Firasat

31 3 3
                                    

Original title: Printemps a Paris
Sorry for typos

No siders please!!
Sebelum baca tolong banget buat klik follow, lalu tambahkan ke perpustakaan dan daftar baca supaya ga ketinggalan updatenya ^_^




Happy reading:)



Hujan deras mengguyur kota Jakarta, ratusan anak SMA keluar dari gerbang sekolah. Ada yangg dijemput, ada yang pulang bareng. Hufftt, aku sendiri menunggu bus datang. Tiba-tiba ponselku berdering. Nama kakekku tertera di sana.

"Halo, kek. Ada apa?" Tanyaku

"Papamu nak. Papamu masuk rumah sakit lagi. Segera ke sini ya nak." Ujar kakek tergesa. Pikiranku ke mana-mana namun aku tepis, berusaha berpikir positif.

Ya, papaku sudah keluar-masuk rumah sakit karena serangan jantung. Ini sudah keempat kalinya. Harapanku sudah di ambang.

Ku putuskan untuk naik taxi dan meluncur ke rumah sakit. Namun, hujan masih deras dan tak ada satu pun taxi yang lewat. Aku sedikit panik, koneksi hilang begitu saja karena hujan deras.

Hujan sudah agak mereda, sebuah taxi lewat dan segera ku cegat dan berangkat ke rumah sakit.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Langkahku berpacu cepat. Gesekan antara sepatu dan lantai porselen rumah sakit menjadi melodi tersendiri. Kakek menghampiriku denan mata sembab. Mengisyaratkan bahwa sesuatu yang buruk terjadi.

"Kakek, bagaimana keadaan papa? Papa baik-baik saja kan?" Aku mencerca kakek dengan pertanyaan-pertanyaanku. Kakek hanya menggeleng, menenggelamkan kepalaku pada dadanya.

"Kakek tidak bisa memberi kabar baik, nak. Papa mu sudah berpulang." Jawab kakek. Aku termenung. Belum. Aku belum menangis. Jantungku berdetak cepat. Kakek mambawaku pada ruangan yang sedikit mainstream. KAMAR JENAZAH. Ya, aku seperti Luna Maya yang ada di film Bangsal 13B yang, namun aku bukan ketakutan seperti Luna Maya yang dikejar hantu. Tanganku terasa dingin. Mataku memanas, tapi aku belum menangis.

Ku buka pelan kain putih itu dibantu petugas. Jantungku berpacu melihat sosok di balik kain putih tadi. Papa, papaku sudah tiada. Tangisku pun pecah. Pertahananku runtuh.

"PAPA JANGAN TINGGALIN KYUNGSOO PA!! BANGUN PA!! PAPA JANJI KAN PAPA BAKAL NEMENIN KYUNGSOO TERUS! PAPA!!" Aku menjerit pilu, ku peluk jasad yang sudah merawatku hingga saat ini. Hingga aku berada di bangku akhir SMA.

"PAPA!! JANGAN TINGGALIN KYUNGSOO PA!! BANGUN PAAA... hiks.. papa..." tangisku berubah menjadi pelan. Kakek menarikku membawaku ke dalam pelukannya, aku merasakan jantung kakekku berdetak cepat. Namun beliau tak menangis. Pengalaman hidup membuat beliau tegar. Perlahan petugas menutup kembali kain jenazah dan kakek membawaku keluar dari kamar jenazah.

______________

Rumahku yang berada di daerah Radio Dalam ramai seperti lebaran. Tidak. Ini bukan bulan ramadhan. Rumahku ramai karena mereka datang untuk melayat. Air mataku bahkan seperti enggan keluar. Berusaha tegar menatap sosok yang akan segera dikebumikan.

"KyungPoo, Chan di sini. Jangan sedih. Poo ga sendiri. Chan bakal nemenin Poo." Chanyeol. Sahabat baikku ketika aku pindah ke Jakarta. Dia tetanggaku. Usia kami bahkan hanya terpaut dua bulan. Sosok jangkung, yang tingginya hampir sama dengan tiang gapura komplek ini selalu berada di sisiku saat-saat aku terpuruk. Poo, itu panggilan kesayangan Chan untukku. Kekanakan memang, tapi akan merasa aneh jika dia memanggil namaku.

"Chan..." Runtuh sudah pertahanan yang kubuat. Air mata meluncur deras mengaliri pipiku. Papaku yang sangat aku banggakan harus berpulang ke Yang Maha Kuasa.

"Aku di sini. Semua akan baik-baik saja." Chanyeol masih berusaha menghibur. Hingga semua berakhir gelap.









To be continued



Musim Semi di Paris by vousmoi_voyez
This story is in a version of a book called Printemps a Paris. I made the yaoi version, with kaisoo pairing. Semoga suka kasi komentar sebagai jejak, dan vote untuk menghargai.
-Call me Voi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Musim Semi di ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang