Jatuh itu biasa, selalu karena gravitasi
Sebenarnya untuk apa ia hidup? Anila belum menemukan jawabannya. Harusnya dia bertahan hidup untuk neneknya, namun neneknya meninggal 2 tahun lalu. Anila kini tak punya lagi alasan untuk hidup. Tapi Anila tak ingin mati. Apa enaknya mati dI rumah kumuh dalam gang sempit penuh kemiskinan. Lalu penyebab kematiannya bunuh diri, terdengar mudah. Namun menggelikan, Anila tak mau dipermalukan lalu ditertawakan umat bumi karena kisah hidup naasnya.
Saat ini tujuan kehidupannya adalah keluar dari neraka itu lalu menjadi kaya. Terlalu muluk untuk manusia sepertinya, pikirnya. Namun mimpi harus setinggi langit, gapai semua yang terlihat pahit. Ya setidaknya Anila harus mati dengan banyak uang atau dikelilingi makanan enak.
Anila bisa melakukan apapun untuk itu, untuk keluar dari neraka yang dihuninya sejak 17 tahun silam. Dia terbiasa melakukan berbagai pekerjaan sejak zaman dahulu kala.
Mungkin menjadi wanita pekerja malam lebih mudah dan menyenangkan, namun alih-alih keluar dari nerakanya Anila yakin ia akan membusuk disana. Hah, membayangkannya saja membuat Anila bergidik ngeri, sudah banting tulang meremukkan badan ia hanya akan kaya saat sudah berumur ratusan tahun, yang artinya ia akan selama lama lama nya disana. Wah Anila kini membenci pemikirannya.Sejak ibunya tidak mau mengeluarkan uang untuknya, Anila sudah malang melintang dalam urusan menghasilkan uang , ia akan berkerja apapun untuk membayar sekolahnya dan memberi makan perut besarnya. "ahh akan terasa lebih mudah jika ada nenek disini dengan senyumnya. Nenek Anila kangen, mau peluk" gumamnya.
Jika meratapi akan menghasilkan banyak uang, Anila pasti akan menjadi miliyarder, sayangnya kenyataan tidak seperti itu. Anila harus terus berkeringat agar pundi-pundinya terkumpul.
Dan menjadi pengaduk kopi adalah pekerjaan tetapnya sejak 2 tahun lalu. Untuk sekolahnya kini Anila perlu banyak bersyukur , berkat otak encernya ia bisa masuk ke sekolah ini tanpa biaya apapun. Beruntung kan?
"ehh gembel mau kemana sih pagi-pagi?" seorang laki-laki diujung lorong meneriakinya lantang.
Anila tidak peduli, ia terlalu sibuk untuk peduli. Dan panggilan itu terlalu biasa didengarnya.
"ihh sok banget deh si gembel" lagi, suaranya terdengar lagi.
Anila terus berlalu, tujuannya bukan memukul wajah laki-laki itu saat ini. Ia harus cepat, wakil kepala sekolah memanggilnya, ia takut terjadi sesuatu tentang kehidupan menyedihkannya.
"tapi cantik tau si Anila" "tapi gembel" bisik-bisiknya masih terdengar sebelum ia berjalan melewati belokan lorong dan masuk ke ruang Wakil kepala sekolah.
"Kamu tau kenapa dipanggil kesini Anila?" tanya laki-laki didepan Anila
"Tidak tahu pak, tapi kalau beasiswa tolong jangan dicabut ya pak, saya gabisa sekolah lagi nanti, tolong ya pak" cicit Anila lemah namun masih terdengar oleh laki-laki itu
"Kamu tau Banyu?" tanya laki-laki yang bertitle wakil kepal sekolah itu
"Tau pak, itu kan bahasa jawanya air" jawab Anila, polos? Sontak jawabannya membuat laki-laki itu tertawa, apa yang lucu?, batin Anila
"Bukan banyu yang itu, dia anak 11 informatika 3, kamu kenal?"
"Tidak pak" jawab Anila singkat, kehidupan sekolahnya terlalu sibuk untuk mengenal satu persatu penghuni sekolahnya, kecuali teman dekatnya dan teman sekelas mungkin?
"Ehm kamu cari tau dia yang mana, jika sudah tau kamu kembali lagi ke saya. Mengerti?" kata wakil kepala sekolah
"Tapi kenapa ya pak? Trus bagaimana dengan beasiswa saya? Tidak dicabut kan pak?" Anila mulai penasaran , sangat penasaran
"Beasiswa kamu ada ditangan anak bernama Banyu itu" jawab wakil kepala sekolah yang tentu saja membuat Anila lemas, apa beasiswanya akan dicabut lalu diberikan ke si air ini? Atau bagaimana? Lalu apa yang harus dilakukannya nanti? Ia harus bagaimana? Bertemu si air lalu minta tolong atau memakinya karena mengambil beasiswanya? Aahh terlalu banyak pemikiran, hal pertama adalah menemukan si air terlebih dahulu dan yang lain akan menyusul "Ya seperti itu, baiknya seperti itu"gumam Anila sebelum meninggalkan ruangan itu.
"Kalau begitu permisi pak" lalu Anila bergegas pergi. Ia haru menemukan seseorang bernama Banyu ini, nama yang aneh, lalu apa pedulinya?
"Oke Anila , mari bergegas dan temukan si manusia air ini" ungkapnya pada diri sendiri.--- Halooo semuaaa😆 Sudah up part 1 semoga kalian suka ya semuanyaa😂 Mohon maaf juga kalau ada salah pada penulisan. Masih pemula banget😄 Terima kasih ya sudah mau mampir , ehh tapi jangan lupa vote dan comment yaa, buat semangat untuk lebih giat menulis lagi😇 Terima kasih semuaanyaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Anila
RomanceTidak ada yang tahu seberapa kuat angin akan menerbangkanmu. Tidak ada yang tau seberapa kuat angin menahan tangisnya. Tidak ada yang tau seberapa dalam angin menahan lukanya. Bukan, bukan hanya tentang cinta. Mungkin ini juga tentang untuk apa angi...