Selamat Membaca!
Maura tersenyum manis lalu melirik pria tua yang duduk di sampingnya.
"Bapak mengikuti saya?"
Adam mendengus lalu membenarkan posisi duduknya. "Saya memang ingin pulang."sahut Adam tenang membuat Maura terkekeh.
Dosen tuanya itu memang sangat menyebalkan, padahal jika cinta maka katakan saja dengan berani. Setidaknya dengan berkata jujur, mungkin Maura akan membuka hatinya.
"Bapak menyukai saya?"tanya Maura memulai pembicaraan.
Adam berdehem lalu mengambil sebuah majalah. Dia bersikap seolah tak mendengar perkataan Maura.
Maura menghela napas."Kalau suka ya bilang, pak. Jangan sampai nanti ada laki-laki lain yang berani menyatakan cinta pada saya. Jika sudah seperti itu, sifat gengsi bapak bisa apa."ucap Maura membuat tubuh Adam sedikit menegang.
"Kamu terlalu percaya diri."ucap Adam datar.
Maura tersenyum."Bapak tinggal lamar saya dengan romantis, ungkapkan perasaan bapak selama ini. Karena jujur saja, selama ini saya bingung sama sikap bapak. Kita jelas tidak pernah berkomunikasi lebih selain antara dosen dan mahasiswi tapi bapak malah tiba-tiba lamar saya. Bapak melamar saya tapi tidak pernah bilang cinta, kan saya jadi bingung. Saya takut bapak cuma manfaatin saja doang."ungkap Maura tanpa peduli pada sikap pak Adam yang dingin. Pria itu pasti mendengarkan semua yang ia katakan.
"Hm"
Maura mendengus kesal lalu merebut majalah yang sedari tadi pak Adam baca.
"Maura!"tegur Adam kesal
"Setelah semua yang saya ucapkan, bapak harusnya peka."ucap Maura membuat Adam berdecak.
"Melamar dengan romantis dan mengungkapkan perasaan? Demi Tuhan, saya sudah sangat berumur untuk melakukan itu. Kenapa kita tidak langsung menikah saja, saya adalah tipe orang yang suka bertindak dibanding bicara."ucap Adam membuat bibir Maura mengerucut sebal. Lebih suka bertindak? Lucu sekali. Bukankah melamar dengan romantis juga merupakan suatu tindakan.
"Jika begitu, maka bapak harus mencari calon istri yang seumuran. Bukan sama saya yang jelas jarak usia kita jauh."tegas Maura lalu memalingkan tubuhnya dari pak Adam. Sedang Adam hanya bisa meremas rambutnya kesal, dia adalah seorang dosen, kehormatannya sangat dia junjung tinggi. Melamar mahasiswinya dengan romantis hanya akan mengurangi kewibawaannya, dan jelas Adam tak akan mau melakukannya. Lagipula Maura akan tetap menjadi istrinya, suka atau tidak.
"Bukankah kita sedang pacaran."ucap Adam tiba-tiba membuat Maura berbalik.
"Tidak."bantah Maura membuat Adam terkekeh.
"Kita sedang pacaran, kamu adalah kekasihku dan sebentar lagi akan menjadi istri saya."ucap Adam membuat pipi Maura memanas.
"Dalam mimpimu, pak tua."ucap Maura kesal. Namun Adam malah menatap Maura tajam.
"Panggil saya mas! seperti kemarin."ucap Adam tegas membuat Maura meneguk ludahnya kasar, namun ia tetap tak akan mengalah.
Maura menggeleng."Bapak bukan pasangan saya, jadi saya tidak akan memanggil mas."ungkap Maura ketus membuat Adam menyeringai.
"Kamu memang ingin dipaksa rupanya."balas Adam tajam membuat jantung Maura berdetak lebih keras.
'Apa maksud dari perkataan pak Adam?' batin Maura ketakutan.
"Dan satu lagi, sepertinya kamu lupa. Indonesia adalah tempatmu tapi Amerika adalah wilayahku. Apa kamu pernah mendengar kalau singa akan lebih buas, saat berada di daerah kekuasaannya sendiri."
Deg
Maura menelan ludahnya kasar lalu bergerak sedikit menjauh dari sang dosen.
'Sepertinya ia salah langkah.'
-BERSAMBUNG-
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Duda Tua
Romance"Dasar anak durhaka. Gue sumpahin lo dapet jodoh duda tua." Kutukan itu? Apa kutukan dari mommy tirinya benar-benar akan terjadi? Apa ia akan benar-benar berjodoh dengan seorang duda tua? Ck! Maura sih tidak sudi. Tapi bagaimana kalau ada duda tua y...