10. Your Laugh

2.9K 375 65
                                        

Pagi ini Arina berniat membuatkan Devano bekal. Laki-laki itu tentu saja sudah berangkat sekitar satu jam yang lalu. Arina setiap hari melihat Devano tidak pernah sarapan selain memakan roti dengan selai coklat, pasti lelaki itu kelaparan nanti. Karena mood nya sedang bagus pagi ini, ia akan datang ke kantor untuk memberikan bekal pada Devano.

Arina memasak nasi goreng sosis dengan telur mata sapi di atasnya. Selesai mengemas dalam kotak makan. Gadis itu segera bersiap untuk ke kantor Devano. Dengan memakai dress selutut berwarna pink, Arina terlihat lebih manis.

Senyum itu senantiasa menghiasi wajah ayunya. Arina memasuki taksi yang sudah Bi Mia pesan kan sebelumnya. Matanya melirik ke luar jendela menampilkan gedung-gedung bertingkat. Mungkin kantor Devano juga seperti itu atau malah lebih besar, entahlah Arina juga tidak tahu. Ini adalah pertama kalinya ia mengunjungi kantor Devano, tentu saja tanpa sepengetahuan laki-laki itu.

Taksi itu berhenti tepat di depan lobby. Arina memberikan sejumlah uang lalu berterimakasih. Tungkai kakinya mulai melangkah memasuki kantor Devano yang tampak besar dan elegan. Sambil menenteng bekalnya, Arina menuju meja resepsionis untuk menanyakan di mana ruangan Devano.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" ucap seorang wanita yang mungkin sedikit lebih tua di bandingkan dengannya.

"Saya ingin bertanya, di mana ruangan Devano ya?" wanita itu tersenyum ramah sambil menunjuk sebuah ruangan yang berada di ujung lorong.

"Itu ruangan Pak Devano, yang paling ujung." Arina mengikuti arah yang wanita itu tunjuk, lantas ia mengangguk.

"Terimakasih."

"Sama-sama, Nona."

Arina berjalan menuju ruangan Devano, pintunya terbuat dari kaca. Namun ia tidak bisa melihat ke dalam karena kacanya buram. Samar-samar Arina mendengar suara seorang gadis, pasti Devano tidak sendiri di dalam ruangan itu. Dengan keberanian yang ia punya, Arina mengetuk pintu. Setelah mendengar suara Devano yang mengijinkannya, Arina mendorong pelan pintu kaca itu dan menemukan Devano sedang makan sambil di temani Selin yang duduk di hadapannya. Arina langsung menyembunyikan kotak bekalnya di belakang tubuhnya.

Devano mengernyitkan dahi melihat kedatangan Arina, tidak biasanya gadis itu datang ke kantornya. Sementara itu Selin menatap tajam pada Arina. Gadis itu sungguh merusak moment nya bersama Devano.

"Kau? tumben sekali, ada apa?" ucap Devano sambil melanjutkan makannya. Arina gelagapan, tidak mungkin ia mengatakan jika dirinya membawakan Devano bekal, yang nyatanya laki-laki itu telah makan, sudah pasti Devano tidak akan memakan bekal yang dia buat.

"A-aku ingin.." Arina menghentikan ucapannya saat Selin berjalan mendekat padanya. Gadis itu sibuk meneliti penampilan Arina, yang terkesan sederhana. Kemudian matanya tidak sengaja menangkap sebuah kotak bekal yang kini tengah Arina sembunyikan di balik badannya.

Sret

Bruk

Selin berhasil merebut kotak bekal itu dan menjatuhkannya dengan ekspresi yang dibuat-buat seolah ia tidak sengaja menjatuhkannya, padahal dengan jelas Arina melihat Selin sengaja menjatuhkan bekal yang sudah ia buat kini berserakan di lantai. Melihat itu, Devano lantas berdiri mendekati kedua gadis yang bersitegang. Laki-laki itu melihat nasi goreng yang berceceran di lantai. Kemudian ia menatap Arina yang menatap nanar bekal yang sudah hancur berantakan itu.

"Oh jadi kau ingin mengantarkan bekal untuk Devano. Kasihan sekali, tapi Devano telah memakan bekal ku terlebih dahulu. Lagi pula ia tidak akan mau memakan makanan sampah seperti itu." ujar Selin menghina Arina.

"Selin!!" peringat Devano, gadis itu sudah kelewat batas.

Air matanya Arina jatuh, namun dengan cepat ia mengalihkan pandangan untuk mengusapnya. Untuk kali ini Arina tidak ingin menangis meskipun hatinya ingin. Benar kata Selin, lagipula Devano tidak akan mau memakan makanan seperti ini.

Mr. Corald [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang