Aku suka kamu, apa itu salah ? Dan apa aku salah bila aku menginginkanmu memiliki rasa yang sama ?
Aku tidak pernah tau apa yang kamu rasakan. Yang aku tau bahwa rasa ini belum bisa berubah, selain Tuhan sendiri yang mengubahnya. Tapi, kenapa Tuhan masih mengizinkanku untuk memiliki rasa ini sama kamu ? Apakah ada sesuatu hal yang Tuhan ingin ku lakukan untukmu ?
Tapi aku ini perempuan. Yang ku bisa lakukan sekarang hanya, menunggu tindakanmu yang dapat membuat suatu kepastian. Dan berat untukku bila ku harus tau, bahwa pada saatnya nanti aku hanya menerima sakit hati bukan karena tindakanmu. Tapi hanya karena perasaanmu yang tidak menginginkan diriku.
Dan akhirnya perasaan ku ini, hanya menjadi sampah.
---------------------------------------------
"Aku Lyra Kirana, aku berasal dari SMP Periata Harapan." Ujarku yang ditunjuk untuk memperkenalkan diri pada kelas yang baru dimulai untuk tahun ajaran baru.
"Terima kasih atas perkenalan kalian semua, perkenalkan saya pak Hari yang akan menjadi wali kelas kalian selama satu tahun pelajaran ini."
"Lyra Kirana, berasal dari SMP Periata Harapan. Anak yang tidak begitu terkenal, terkenal pun karena talentanya. Friendly, baik dan ramah. Itu doang yang gue tau dari lo." Ujar Dira temanku yang baru kukenal pagi ini.
"Kamu tuh pengagumku apa mata-mata ? Kaya mau tau banget soal aku." Lanjutku yang sedikit cemas.
"Ngomongnya lo gue aja kali, gue cuman mau tau lo bisa akrab ga sama gue. Makanya, gue harus tau sifat lo. Jangan geer dulu kali."
"Ya engga gitu, gue cuman nanya doang kok. Eh habis ini temenin gue ke kantin ya. Mau liat apa aja makanan yang ada disini."
"Terserah lo gue sih ikut aja." Pasrah Dira yang tampaknya kurang bersemangat di hari barunya ini.
Selama pelajaran pak Hari kami terus berbincang hingga akhirnya bel istirahat berbunyi. Dengan cepatnya kami melangkahkan kaki menuju kantin. Kantin yang memang tampak lebih kecil dari perkiraan murid-murid.
Seketika kami membeli makanan, Akupun melamun melihat cowok yang lewat di depan mukaku. Cowok yang terlihat mempunyai badan perfect serta muka yang sangat diatas rata-rata murid lain, dapat membuat semua cewek yang berpapasan dengannya merasa ingin memeluknya."Psstt.. Dira... I... Itu siapa ?" Dengan omongan yang terbata-bata, Aku bertanya kepada Dira.
"Itu Julian, kakak kelas yang perfect banget. Ganteng kan ya ? Itu cowok yang gue suka tuh.. Jangan diambil punya gue. Inget ya!" Dira berkata kepada ku dengan nada yang tegas.
"Ya ampun kaya udah jadian aja. Emang dia punya lo ?" Tegasku, sambil tertawa kecil.
"Ya engga sih, emang kenapa sirik aja. Ayo ah ke kelas makanan di beli doang ga dimakan mending kasih orang lain."
"Yaudah ayo gue juga udah laper nih."
***
Akhirnya setelah beberapa jam kemudianpun bel berbunyi menandakan berakhirnya kegiatan belajar-mengajar pada hari ini. Aku pun dengan cepatnyamelangkahkan kakiku keluar dari ruangan menghirup udara yang sejuk seperti terbebas dari kurungan. Dira pun mengikuti langkahku. kami meneruskan perbincangan kami yang terpotong karena pelajaran terakhir, pada kursi batu.
Beberapa saat kemudian aku dijemput dengan mobil jemputanku yang baru, dengan sedikit kecewa Dira melambaikan tangannya padaku yang sudah mulai menjauh darinya.
***
Aku berada dikamarku dan tidak beranjak dari tempat tidurku. Sambil melihat awan diluar yang cerah akupun berpikir "bagaimana mungkin aku tidak menyukai cowok seperti Julian?" Dengan pikiran itu yang terus mendatangiku, tiba-tiba pintu kamarku dibuka oleh mamaku yang tanpa mengetuk pintu kamar langsung berkata "melamun kelamaan entar bisa stress lho!" Dengan sedikit senyuman dari mama.
"Apasih mama! Siapa yang melamun ? Aku lagi ngeliat awan hari ini cerah ya ma."
"Kamu tuh emang kalau bohong paling bisa deh, mending sekarang kamu makan dulu deh nanti masuk angin. Itu mama udah siapin makanannya"
"Iya ma, aku ke meja makan deh sekarang." Dengan cepatnya aku sampai di meja makan. Mama memang sudah tau bahwa aku lapar.
Di meja makanpun aku masih sering sedikit melamun. Sampai pada akhirnya, hati ku seperti berkata padaku "memang sepertinya aku hanya mengagumi Julian. Buktinya saja hatiku ga merasa berdebar saat dia melewatiku. Kalau kata orang pandangan pertama kalau kita sudah merasakan jantung berdebar, tandanya kita suka sama orang itu. Tapi gue ga ngerasain apa-apa sama Julian. Apa mungkin emang bener kalau gue ga suka sama dia ?" Aku yang seketika langsung tersadar, bahwa memang Julian hanya cowok yang aku kagumi bukan kucintai.
***
".........
Dimana cinta ?
Dimana dia ?
Aku mencari-carinya, tapi hanyalah debu yang kutemukan.
Ku cari ditumpukkan sampah, dan ternyata disitulah dia.
Karena memang dia adalah sampah.
Dia sampah yang.....""Cukup Dira! ibu rasa jika kau meneruskan puisi mu, semakin banyak kata-kata kasar yang ada." Ujar bu.Resti yang mengajar pelajaran bahasa Indonesia.
"Saya tau kalian semua disini anak baru, tapi haruskah kalian membuat puisi dengan kata-kata kasar ? Apa kalian tidak diajarkan berbahasa Indonesia yang baik dan benar ? Selanjutnya Gery.." Lanjut bu.Resti yang tampaknya sangat kesal terhadap Dira.
Dira duduk kembali menundukkan kepalanya tepat di sebelahku. Aku tau saat ini bukan saat yang pas untuk bertanya kepada Dira mengapa dia membuat puisi yang seperti itu.Bel istirahat pun tiba, Dira tampak berjalan mendahuluiku, tanpa mengatakan sepatah kata pun. Lalu aku mengejarnya dan menepuk bahunya.
"Dira, lo kenapa sih ? Cerita dong. Mending kita duduk di.... Nah, tuh ada bangku mending kita duduk sana dan lo ceritain deh lo kenapa."Aku menarik tangan Dira, lalu kita duduk di bangku kosong. Setelah termenung sebentar, akhirnya Dira mau mulai bercerita.
"Jadi kemaren pas lo pulang, gue masih nunggu jemputan gue. Tiba-tiba, gue ngeliat ada kakak kelas pada ngeliatin sesuatu. Pokoknya kerumunan gitu deh. Pas gue ikutan ngeliat, taunya Julian lagi nembak anak se-angkatan kita. Gue kaget banget, dan bodohnya gue ngeliatin proses penembakan itu sampai akhir. Jawaban dari cewenya iya. Gue lari tanpa nunggu jemputan, gue pulang jalan kaki.""Oh jadi itu, yang buat lo jadi kaya gini. Udahlah Dir, kalau jodoh ga kemana kok. Lagian perjalanan kita masih panjang, masa cuman karena satu cowo gini doang lo langsung termenung gitu sih. Have fun lah! Ayo ah, sebagai gantinya gimana kalau gue traktir ? Mau kan lo ?"
"Hmmm...." Dira hanya bergumam tidak memberikan jawabannya. Dia masih terlihat memikirkan kejadian yang terjadi. Aku dengan cepatnya menarik tangan Dira untuk menuju ke kantin. Aku tau sepertinya Dira tidak makan semalam. Dia terlihat lesu.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Cru(sh)it
Teen FictionSalah aku kalau suka sama kamu ? Kamu memang bukan milikku. Kamu stranger yang datang ke hidupku, Kamu hanya petikan kisah dari hidupku. Tapi menginginkanmu, mustahil kah untukku ? Dan apakah kamu mau untuk membuka hatimu? Aku dan kau hanyalah dua...