Prolog

34 1 0
                                    

            Jalanan di balik kaca besar itu sudah berangsur lengang, tak nampak anak sekolah dan para pekerja yang memacu kecepatan mengejar waktu yang tak mau menunggu. Sama seperti seseorang yang sudah ku tunggu datangnya sejak satu jam yang lalu, sayangnya hari ini dia terlambat. Seseorang yang membuat waktu ku berhenti saat melihatnya, seseorang yang membuat ku berada di tempat yang sama, menunggu di waktu yang sama selama dua bulan terakhir.

Jangan tanya, siapa dia?

Jangan tanya, siapa namanya?

Jangan tanya, dari mana asalnya? Karena aku tak tau jawabnya.

 Fakta yang aku tau tentang dirinya hanyalah dia bekerja di sebuah studio foto, tentu saja. Papan di atas gedung yang selalu ia datangin dengan jelas bertuliskan "Studio Foto PC", selebihnya dia hanya seseorang yang lewat dalam sekelebat mata ku. Mungkin pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah, kenapa aku menunggu hanya untuk melihat seseorang yang tidak aku kenal? Dan untuk pertanyaan ini pun aku tak tau jawabnya. 

Bukankah kadang kita melakukan, atau bahkan menyukai sesuatu tanpa perlu kita tau alasannya. Karena manusia lebih mudah dikendalikan oleh hati, yang tak butuh proses berfikir panjang untuk merespon suatu perasaan. Berbeda dengan otak yang memerlukan rangsangan, detak jantung dan aliran darah sehingga dia dapat memproses dan memberikan respon. Sayangnya semakin lama waktu yang ku habiskan untuk menunggunya, hanya memperpanjang waktuku mengumpulkan luka untuk diriku sendiri. Karena ada hal yang tak mampu dihentikan, yaitu waktu. Jadi yang bisa aku lakukan hanya menjadikan perasaan ini sebagai perasaan, yang ada hanya untuk merasakan, bukan memiliki. Hingga tiba saatnya tak ada lagi waktu untuk menunggu. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 18, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kau Kisah KuWhere stories live. Discover now