1 | Surga Dunia

171 10 4
                                    

Aku melirik jam tangan cantik yang melingkar di pergelangan tanganku, pukul 17.00. Entah mengapa hari ini waktu terasa cepat berlalu. Mungkin karena seharian ini aku tidak melihat atasanku yang astagfirullah itu.

Aku meminum susu kotak yang selalu ku bawa setiap hari. Dalam hati tak henti-hentinya aku memanjatkan syukur kepada Tuhan atas nikmat yang di berikannya hari ini.

"Terimakasih Ya Allah, meski hanya sehari tapi gue berasa lagi liburan di islandia. Salah satu negara teraman, dan damai sentosa di dunia".

Aku berdiri lalu mulai membereskan barang-barangku sambil membayangkan hal-hal yang akan aku lakukan nanti.

Salon
• Beli baju baru
• Sepatu baru
• Tas baru
• Makan steak
• Pulang

Aku tertawa bahagia membayangkan semua hal itu. Hari ini aku berniat menghabiskan gaji yang ku terima seminggu lalu. Dan kali ini aku berharap rencana yang sudah ku susun tidak gagal seperti kemarin-kemarin.

Tapi nyatanya lagi-lagi aku harus menahan diri untuk tidak menjerit di lobi yang hanya ada aku.

Bagaimana tidak, tepat ketika lift yang membawaku turun dari lantai 8 berdenting seketika itu ponsel yang berada dalam genggamanku pun ikut berdenting.

Bapak YTH Dean Astagfirullah
CEK EMAIL
REVISI ULANG LAPORAN KEMARIN
BERANTAKAN
TYPO BANYAK
BESOK WAJIB SUDAH ADA DI MEJA SAYA

Astagfirullah...
Astagfirullah...

"Sabar, Tari. Inget paket skincare yang lo udah pesen jauh-jauh dari korea sono noh. Jadi turuti aja apa yang bos astagfirullah lo perintahin."

Aku memegang kepalaku yang mulai terasa pusing.

"Pikirkan hal yang baik. Oke, pikiran tas chanel, sepatu jimmy choo dan barang-barang branded lainnya. Rasanya surga dunia banget."

"Kamu sudah baca chat saya?"

"A'udzu billahi minas syaithanirrajim". Jeritku ketakutan.

"Heh? Kamu pikir saya setan?"

"Lah, bapak?"

Aku memperhatikan bosku dari atas sampai bawah takut kakinya gak napak lagi di lantai.

Dalam hati aku berdecak kagum, bosku ini memang selalu bisa membuat anak gadis sepertiku meleleh dibuatnya. Kemeja coklat yang lengannya di gulung hingga siku memperlihatkan jam tangan rolex yang sudah pasti mahal harganya.

Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Aku tersadar dari lamunanku saat bosku menjetikkan jarinya di depan wajahku.

"Kamu gak lagi kerasukan?"

"Enak aja!" Sewotku.

"Kamu sudah baca chat saya?" Tanya bosku yang kedua kalinya.

"sudah pak."

Kulihat bosku mengangguk.

"Bagus. Habis ini pulang, gak usah kelayapan, gak usah pikirin barang-barang branded dulu. Kerjain laporannya, jangan typo mulu. Baca baik-baik sebelum dikasih ke saya."

Fix gak salah lagi. Bos gue ini emang titisan Edwar Cullen.

"Gak kok pak, ini saya mau langsung pulang".

Tapi betewe anyway busway itu sih Pak Dean kapan datangnya? Perasaan seharian ini dia ketemu klien di luar.

"Yaudinlah, bodo amat!"

It's Okay, Boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang