Pujaan hati sang preman pasar

1.3K 177 116
                                    

Siapa sih yang tidak kenal Anto?

eh.


Maksudnya Alex Armanto Jimin.

Jangan heran ya, nama lengkapnya itu adalah masing-masing pemberian nenek, ayah, dan ibunya. Lalu digabunglah menjadi nama seperti yang tertera di akta kelahiran dan kartu penduduknya sekarang.

Sekali lagi, siapa sih yang tidak kenal Jimin? preman Pasar Subuh yang suka narik uang keamanan dan parkir, seluruh wilayah pasar subuh itu adalah daerah kekuasaannya. Dan dengar-dengar preman yang bahkan ditakuti oleh kubu preman lain ini mau mengambil alih daerah kekuasaan Armanto Jekay, adiknya sendiri di Pasar Keramat.

.
.

"Jim, serius mau ambil pasar keramat? punya adik sendiri, loh" Hoseok Parmandi-teman sekaligus tangan kanan Jimin bertanya, sembari tangannya mencomot satu gorengan hangat di piring Jimin.

"Ya, memang kenapa?" Jimin menjawab dengan nada yang malas, kakinya di angkat satu, tangan kanannya meraih secangkir kopi hitam panas yang baru disuguhkan Seokjin Adelian Putra- pemilik warung kopi tempat langganan nongkrong Jimin dan anak buahnya.

"Blehh-- panass!"

"ditiup dulu, goblok"

Hoseok terperangah, takjub pada Seokjin yang tak peduli siapa Jimin dan dengan seenaknya mengata-ngatai orang yang paling ditakuti diantara preman itu.

Biarpun sudah dianggap kawan akrab, bahkan tangan kanan, ia saja masih segan dengan sosok Alex Armanto Jimin ini.

.
.

"ABANG!!!"

"Uhuk! uhuk!--"

Jekay datang ke Pasar Subuh, dengan tidak tahu malunya berteriak sampai ke warkop. Suaranya yang tiba-tiba membuat Hoseok tersedak, ia hampir lewat jika saja tidak dibantu Seokjin menepuk punggungnya untuk mengeluarkan gorengan tahu yang tersangkut.

"--Ya Rabbi Jekay, salam dulu kek!" Hoseok mengelus dadanya, menghela napas lega setelah tersedak tadi.

"Tsk, lama! mana bang Anto?!"

"Lagi narik uang keamanan, kenapa--Eh! jangan disamperin! tunggu sini aja, sebentar lagi juga keluar"

Hoseok menarik lengannya menuntun untuk duduk di bangku bersebelahan dengan Hoseok, dengan muka masam Jekay menuruti. Ini sudah tertebak sih nanti akan meributkan hal apa.

Tak sampai tiga puluh menit Jimin sudah datang bersama beberapa anak buahnya. Diam-diam Hoseok bersyukur dalam hati, uang sakunya tidak jadi dikuras habis oleh adik bosnya yang sudah menghabiskan lima belas gorengan ini sendiri.

"Bang Armanto Jimin!"

Jekay sudah berdiri dengan mengepalkan tangannya, rahangnya sudah mengeras tanda menahan amarah yang bisa saja meledak saat itu juga. Abang-adik auranya sama-sama menyeramkan. Pikir Hoseok.

"Sudah, duduk dulu.. Abang jelasin"

.
.

"Jadi maksud bang Anto, Jekay harus ngambil alih pasar lain gitu?"

Jimin mengangguk, tangannya sibuk menghitung uang keamanan minggu ini.

"Iya, Jek. Coba kamu ambil Pasar Bengkirai"

"H-hah?! Pasar Bengkirai kan.. bukannya itu punya--"

"Iya, ambil. Rebut dari Jongin."

Jekay meneguk ludah, abangnya meminta ia memulai peperangan lagi gitu? benar-benar Armanto ini.

Preman Pasar [Minyoon/Jimsu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang