1

7 0 0
                                    

"Kehidupan ini tidak seperti dunia film dan novel." Ucap Garvita bersandar di kursi sambil menutup mata menikmati keheningan beberapa saat.

"Memang benar, tapi bukan kah hidup ini indah?" Mata gadis itu cantik, hanya saja dia kurang pandai merawat tubuhnya.

"Tergantung bagaimana kau melihat dunia yang sesungguhnya."

"Omong kosong." Ucap si suara cantik, Wannya, dia memang mempunyai bakat menjadi penyanyi suatu saat nanti.

"Sudah, kalian ingin keluar tidak?sebentar lagi bell berbunyi." Dia Karcanta, wajahnya berbentuk agak persegi, memakai kacamata bulat namun bergaya. Hanya Karcanta dan Flaya yang terlihat ceria. Mereka juga seperti kakak beradik yang selalu bersama-sama.

"Oh ingin mengusir?" Akhir-akhir ini Wannya memang sensitif, sejak kenaikan kelas.

"Kau salah paham, maksudku kalian tidak ingin makan di kantin?"

"Tak perlu, tapi sepertinya aku kembali ke kelas. Selamat tinggal." Garvita melambaikan tangannya saat berada di pintu kelas, wajahnya tersenyum tipis.

Kelas kembali sunyi, Wannya menikmati rasa permen sedangkan Flaya berusaha berpikir untuk memecahkan kesunyian.

"Kapan kau akan menjadi kekasih Ryan?kalian berdua sangat serasi." Flaya menggoda Karcanta. Inilah topik pembicaraan yang dibahas untuk memecahkan keheningan. Atau topik lain seperti hobby, dan idola.

"Aku dengan dia tidak serasi,jadi jangan menggodaku." Karcanta berbicara namun terdengat tidak serius. Tampaknya menyukai Ryan tapi sebenarnya tidak.

Wannya selesai memandang mereka berdua dengan pikiran yang sulit diartikan angkat bicara "aku kembali ke kelas."

"Oke," balas Karcanta kembali bercanda dengan Flaya.

Sementara Garvita sudah berada di kelas merasa sedikit bersemangat dengan tak ada satupun suara. Kelasnya terletak di sebelah kelas Karcanta. Seluruh kelas sepi, mungkin saja masih ada anak-anak yang tetap di kelasnya tapi tak banyak. Mereka hanya Genk kecil.

Garvita tersenyum kecil, pandangannya berbeda. Tetapi menjadi kacau akibat bell berbunyi semua anak masuk ke kelas masing-masing. Dalam sekejap kelas menjadi ribut. Garvita terlihat masam dan menenggelamkan kepalanya di kedua lengannya, menunggu Guru masuk.

🍁 🍁 🍁

Murid-murid berhamburan keluar kelas bahkan tak jarang mereka melupakan tata krama sebagai seorang murid untuk menghormati guru.

Sebagai seorang guru hanya bisa mengelengkan kepala melihat tingkah murid zaman sekarang yang tak punya tata krama tidak seperti murid zaman dahulu. Walaupun tak semua murid di sekolah ini mempunyai tata krama yang buruk namun selama tiga tahun berturut-turut murid-murid di sekolah ini mengalami penurunan terhadap sifat mereka.

Udara di kota juga tidak sehat akibat kendaran berlalang-lalu di jalanan. Sudah pukul 17.08 langit masih tetap cerah seperti siang hari. Garvita menunggu Yesira selesai piket. Saat benar-benar selesai mereka langsung pulang tanpa adanya pembicaraan.

Dua ratus meter lagi Garvita sampai di rumah. Rumah yang hanya ditinggali oleh dirinya seorang. Sangat menyenangkan bukan?tanpa ada orang yang mengusikmu. Tinggal menikmati hidup saja. Semenjak ibunya menikah dengan seorang duda kaya sekarang ia hidup nyaman. Satu tahun lagi Garvita benar-benar harus bisa mencari pekerjaan. Setidaknya sebagai translator. Terlihat menyenangkan bagi Garvita. Setalah pulang sekolah ia benar-benar lelah. Sebelas jam di sekolah terasa melelahkan. Garvita harus membeli tisu banyak, bisa saja dia berkeringatan akibat pulang jalan kaki.

Handpone milik Garvita bergetar sudah pasti ada notifikasi yang masuk. Sebuah pesan WhatsApp.
Garvita tak terlalu memedulikan-nya. Jarang sekali ada seseorang mengirim Garvita pesan, jika ada palingan orang itu adalah teman-temannya. Jika tidak, bisa saja hanya grup kelas yang sedang ribut.

Persediaan makanan sudah dibeli, cukup untuk makan satu bulan. Dan wi-fi tersedia di rumahnya. Tapi Garvita tak bisa main-main selama berada kelas XI. Sebentarlagi akan ada ujian kelulusan. Jika saja Garvita seorang jenius tak mungkin dia akan belajar untuk mengingat pelajaran sebelumnya. Tapi ia tak jenius. Dari jam setengah tujuh sampai jam sembilan ia belajar. Satu jam lagi ia gunakan untuk bermain game di handponenya. Sekitar jam sepuluh malam dia baru akan tidur sambil mendengarkan lagu kesukaannya.

🍀 🍀 🍀

Sekitar jam enam pagi, gadis dengan rambut kusut mengedipkan matanya beberapa kali. Tangannya mencari kacamata di sebelah kanan tempat tidurnya. Terletak diatas meja di samping alarm. Dia berjalan menuju kamar mandi setelah duduk beberapa detik di atas tempat tidur. Beberapa menit kemudian ia keluar dengan memakai pakaian sekolah anak SMP. Bergabung ke meja makan, dan makan bersama kakak, adik, ayah, dan ibunya. Keluarga yang terlihat harmonis.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 09, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AtropinaWhere stories live. Discover now