Part 1 ✓

1.1K 92 4
                                    

Dia kakakku, Choi Hyunsuk, dan aku adalah adiknya, Choi Sarang. Jarak usia antara aku dengannya hanya terpaut dua tahun saja dengan dirinya yang kini berusia dua puluh satu tahun.
Aku hanya tinggal berdua dengannya di rumah yang tersisa dari orangtua kami. Ayah ibuku sudah lama meninggalkan kami berdua, dan kami tidak memiliki siapa siapa lagi, hanya kami yang saling melengkapi.

"Sarang, dimana kamu?" itu suara kak Hyunsuk, dari suaranya sepertinya dia sedang butuh sesuatu.

Aku segera keluar kamar dan menemuinya yang sedang berada di ruang tengah.

"Ada apa Kak?" tanyaku.

Kalian tahu? Walaupun usianya sudah menginjak 21 tahun, kadang sifatnya sangat kekanakan, lucu dan menggemaskan menurutku. Seperti saat ini, sifat kekanakkannya muncul saat ia membutuhkan sesuatu.

"Aku ingin ice cream, moodku sedang tidak baik," katanya. Aku mengangkat alisku.

"Kenapa?" tanyaku penasaran.

"Kau tau Jihoon, dia baru saja berlibur dengan keluarganya minggu kemarin, dan dia memamerkan oleh oleh yang dia bawa pulang kepadaku," jika kalian mendengar, mungkin kata kata yang ia lontarkan terdengar begitu santai, tapi disini, hatiku mulai was was, jantungku berdetak sangat kencang.

"Ehm baiklah, akan aku belikan. Mau rasa apa? Coklat?" Aku sudah hendak pergi keluar.

"Iya. Dan tolong cepatlah, atau moodku semakin memburuk." Dia tersenyum sangat manis, dan aku membalas senyumnya itu.

Setelah keluar rumah, aku berlari dengan kencang menuju toko kelontong di seberang jalan untuk membeli ice cream yang di inginkan oleh kakakku.

"Aku mau ice cream coklatnya dua ya Bu," pintaku pada sang penjual.

"Baik, tunggu sebentar,"

Drrt

Handphone yang berada di saku bajuku bergetar, pertanda ada pesan masuk.

Kak Hyunsuk

Dik, cepatlah

Baik kak, sebentar

Kenapa lama sekaliiii
Ayoo cepatt
Aku sudah ingin memakan ice creamnya
Adikku sayangggg
Ayooooo
T_________T

Tolong tunggu sebentar


Bukankah dia terlihat manis? Tapi kalian harus tau bahwa saat ini aku sedang ketakutan.

"Berapa Bu?" aku langsung mengambil ice cream yang disodorkan oleh ibu penjual itu dengan cepat.

"Tujuh ribu saja," kata ibu penjualnya, akupun memberikan uang sepuluh ribuan.

"Sebentar ya kembalinya." Aku berharap semoga ibu penjual itu mempercepat gerakannya.

Drrrt

Drrrtt

Drrrt

Handphone ku terus bergetar, dan aku tidak perlu berpikir dari siapa pesan itu.

"Bu, bisa cepat?" tanyaku sesopan mungkin, detak jantungku berpacu hebat.

"Sebentar Nak, sepertinya tidak ada recehan,"

Aku langsung berlari pulang.

"Ehh Nak kembaliannya bagaimana?!" teriak ibu penjual itu.

"Tidak usah Bu, ambil saja," balasku.

Jantungku semakin memburu saat aku tiba didepan rumah.

Knock knock

Entah kenapa aku mengetuk pintu rumah ku sendiri.

"Kak? Aku sudah membelikanmu ice cream." Aku melongok perlahan kedalam rumah, mencari keberadaan kakakku.

Rumah yang memang sepi tampak terlihat sunyi saat ini, terlebih lagi hari sudah mulai sore. Aku masuk kedalam rumah sambil melihat kesana kemari mencari kak Hyunsuk. Jangan salah, rumah kami cukup besar untuk ditinggali kami berdua, terkadang aku merasa sedang berada dirumah hantu saat malam tiba. Karena setiap malam, lampu lampu dimatikan untuk menghemat listrik, hanya dapur dan kamar mandi saja yang masih menyala. Belum lagi rumah ini penuh dengan sarang laba laba di langit langitnya. Aku tentu sering membersihkan rumah ini, tapi untuk langit-langit, itu berada di luar jangkauanku.

"HAAAA." Kak Hyunsuk muncul begitu saja dihadapanku.

Aku terjatuh begitu saja ke lantai. Jantungku serasa mau copot dikagetkan seperti itu.

"Kenapa kamu lama sekaliii?" tanyanya dengan nada manja.

"A-aku-" omonganku terpotong saat lelaki dengan rambut biru itu segera merebut ice cream ditanganku.

"Hm? Kamu beli dua? Untukmu?" tanyanya saat memegang kedua ice cream itu.

"A, itu, tadinya memang untukku, tapi jika Kakak mau Kakak bisa memakan itu," kataku sambil meringis.

"Aih tidak tidak, ini kan jatahmu. Ayo kita makan bersama di teras belakang." Kak Hyunsuk langsung menarik tanganku lalu di gandengnya menuju teras belakang.

"Kamu tahu dik? Kamu itu adalah adik satu satunya kesayangan Kakak," ucapnya sambil merangkulku dengan sayang.

"Kak-" Aku baru saja akan membalasnya.

"Hei jangan memotong, biar aku selesaikan semuanya dulu," dia langsung cemberut gemas.

"Hm b-baiklah."

"Kamu adalah adik tercantik yang pernah Kakak punya," ucapannya membuatku tersenyum lebar, ya kakakku memang semanis itu.

"Kamu sangat pintar, baik, manis sekali," dia berujar sambil mengelus rambutku, hingga aku tersipu malu.

"Aku sangat berterimakasih pada Ibu karena telah melahirkan dirimu kedunia ini," jantungku mencelos.

Satu kata yang sensitif bagi diriku, juga kakakku adalah orang tua. Sebentar lagi kalian akan tau sebagaimana sensitifnya kakakku terhadap kata itu.

Tepat saat di teras belakang, kak hyunsuk langsung menceburkanku ke kolam berenang di sana dan hanya memegang rambut panjangku hanya dengan satu tangannya.

"AKU SANGAT BERTERIMAKASIH KEPADA ORANG TUAKU!!! TAPI KAMU BENAR BENAR TIDAK TAHU DIRI!!" dia menarik rambutku hingga aku tertarik ke luar air, dan lalu ia mendorong kepalaku ke dalam air hingga aku tenggelam.

___________

TO BE CONTINUED stay tuned oke

HE'S MY BROTHER || CHS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang