rapih! Nanti kaka akan bagi kelompok!"
Perintah salah satu kaka senior cowok dengan name tag Muhammad Roni.
Cakep sih, tapi ekspresi nya itu loh ngeselin banget.
"Heh kamu yang paling ujung baris yang bener!"
Tuh kan dia dah nunjuk nunjuk gue yang barisnya agak menceng dikit.
"Iya kak,"
"Selamat datang di SMA Nusa Jaya, saya ucapkan selamat untuk kalian yang sudah lolos seleksi dan bisa masuk di sekolah ini. Hari ini saya akan membagi kalian menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok akan mendapatkan tugas yang berbeda-beda." jelas kak Roni.
Kebetulan gue kebagian kelompok puisi, otomatis setiap anggota kelompok gue harus bikin puisi masing-masing 1 puisi dalam waktu sejam.
"Baik, waktu habis. Saya minta kalian baca apa yang sudah kalian tulis. Nanti saya tunjuk salah satu perwakilan kelompok untuk membacakan karyanya di depan!" ucap kak Roni.
Duh jangan sampe deh dia nunjuk gue, malu banget kalo sampe harus bacain puisi di depan, apa lagi puisi yang gue buat tentang cinta-cintaan gitu.
"Heh kamu yang lagi garuk garuk kepala maju ke depan!"
"Saya kak?" tanya gue mastiin.
"Iya kamu siapa lagi!"
"Hehe lagian kaka bilangnya yang lagi garuk garuk sih padahal kan saya punya nama kak. Nesa nama saya Nesa N-E-S-A." gue ngeja nama gue lantang, gak terima dong gue ditunjuk-tunjuk gitu pake acara bilang yang lagi garuk garuk pula.
"Terserah saya mau panggil kamu apa! Sekarang kamu tunjuk salah satu siswa cowok dari kelompok lain terus kamu baca tulisan kamu itu di depan!"
Duilehh..pake harus dibacain buat cowok lagi, gue musti nunjuk sape ni.
"Eumm..saya mau bacain buat dia kak!" gue nunjuk ke cowok berkulit putih dan berbadan tinggi yang menurut gue paling kalem diantara yang lain.
"Berjuta tetesan air hujan yang jatuh ke bumi.
Tak cukup untuk mewakilkan perasaanku padamu.
Berjuta buih di lautan.
Juga tak cukup untuk mewakilkan rasa sayangku padamu.
Dan berjuta bintang dilangit pun.
Tak cukup untuk mewakilkan rasa cintaku padamu.
Karna rasa cintaku kepadamu lebih dari itu semua.""Ciye...ciyeee sosweet bangeeet!" ucap salah satu siswi dengan suara super cempreng ke arah ku.
"Kayaknya ada yang lagi kasmaran nih!" timpal seorang siswa berbadan gemuk dengan tompel bundar yang ditumbuhi rambut di sudut bibirnya sehingga ketika dia berbicara tompelnya pun ikut gerak-gerak.
"Eh kebo ragunan diem lu!" tolak gue gak terima, yang sebenernya cuma buat nutupin rasa malu.
Duh, tensin dah gue malu bat anjir.
Dan cowo itu juga cuma liatin gue dengan ekspresi super datarnya coba! seenggaknya dia bisa senyum kan?
Author POV
Jam telah menunjukan pukul 3 sore dan acara MOS pun telah selesai, semua siswa diperbolehkan pulang.
Nesa, gadis itu tengah mengendarai sepedanya ditengah hiruk pikuk kota Jakarta yang dipadati kendaraan bermotor.
Dia bukanlah gadis cupu alias nerd yang biasanya muncul di tokoh-tokoh utama novel.
Nesa itu apa yah? Nesa ya Nesa gadis mungil dengan Segala kepribadian yang apa adanya.
Untunglah ia pake sepeda jadi bisa nyalip-nyalip kendaraan lain dengan mudah.
Saat di lampu merah ia berhenti, Nesa menoleh ke arah kanan dan melihat cowok itu.
Dia yang tadi gue bacain puisi itu kan?
Dasar cowok muka tembok! Kalian tau kenapa gue panggil muka tembok? Yups, karna ekspresi dia tadi yang datar banget kek tembok.
Sekarang cowok itu tengah fokus ke arah jalan raya dengan motor gedenya.
kalo diliat-liat nih cowok ganteng juga.
Sa aloh mikir apa lu Nes-Nes.
Nesa tak berhenti memandanginya.
yah walaupun sebenarnya dia sedikit kesal karna hanya berekspresi datar waktu Nesa bacain puisi tadi.
Tiiiin...tinnn!
Bunyi klakson dari pengendara dibelakangnya membuyarkan lamunan Nesa pertanda lampu kembali hijau.
Ia pun kembali memacu sepedanya dengan kecepatan sedang.
Nesa sadar ia hanyalah gadis biasa, dibilang cantik sih sebenernya dia cantik.
Dengan kulit putih, tubuh langsing, mata sipit dan bibir mungil pink alami.
Hanya saja keadaan ekonomi keluarga yang memaksanya untuk tampil sederhana.
Nesa lebih mementingkan uang tabungannya ia gunakan untuk membeli keperluan lain yang sekiranya lebih penting dari pada digunakan untuk membeli skincare dengan harga yang menurutnya sangat mahal.
Paling mentok dia cuma pake cream multivitamin yang bertuliskan mengandung vitamin A B C D dengan harga 4.500 rupiah.
Tapi tak apa, Nesa sangat bahagia dengan keluarga kecilnya.
Walaupun serba kekurangan, tapi Nesa selalu bersyukur mempunyai orang tua yang sangat menyayangi nya.
segini dulu yaah part awalnya😊
Mohon dimaklumi kalo bahasanya sulit dimengerti😭Btw ni cerita pertama gue gaes❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIONES
Teen Fiction"Gue udah suka ama lu sejak pertama kali lu bacain puisi buat gue waktu itu!" "Haah.. Kok sabi?!" Yang bener nih jangan-jangan nih cowok tengil cuma ngerjain gue lagi.