Lamar-melamar pujaan hati.

1.1K 172 204
                                    

Wah, adakah yang (masih) mau tahu kelanjutan cerita cinta si Preman pasar ini?

Harus mau ya, karena aku sudah memikirkannya matang-matang bersama Armanto Jimin.

((tolong kalo ga males bisa di scroll sampe beneran abis ya :'D))

• • •

Hari sabtu pukul sepuluh pagi Jimin baru bangun, masih berselimutkan sarung gajah duduk dengan kaos singlet dan kolor spongebob nya ia keluar dan duduk di kursi bambu teras rumahnya. Sedang mengumpulkan nyawa.

"Alex ga ke pasar?"

"Libur, nek" Nenek Jimin mengangguk saja, tangannya membawa sepiring singkong goreng yang tentu langsung menarik perhatian Jimin.

"Singkong darimana?"

"Dari tanah"

"..."

"Dari kebun bapakmu lah! pake nanya lagi kayak dora"

Nenek mendengus agak kesal dengan pertanyaan yang seharusnya sudah diketahui oleh cucunya, mengambil satu singkong goreng dan menikmati sembari  melihat pemandangan kampung, atau perumahan? ya.. pokoknya tidak kampung-kampungan amat.

"Mau satu--"

plak!

Tangan Jimin ditepis oleh nenek saat hampir mencomot satu singkong goreng panas, ia memicingkan mata menatap sang nenek, tak mau kalah nenek ikut menatap balik tajam cucunya.

"Cuci tangan, cuci muka, gosok gigi dulu. Muka beler, mulut bau azab, sana!"


Jimin diusir, untung nenek sendiri.

.
.
.

"Bang"

"Bang Anto"

"Bang, Kak Yoongi lewat tuh!"

"Mana?!"

Jimin menegakkan tubuhnya, kepalanya menoleh mencari sosok yang disebut oleh sang adik. "--Tapi boong."

Jekay tergelak, merasa lucu karena abangnya mudah sekali ditipu. Sedangkan Jimin sudah kembali duduk lemas di kursi bambu, kesal sih sudah dikerjai, tetapi ia tidak sedang dalam mood apalagi menghajar adiknya sendiri.

Omong-omong, penampilan Jimin sudah lebih segar daripada sebelumnya. Iya, Jimin sudah cuci tangan, cuci muka, sikat gigi, sekalian mandi pagi sehabis diusir sang nenek. Pakaiannya pun sudah berganti, celana kain pendek berwarna hitam dan kaos oblong bertuliskan 'I Love Bali'.

Padahal, ia belum pernah sama sekali ke pulau dewata itu.

"Kenapa sih bang, mukanya mendung gitu? padahal harinya cerah loh"

"Tsk, berisik."

Jekay menaikkan sebelah alisnya, tumbenan sekali abangnya seperti ini. Merana, seperti habis putus cinta. "Gak ke pasar?"

"Libur."

Jekay merotasikan bola matanya, sebenarnya preman pasar tidak ada liburnya. Libur ya hanya meliburkan diri. Tidak mau mengganggu abangnya yang sedang merana sendirian, ia memilih segera memasang sepatunya dan pergi ke Pasar Bengkirai, melanjutkan pertikaian, ingat kan?

Hampir bersamaan waktu sang kepala keluarga datang dengan motor metik, masing-masing tangannya memegang cangkul dan arit, siapapun tahu pasti beliau habis berkebun, bukan tawuran.

Preman Pasar [Minyoon/Jimsu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang