Blooming; RM (1)

44 13 9
                                    

TURN ON THE BG SONG YAA!

Aku duduk sendirian, ditemani oleh suara gemercik hujan dan desiran angin yang menusuk kulitku. Aku masih berada di lingkungan sekolah. Teman-temanku sudah pulang sejak tadi.

Hari ini, ayahku berjanji akan menjemputku dan mengajakku untuk makan malam bersama. Tapi, sepertinya, kemacetan di kota yang ramai ini, berhasil menunda rencana kami. Yah, ayahku tetap bersikeras untuk menjemputku, alhasil aku menunggunya.

Sekarang sudah pukul 5 tepat. Tadi, aku mengikuti ekskul musik, tapi sudah selesai dua jam yang lalu. Aku kesepian. Terlebih, aku kedinginan. Aku tidak membawa jaket, padahal ibuku sudah mengingatkanku untuk membawanya karena sekarang sedang musim hujan.

Kurasa, di sekolah hanya ada aku dan pegawai sekolah yang sedang bekerja membersihkan sekolah saat ini. Untuk mengusir bosan, aku membaca novel favoritku yang sudah kubaca berulang kali.

"Yunaa!" seru seseorang dari ujung koridor.

"Namjoon?" kataku untuk memastikan.

"Ya! Kenapa belum pulang?" tanyanya sambil berlari ke arahku.

"Aku menunggu ayahku. Ia sudah berjanji akan menjemputku." jawabku sambil melihat ke arah Namjoon yang sudah duduk di sebelahku.

"Sekarang hujan, mana jaketmu?"

"Aku lupa membawanya."

"Ini, pakai jaketku," ia melepaskan jaketnya lalu memberikannya padaku.

"Tapi, kau kan juga membutuhkan jaket!"

"Aku lebih kebal darimu." katanya sambil tersenyum.

"Ck. Dasar," aku pun memakai jaket yang ia berikan. Ya, cowok disebelahku adalah Namjoon. Ia sahabatku sejak aku masih kecil. Aku mengenalnya sebelum aku bahkan bisa berbicara.

"Kau kenapa belum pulang?" tanyaku.

"Sesudah ekskul, aku disuruh untuk mengecek data uang kas di kelasku karena bendahara sedang tidak masuk."

"Derita ketua kelas." balasku sambil tertawa kecil yang diikuti oleh tawa khas Namjoon.

"Yah, begitulah."

"Sekarang, kenapa tidak pulang?"

"Menunggumu untuk di jemput." jawab Namjoon.

"Memangnya aku anak kecil, harus ditemani? Pulang sajalah." tiba-tiba ponselku berdering. Sepertinya, ada pesan yang masuk. Oh, dari ayahku!

Aku membaca pesan itu dengan sorot mata kecewa. Bagaimana bisa ia batal menjemputku? Aku kan sudah menunggu selama dua jam?

"Kenapa?" tanya Namjoon bingung melihatku berubah murung.

"Ayahku batal menjemputku. Katanya, ia masih di tengah perjalanan. Ia tak mau aku menunggu lebih lama lagi."

"Ayahmu benar, Yuna. Sekarang hujan. Kamu lebih baik pulang daripada menunggu ayahmu."

"Yah, mungkin aku harus pulang. Tapi, sekarang kan hujan, Joon? Aku harus naik apa?"

"Aku bersedia mengantarmu."

"Kamu bawa mobil, ya?" tanyaku.

"Ya."

"Hm. Ya sudah, kita pulang bersama saja."

Kami pun berjalan ke parkiran. Untungnya, aku selalu membawa payung ke sekolah. Kami satu payung karena Namjoon tak membawa. Namjoon memang jauh lebih tinggi dariku, jadi ia yang memegang payung.

Saat sudah sampai di mobilnya, ia membukakan pintu supaya aku bisa masuk. Sungguh sikap seorang lelaki, bukan?

"ACnya dikecilkan saja. Kau kedinginan lho, Joon." kataku setelah kami berada di dalam mobil.

"Ya."

"Kau beneran tak mau memakai jaket?" tanyaku khawatir karena ia terlihat sedang menggigil.

"Tidak usah. Kau saja yang pakai."

Aku selalu suka sikap manis Namjoon, sesederhana apapun. Ia memang pengertian, walaupun terkadang ia sedikit kekanak-kanakan. Aku sering merasa kalau dia adalah orang yang paling mengerti diriku, lebih dari orang tuaku.

"Hm, gimana antara kau dan Choa?" tanyaku untuk mengisi keheningan.

"Sudah berakhir."

"Mengapa?"

"Aku merasa tidak cocok dengannya."

"Tidak cocok dalam hal apa?"

"Entahlah. Dia sedikit egois. Dia tidak bisa mengerti aku sebagaimana kau mengertiku."

"Haha. Jangan menggodaku."

"Hm."

Aku tidak mengerti. Entah perkataannya padaku tadi itu sungguh atau tidak. Sebenarnya, dulu ia tidak begini. Tapi, aku merasa kalau akhir-akhir ini, ia semakin sering memujiku. Aku hanya menganggap itu sebagai godaan. Makanya aku tidak terlalu peduli.

"Sudah sampai."

"Oh." balasku yang akan melepas jaket milik Namjoon.

"Tak usah di lepas. Kau kembalikan besok saja."

"Apa benar tidak apa? Kau kan kedinginan?"

"Sudahlah. Cepat masuk ke rumahmu."

"Makasih sudah mengantarku. Dah!"

"Dah, Yuna." kupandang dirinya lagi. Dugaanku benar. Akhir-akhir ini senyumnya semakin hangat.

Aku pun masuk ke rumah menuju kamarku. Sampai di kamar, aku memegang jaket yang diberikan Namjoon padaku.

"Namjoon sangat manis." gumamku sambil tersenyum.

"Eh. Ada apa sih denganku? Aku rasa aku sudah tak waras." kataku dengan pipi bersemu merah.

VISUAL

SO HANDSOME RIGHT?💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SO HANDSOME RIGHT?💜

Annyeong! Jadi sambil nulis Caritas, aku juga bikin fanfiction BTS nih! Baru mulai sih. Tapi aku udah mendalami konsepnya banget kok! I hope you guys like it yaa! I purple you💜

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

With Love, Bangtan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang